TIMIKA,Koranpapua.id– Umat muslim di Timika, Ibukota Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah melaksanakan Sholat Idul Adha 1445 Hijriah di Lapangan Timika Indah, 17 Juni 2024.
Meskipun kondisi tanah lapangan yang masih basah dan digenangi air pasca hujan semalam, namun tidak menyurutkan umat muslim untuk tetap menjalani sholat dengan penuh khusuk.
Tanah lapangan yang masih basah dialas plastik, kemudian membentang sajadah untuk ibadah.
Khatib Sholat Idul Adha kali ini dipimpin Ust. H. Muhammad Tahir Sulaiman, Lc, Imam Besar Masjid Agung Babussalam.
Sementara Ust. Muhammad Said, Pembina Lembaga Pengembangan Tilawatil Alquran (LPTQ) Kabupaten Mimika bertindak sebagai penceramah.
Dalam pesan ceramahnya Ust. Said menyampaikan, sebagai umat beriman senantiasa mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Allah, agar sebagai hamba-hamba Allah yang suci diampuni segala dosa dan diterima semua amal ibadahnya.
“Dengan rasa syukur dan gembira di pagi hari ini pada tanggal 10 Dzulhijjah 1445 Hijriah semua umat Islam seluruh dunia merayakan sholat Idul Adha sebagai bentuk ungkapan keagungan dan mengingat kebesaran Allah,” ujarnya.
Pada momen tersebut, Ust. Said mengajak umat muslim merenungkan sejenak sosok orang tua yang sangat berkorban dalam kehidupan. Termasuk orang-orang terkasih yang sudah meninggal dunia.
Orang tua adalah sosok yang sudah banyak berjuang dan berkorban dalam mendidik, membesarkan dan mencintai sejak kita dilahirkan ke dunia sampai saat ini.
Keberadaan orang tua sangat berperan dalam meraih kebahagiaan rumah tangga dan kebahagiaan duniawi yang sungguh luar biasa.
Sebagian kita mungkin sudah kehilangan salah satu dari kedua orang tua kita. Atau ada sosok yang kita cintai, boleh jadi diantara kita suaminya atau istrinya sudah mendahului kita semua.
Atau mungkin saat ini anaknya tidak ada bersama-sama merayakan Idul Adha, karena lagi menuntut ilmu di tempat yang jauh.
Ust. Said menyampaikan, walaupun mereka telah tiada namun kenangan dan pengorbanan yang diberikan kepada kita tetap mengalir dalam hati.
“Melalui kesempatan ini jadikan untuk mengenang jasa-jasa kedua orang tua, suami, istri, kakek dan nenek untuk mendoakan mereka yang sudah ada di alam barzah supaya dimuliakan oleh Allah,” pesannya.
Melalui perayaan Idul Adha hendak mengajarkan bahwa hubungan antara sesama tidak melihat dari pangkat dan jabatan seseorang. Miskin kaya, berpangkat tinggi dan rendah semuanya dan tidak ada perbedaan.
Semuanya harus tanggalkan kesukuan, tanggalkan RAS, kasta, golongan dan keturunan, karena pada saat ini memposisikan diri sebagai hamba Allah.
Idul Adha ini, Allah hendak mengajar kepada umat muslim untuk berkurban.
Ini memberikan pelajaran bagi umat Islam untuk mendengar sejarah Nabi Ibrahim yang menjadi simbol bagi manusia.
Nabi Ibrahim rela mengorbankan apa saja untuk memperoleh ridho Allah.
Memberikan pelajaran mengorbankan yang tulus dari sosok Nabi Ibrahim yang sangat disayangi Allah bersama dengan keluarganya.
Kurban ini menjadi teladan bagi seluruh umat Islam bahwa Ibrahim mengurbankan sekor hewan sebagai pengganti anaknya Ismail.
Idul Adha juga memberikan pesan untuk berbagi kepada kaum fakir miskin, duafa atau orang yang tidak mampu.
Dari sisi nilai sosial adalah hikmah kurban, sama dengan berbagi kebahagiaan kepada fakir miskin.
Dengan menyembelih hewan kurban selain beribadah juga bernilai ibadah kepada Allah, mengandung hikmah memperkuat hubungan silaturahmi secara sosial masyarakat.
“Hewan kurban ini tidak hanya diberikan kepada umat muslim atau kaum fakir miskin saja tetapi juga kepada sanak saudara dan tetangga yang berbeda keyakinan,” pungkas Ust.Said. (Redaksi)