TIMIKA, Koranpapua.id- Mencegah kasus Demam Berdarah Dangue (DBD), PT Freeport Indonesia (PTFI) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika, berencana mendatangkan 6.000 fiel vaksin.
Hal ini disampaikan Reynold Rizal Ubra, Kepala Dinas Kesehatan Mimika melalui Obeth Tekege, Kabid P2P kepada koranpapua.id di Pusat Pemerintahan SP3, Kamis 10 April 2025.
Pengadaan ribuan fiel vaksin oleh PTFI akan diserahkan ke Dinkes untuk selanjutnya diberikan (suntik) kepada masyarakat Mimika yang berusia 6 sampai 45 tahun.
Penyuntikan vaksin DBD secara gratis akan dilakukan sebanyak dua kali dalam kurun waktu tiga bulan.
Obeth menyampaikan kesanggupan Freeport membantu mendatangkan 6.000 fiel vaksin DBD ini setelah ada koordinasi dan evaluasi antara Reynold Rizal Ubra, Kepala Dinkes dengan manajemen Departement Malaria Control PTFI di Kuala Kencana pada Rabu 9 April 2025.
“Kemarin Rabu 9 April 2025 kita sudah evaluasi strateginya dengan Freeport. Hari ini (Kamis-red) kita evaluasi dengan Kepala Seksi P2P dan Kabid P2P dan Kepala Seksi Imunisasi P2M,” ujarnya.
Dalam evaluasi tersebut dibahas seputar rancangan strategi dan melihat daerah mana yang terdapat kasus DBD.
Meski belum menyebutkan waktu yang pasti, namun pemberian vaksin akan dilaksanakan dalam waktu dekat, setelah Dinkes melakukan sosialisasi kepada Puskesmas dan masyarakat.
Ia menyampaikan, vaksin ini dapat diberikan kepada siapa saja yang berusia 6 sampai 45 tahun tanpa ada paksaan.
Namun disampaikan bahwa dengan vaksin ini, selain sebagai upaya pencegahan terjadinya Kasus Luar Biasa (KLB) juga dikarenakan selama ini DBD belum ada obatnya.
“Program pemberian vaksin DBD ini Mimika menjadi kabupaten pertama di Papua Tengah. Dengan suntikan vaksin DBD dapat meningkatkan anti body masyarakat terhadap gigitan nyamuk DBD,” terangnya.
Untuk pusat pelayanan vaksin, Dinkes juga telah menunjuk beberapa fasilitas kesehatan yakni, Puskesmas Timika, Puskesmas Mapurujaya, Puskesmas Pasar Sentral, Puskesmas Wania dan Puskesmas Karang Senang. Dipilihnya lima Puskesmas tersebut mengingat tingginya kasus DBD di masing-masing wilayah kerja.
Ia menambahkan Dinkes melalui Bidang Pengawasan Pengendalian dan Pencegahan (P2P) terus melakukan pengontrolan, pengawasan pengendalian dan pencegahan terhadap penyakit-penyakit yang berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) di lingkungan masyarakat.
Diantaranya Demam Berdarah Dangue (DBD), TBC, campak, malaria, HIV-Aids. Salah satu strategi dalam upaya penanganan pencegahan dengan membangun koordinasi dengan Puskesmas, klinik dan rumah sakit.
“Setiap hari unit pelayanan kesehatan masyarakat melaporkan data. Berdasarkan data tersebut penyakit yang ada langsung ditangani petugas kesehatan hingga tuntas. Strategi ini sudah dilakukan sejak tahun 2017 hingga 2025 ini,” pungkasnya.
Disampaikan terhitung sejak Januari sampai 6 April 2025 terdapat 21 kasus DBD di wilayah Mimika.
Rinciannya, pada Januari sebanyak tujuh kasus, namun pada Februari turun menjadi empat kasus.
Pada Maret kasus DBD kembali naik menjadi delapan kasus dan awal April sudah ditemukan dua kasus.
