ILAGA, Koranpapua.id- Satuan Tugas (Satgas) Komando Pasukan Gerak Cepat (Korpasgat) TNI Angkatan Udara, melakukan pengamanan keberangkatan Nenu Tabuni, Sekda Kabupaten Puncak yang bertolak ke Distrik Sinak, Rabu 3 September 2025.
Pada pemberangkatan melalui Bandara Aminggaru itu juga bersama dengan Letkol Inf Himawan, Komandan Kodim 1717/Puncak dan Kompol Mardi Mapaung, Kapolres Puncak.
Keberangkatan mereka menuju Sinak, dalam rangka menghadiri acara adat bakar batu yang digelar masyarakat setempat.
Keberangkatan ini menjadi bagian dari dukungan pemerintah daerah dan aparat keamanan untuk kelancaran kegiatan serta pelestarian budaya lokal yang terus dijunjung tinggi masyarakat Papua.
Agar proses keberangkatan berjalan aman dan tertib, personel Satgas Korpasgat melakukan pengamanan di sejumlah titik strategis di area Bandara Aminggaru Ilaga.
“Kita lakukan pendekatan humanis, personel melakukan pengamanan di sejumlah titik strategis di Bandara Aminggaru Ilaga guna memastikan seluruh proses keberangkatan berlangsung aman, tertib, dan lancar,” ujar Lettu Pas Irfan Fakhrisyam, S.Tr. (Han), Dansektor II Satgas Korpasgat.
Menurutnya, pada kegiatan itu koordinasi lintas instansi turut dilakukan untuk memastikan keamanan dan ketertiban kawasan Bandara tetap terjaga.
Lettu Irfan mengatakan kehadiran Korpasgat di Bandara Aminggaru adalah bagian dari komitmen TNI mendukung kelancaran aktivitas pemerintahan sekaligus menjaga stabilitas wilayah.
“Kami hadir untuk memastikan seluruh proses keberangkatan berjalan aman dan tertib, sebagai bagian dari tugas menjaga stabilitas dan keamanan wilayah,” ujarnya.
Dikatakan, kehadiran Satgas Korpasgat di Bandara Aminggaru mencerminkan sinergi nyata antara TNI, Polri, dan pemerintah daerah.
Dukungan terhadap kegiatan kemasyarakatan seperti ini diharapkan dapat mempererat hubungan sosial dan membangun kepercayaan di tengah masyarakat Papua.
Untuk diketahui, tradisi bakar batu merupakan upacara adat masyarakat pegunungan Papua yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Dalam tradisi ini, batu-batu dipanaskan hingga membara, lalu disusun dalam lubang tanah untuk memasak daging, umbi-umbian, dan sayuran secara bersama-sama.
Lebih dari sekadar cara memasak, bakar batu menjadi simbol kebersamaan, syukur atas hasil alam, serta alat pemersatu dalam berbagai momen penting seperti penyambutan tamu, perayaan, hingga perdamaian. (*)
Penulis: Hayun Nuhuyanan
Editor: Marthen LL Moru










