Pihak kepolisian bersama pemerintah daerah kini berupaya melanjutkan mediasi dengan melibatkan tokoh agama, tokoh pemuda untuk mencari solusi damai yang dapat diterima semua pihak.
TIMIKA, Koranpapua.id– Kepolisian mengungkap penyebab utama pecahnya konflik antardua kelompok warga di Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Untuk diketahui konflik tersebut sudah berlangsung sejak 2 November 2025 dan telah menelan korban jiwa seorang pendeta.
Ipda Yusak Sawaki, Kapolsek Kwamki Narama, menjelaskan bahwa konflik berdarah ini dipicu oleh kasus perselingkuhan yang terjadi di Kabupaten Puncak.
Kasus ini kemudian merembet hingga ke wilayah Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika.
“Kasus perselingkuhan ini berawal di Puncak, tapi kemudian dibawa ke Timika di Kwamki,” jelas Ipda Yusak, Rabu 5 November 2025.
Konflik Melibatkan Warga dari Luar Mimika
Konflik ini tidak hanya melibatkan warga asli Kwamki Narama. Menurut Kapolsek, sejumlah orang yang ikut terlibat berasal dari Puncak dan Beoga.
Ada juga warga yang turun dari Tembagapura, hingga beberapa warga dari wilayah Satuan Pemukiman (SP) di Mimika. Titik bentrok utama terjadi di Jalan Mambruk, Kwamki Narama.
Korban Jiwa Seorang Pendeta
Bentrok ini telah memakan korban jiwa seorang pendeta yang tewas terkena anak panah pada Senin pagi, 3 November 2025.
Warga lainnya yang mengalami luka terkena panah sudah dilarikan ke rumah sakit.
Perdamaian Sebelumnya Gagal
Sebelumnya, Polres Mimika sudah berupaya memediasi kedua kelompok melalui pertemuan perdamaian pada tanggal 14 dan 21 Oktober 2025.
Namun, kesepakatan itu tidak berlangsung lama, karena ada kelompok yang tidak merasa puas.
“Mungkin mereka tunggu terlalu lama dari pihak pemerintah makanya mereka buat kasi lagi pada hari minggu kemarin,” ujarnya.
Ketegangan pun kembali meningkat hingga akhirnya pecah menjadi konflik dengan menggunakan panah pada awal November.
Situasi Terkini dan Langkah Mediasi
Hingga Rabu siang 5 November 2025 situasi di Kwamki Narama masih dalam pengawasan ketat aparat keamanan.
Anggota Polres Mimika terus melakukan patroli rutin untuk mencegah bentrokan susulan.
Pihak kepolisian bersama pemerintah daerah kini berupaya melanjutkan mediasi dengan melibatkan tokoh agama, tokoh pemuda untuk mencari solusi damai yang dapat diterima semua pihak.
Selain itu, koordinasi juga dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten Puncak, DPRD Puncak, dan Polres Puncak agar penyelesaian masalah bisa dilakukan secara menyeluruh.
Dorongan untuk Kesepakatan Damai Tertulis
Langkah yang sedang diupayakan adalah membuat kesepakatan damai tertulis yang akan ditandatangani oleh semua tokoh yang terlibat.
Upaya ini diharapkan mendapat dukungan penuh dari DPRD Mimika dan Pemerintah Kabupaten Mimika, agar konflik tidak kembali terulang. (*)
Penulis: Hayun Nuhuyanan
Editor: Marthen LL Moru