Sedangkan untuk temuan kasus tahunan DBD pada tahun 2023 terdata 827 kasus, tahun 2024 melonjak naik 1.220 kasus.
Dari 21 kasus DBD di tahun 2025 (Januari-April) berdasarkan sebarannya, menempatkan Kwamki Narama tertinggi dengan empat kasus.
Diikuti Pasar Sentral, Tembagapura dan Kamorojaya masing-masing tiga kasus, Sempan dan Karang Senang masing-masing dua kasus.
Kemudian Kampung Nawaripi, Timika Jaya, Kuala Kencana dan Mandiri Jaya masing-masing satu kasus.
Sementara sebaran 21 kasus DBD berdasarkan wilayah kerja Puskesmas yakni, Puskesmas Wania dan Pasar Sentral masing-masing lima kasus.
Puskesmas Timika, Puskesmas Arwanop dan Karang Senang masing-masing tiga kasus. Puskesmas Timika Jaya dan Kwamki Narama masing-masing satu kasus.
Kemudian 21 kasus DBD berdasarkan kelompok umur. Usia kurang dari satu tahun 1 orang, 1-5 tahun 1 orang, 6-11 tahun 1 orang, 12-18 tahun 2 orang, 19-45 tahun 13 orang dan lebih dari 45 tahun 3 orang.
Dan jika dilihat berdasarkan Faskes yang melaporkan, dari 21 kasus tersebut yakni, RSUD ada tujuh kasus, RS PTFI enam kasus, Klinik Medika Bakti empat kasus, RS Kasih Herlina, RS Waa Banti, PKM Pasar Sentral dan Klinik Purihusada masing-masing satu kasus.
Ia mengakui saat ini Dinkes sementara melakukan pemetaan dan pendataan kasus DBD dari 18 distrik. Dan untuk sementara Distrik Mimika Baru menempati peringkat utama kasus DBD.
Tingginya kasus DBD disebabkan masih banyak masyarakat menampung air di tempayan tanpa ditutup dan banyak ternak dipelihara di sekitaran rumah tinggal.
Air sisa membersihkan kandang ternak tertampung di bahan bekas pakai yang menjadi media tumbuh kembang jentik nyamuk DBD dan malaria.
Berdasarkan temuan kasus-kasus itu, sebagai langkah edukasi petugas kesehatan di Puskesmas selalu rutin memberikan pemahaman bagaimana mengatasi persoalan perindukan nyamuk DBD di lingkungan rumah secara sadar dan mandiri.
Lebih jauh dijelaskan, untuk mencegah DBD dan malaria, masyarakat dianjurkan untuk tidak menampung air dalam tempayan, ember, baskom drum tanpa ditutup.
Masyarakat juga disarankan untuk selalu rutin meguras tempat tampungan air agar tidak ada perindukan jentik nyamuk DBD dan malaria.
Langkah pencegahan lainnya yakni, apabila keluar rumah di malam hari selalu mengenakan baju lengan panjang atau jacket supaya terlindungi dari gigitan nyamuk.
“Petugas kami rutin edukasi menggunakan pengeras suara dari atas mobil pelayanan kesehatan puskesmas,” katanya.
Selain DBD, edukasi yang sama tentang tingkat pencegahan malaria. Berawal dari mendeteksi kasus di beberapa titik lokasi baik di Bandara Mozes Kilangin maupun di Pelabuhan Pomako.
Setiap warga yang akan berangkat diambil sampel darah. Hasil tes cepat dinyatakan positif akan diberikan obat. Ini bertujuan agar ketika saat berada di luar Timika terkena malaria sudah ada obatnya.
“Petugas yang bertugas di Bandara Mozes Kilangin dari Puskesmas Timika dan di Pomako oleh petugas kesehatan Puskesmas Mapurujaya”.
Dan setiap pelayanan terhadap penumpang, datanya langsung dilaporkan ke Dinkes, karena merupakan bagian dari program Tempo Kastuntas yang saat ini tengah gencar dilakukan pemerintah. (Redaksi)