NABIRE- Koranpapua.id– Konflik bersenjata yang terjadi di tiga kabupaten di wilayah Provinsi Papua Tengah dalam dua pekan terakhir, sangat berdampak terhadap kehidupan masyarakat di wilayah itu.
Kontak tembak antara Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan aparat keamanan yang terjadi di Kabupaten Puncak, Intan Jaya dan Dogiyai itu, tidak saja berjatuhan korban jiwa, tetapi ribuan warga terpaksa harus mengungsi dari kampung halaman mereka.
Sebagai bentuk keprihatinan dan solidaritas untuk meringankan beban hidup warga pengungsi, mendorong Pemuda Katolik Komisariat Daerah (Komda) Papua Tengah untuk melakukan penggalangan bantuan kemanusiaan.
Aksi bantuan kemanusian ini yang sudah dimulai sejak tanggal 23 Mei hingga 5 Juni 2025, ditandai dengan dibukanya Posko Kemanusiaan di Gereja Kristus Sahabat Kita (KSK) Nabire.
Posko ini difokuskan untuk menggalang bantuan kemanusiaan bagi warga sipil yang terdampak langsung oleh konflik bersenjata.
Kristianus Madai, Ketua Bidang Bencana dan Tanggap Darurat Komda Papua Tengah dalam keterangan persnya yang diterima koranpapua.id, Rabu 28 Mei 2025, menyatakan bahwa pemuda Katolik hadir murni untuk misi kemanusiaan, bukan berpihak kepada kelompok manapun.
“Kami hadir sebagai wujud belas kasih dan solidaritas. Warga yang trauma dan panik di daerah konflik adalah saudara kita. Kepedulian mereka adalah kepedulian kita semua,” ujarnya.
Menurut Kristianus, fokus utama bantuan diarahkan kepada warga sipil yang mengungsi dari Distrik Gome, Kabupaten Puncak dan Kampung Itadipa, Kabupaten Intan Jaya yang menjadi titik-titik terparah dari konflik bersenjata.
Melalui Posko ini, pemuda Katolik mengajak umat Katolik di lima dekenat Keuskupan Timika, serta berbagai pemerhati kemanusiaan lainnya untuk ikut berbela rasa.
Bantuan yang dikumpulkan meliputi bahan makanan, minuman, pakaian layak pakai, obat-obatan, perlengkapan sekolah, serta dana sukarela.
Kristianus mengutip motto tahbisan Uskup Timika, Mgr. Bernardus Bofitwoa Baru, OSA: Ego Sum Ostium (Akulah pintu bagi domba-domba-Ku), sebagai inspirasi gerakan ini.
“Kami percaya bahwa ‘domba-domba’ itu adalah warga sipil tak bersalah yang menjadi korban konflik ini,” katanya.
Mengutip Katolikkana.com, Pastor Yanuarius Yogi, Pr, Dekan Dekenat Moni-Puncak, menyampaikan bahwa situasi di Intan Jaya dan Puncak masih sangat mencekam.
Ia menegaskan perlunya tindakan nyata dan mendesak pemerintah serta kelompok bersenjata untuk segera mengakhiri konflik melalui jalan damai.
“Kami mendukung seluruh bentuk bantuan, baik dari pemerintah, mahasiswa, maupun pemuda Katolik. Namun, yang lebih penting adalah dialog damai untuk mengakhiri penderitaan rakyat sipil,” kata Pastor Yance.
Dalam pernyataan sikapnya, Pemuda Katolik Papua Tengah mengeluarkan empat tuntutan utama:
- Gencatan senjata segera antara TNI-POLRI dan TPNPB-OPM di Intan Jaya dan Puncak.
- Penarikan pasukan militer organik dan non-organik dari wilayah konflik.
- Penyelesaian masalah melalui pendekatan damai, humanis, dan bermartabat.
- Pembukaan ruang dialog antara negara dan seluruh pihak yang bertikai. (Redaksi)