TIMIKA, Koranpapua.id – Sebanyak 151 pelajar Kelas X SMA Negeri 7 Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah menempati gedung baru. Sekolah yang baru dibuka ini diperkuat dengan 22 tenaga pengajar.
Menempati gedung baru ini setelah lima gedung yang dibangun Dinas Pendidikan Mimika tahun 2024, diresmikan oleh Mantho Ginting, Kabid SMA-SMK mewakili Jenny O Usmani Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika, Kamis 6 Februari 2025.
Gedung SMA Negeri 7 berada satu kompleks dengan SMA Negeri 1 Timika di Jalan Yos Sudarso, Kampung Nawaripi, Distrik Wania.
Mantho Ginting ketika meresmikan gedung tersebut mengungkapkan, meskipun sudah bisa dipakai untuk aktivitas sekolah, namun masih ada sejumlah fasilitas yang belum selesai dikerjakan.
Ia memastikan untuk memenuhi seluruh kebutuhan aktivitas pendidikan di sekolah itu, Dinas Pendidikan akan terus memberikan perhatian yang sama seperti SMA Negeri 1 Timika.
“Kalau tahun ini kita siapkan Gedung, fasilitas meubeler dan komputer, alat musik serta lainnya untuk mendukung pembelajaran. Nanti tahun 2026 semua fasilitas pasti sudah kita lengkapi semua,” katanya.
Mantho mengungkapkan beberapa tahun lalu dirinya bersama guru SMA Negeri I Timika melakukan kunjungan di SMA Negeri I Tangerang.
Para guru bersama siswa-siswinya berangkat dari rumah ke sekolah pukul 06.00 sebelum macet dan pulang pukul 21.00 setelah macet.
Dengan jam masuknya dan pulang seperti itu, maka semua kegiatan dilakukan di sekolah. Dengan demikian, anak didik akan menjadikan sekolah sebagai rumah keduanya.
“Mereka pulang ke rumah hanya untuk tidur. Saya harap SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 7 Timika bisa dijadikan rumah kedua bagi anak-anak,” harapnya.
Ia juga mengingatkan kepada pelajar SMA Negeri 7 dan SMA Negeri 1 untuk tidak mengenal istilah tawuran dan macet, karena kedua hal tersebut hanya terjadi di Pulau Jawa.
Para pelajar juga harus memperhatikan pembinaan karakter, dengan cara diajarkan hal-hal positif supaya lupa akan tindakan negatif.
Pada kesempatan itu, Mantho juga menyinggung banyak anak sekolah yang singgah di Jalan Bougenville untuk membeli ‘air kata-kata’.
“Mereka beli Susu Milo masih baik. Tapi ini susunya hilang tinggal Milo, minuman lokal,” sesal Mantho.
Mantho meminta kepada para guru untuk sekali-sekali datang di Jalan Bougenville untuk melihat langsung, apakah benar anak-anak membeli Milo.
“Kita lihat anak-anak jalan bawa botol aqua jangan mudah percaya bahwa itu isinya aqua. Tapi sebenarkan kita belum tahu apa isi dalamnya,” katanya.
Dikatakan, munculnya niat dan pikiran negatif sumbernya dari Milo. Untuk itu, ia berharap SMA Negeri 7 harus tetap menjaga komitmen dalam mendidik karakter anak, dengan SMA Negeri 1 sebagai pendampingnya.
Ia juga berharap tidak ada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab menjadi sumber masalah timbulnya tawuran antar kedua sekolah ini.
Karena keberadaan SMA Negeri 7 yang terletak satu kompleks dengan SMA Negeri 1, maka harus sama-sama maju dalam mendidik putra-putri Mimika untuk mengejar mimpi di masa depan.
Dalam memajukan sekolah ini selain guru yang hebat, Mantho meminta dukungan dari pihak komite sekolah, Pemerintah Kampung Nawaripi dan Pemerintah Distrik Wania.
“Kualitas sekolah ini sama dengan sekolah yang ada di Pulau Jawa, sehingga para guru perlu mempersiapkan anak didik dengan baik agar mereka mampu bersaing dengan sekolah lain dalam meraih prestasi baik di tingkat kabupaten, provinsi, Nasional maupun Internasional,” jelasnya.
Untuk diketahui sebelum menempati gedung baru, pelajar SMA Negeri 7 mengikuti proses KBM selama enam bulan di SMP Negeri 2 Timika, yang berlangsung siang hingga sore hari. (Redaksi)