TIMIKA, Koranpapua.id– Jumlah penduduk Kabupaten Mimika terus bertumbuh setiap tahunnya.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispencapil) Mimika, Provinsi Papua Tengah tahun 2023 terdapat 314.658 jiwa yang mendiami kabupaten ini.
Jumlah ini terdiri dari 166.291 laki-laki dan 148.367 perempuan.
Dengan jumlah jiwa yang ada memposisikan Mimika masuk kategori kota sedang, sehingga berdampak terhadap potensi timbulan sampah setiap harinya yang mencapai 157,3 ton.
Angka ini diperoleh berdasarkan hasil perhitungan jumlah penduduk dikalikan dengan 0,5 kilogram sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1994.
Demikian disampaikan Ramli Le, staf Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Mimika ketika menyampaikan materi dalam sosialisasi pengelolaan dan penanganan sampah adopsi Banyumas untuk semua stakeholder Distrik Kuala Kencana, Sabtu 15 Juni 2024.
Harga sampah yang dibeli dari pengumpul untuk karton dan kertas Rp500 perkilo, botol aqua, botol oli bekas Rp2.000 perkilo.
Dikatakan, perhitungan ini dilakukan berdasarkan pada goaching clinik Penyusunan Kebijakan dan Strategi Daerah (Jastrada) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga tahun 2008 di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) di Jakarta.
Frans Kambu, Kepala DLH Mimika dalam kesempatan yang mengatakan, semakin banyak bermunculan pemukiman baru di Mimika juga berdampak terhadap bertambahnya potensi sampah.
Karenanya kepada pengelola Perumahan Pondok Amor yang berada di wilayah Distrik Kuala Kencana diwajibkan untuk menyiapkan bank sampah sendiri.
Selanjutnya pihak pengelola mensosialisasikan kepada penghuni perumahan, untuk letakan sampah di bank sampah, bukan dibuang di jalan.
Frans mengatakan setelah sosialisasi ini, DLH akan menurunkan tim ke Distrik Mimika Baru, Distrik Wania dan Distrik Kuala Kencana untuk melihat langsung kondisi bank sampah.
Alfrida Isir, Sekretaris Kelurahan Karang Senang menyampaikan saat ini kelurahan sudah membangun bank sampah berukuran 4×6 meter persegi di lapangan.
Namun yang menjadi persoalan, sampah rumah tangga dan pelaku usaha masih menaruh sampah di trotoar atau pinggir jalan.
Alfrida menyebutkan sampah terbanyak di wilayah Distrik Kuala Kencana dihasilkan Developer Pondok Amor.
Seharusnya sesuai aturan, sampah dengan volume diatas satu kubik bisa dikelola sendiri untuk dibuang ke TPA, bukan mengumpulkan di bak sampah yang disiapkan kelurahan.
Kesempatan itu, Alfrida meminta perhatian DLH untuk membantu motor tiga roda sebagai sarana pengangkut sampah untuk dibuang ke bank sampah.
Harga sampah kaleng aluminium Rp10.000 perkilo, kaleng biasa dan seng bekas Rp1.000 perkilo, tutup galon dan tutupan botol Rp2.000 perkilo.
Dolfie Koloay, perwakilan PT Lintas Papua Mandiri, pengelola bank sampah menuturkan, dalam sehari mampu mengumpulkan sampah plastik dan karton 3-5 ton.
Selanjutnya sampah plastik yang sudah dicacah dan karton dikirim ke Surabaya. Dalam sebulan pihaknya mampu mengirim hingga 60 ton.
“Sampah kita ambil dari TPA Iwaka dan di tempat-tempat bank sampah yang ada di Kota Timika. Untuk sampah yang sudah terkumpul satu ton keatas kita jemput,” jelasnya.
Ia menyebutkan harga sampah yang dibeli dari pengumpul untuk karton dan kertas Rp500 perkilo, botol aqua, botol oli bekas Rp2.000 perkilo.
Sedangkan kaleng aluminium Rp10.000 perkilo, kaleng biasa dan seng bekas Rp1.000 perkilo, tutup galon dan tutupan botol Rp2.000 perkilo.
Mengumpul sampah ini terlepas dari mempunyai nilai ekonomis, tetapi tujuan utamanya membantu pemerintah mengurangi sampah agar lingkungan bersih, sehat.
Termasuk mengajarkan kepada anak cucu sebagai generasi masa depan untuk selalu menjaga bumi bebas sampah.
Ia mengakui untuk menjalankan pekerjaan penanganan sampah, pihaknya masih kekurangan kendaraan pengangkut dan tenaga kerja.
Kepada masyarakat Mimika yang belum mempunyai pekerjaan dipersilahkan melamar sebagai tenaga kerja.
Syaratnya mudah hanya membawa foto copy KTP yang nantinya akan dipakai untuk mengurus kartu BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. (Redaksi)