TIMIKA, Koranpapua.id – Kisah sengsara Yesus Kristus adalah kisah penangkapan, pengadilan dan penderitaan Yesus di kayu salib.
Kisah yang terjadi 2.000-an tahun silam itu, merupakan sejarah yang dicatat dalam Injil dan diperingati oleh umat Kristiani setiap tahun selama pekan suci.
Peristiwa sengsara itu diawali dengan penangkapan Yesus di Getsemani, Yesus diadili dan dilanjutkan dengan dijatuhi hukum cambuk oleh Pontius Pilatus.
Kemudian Yesus disalibkan, mati di kayu salib dan dimakamkan menurut kebiasaan orang Yahudi.
Mengenang kisah ini sengsara ini, Umat Katolik Paroki Santo Stefanus Sempan Timika Keuskupan Timika, Kabupaten Mimika menggelar jalan salib hidup, Jumat 18 April 2025.
Peristiwa sedih dan cukup menyayat hati ini diperankan oleh Orang Muda Katolik (OMK) dan dikuti oleh ribuan umat Paroki Santo Stefanus Sempan.
Titik star perjalanan kisah sengsara Yesus dimulai dari halaman Gedung Tongkonan Jalan Sam Ratulangi sekitar pukul 08.00 WIT.
Peristiwa sengsara ini diperankan oleh George Valentino sebagai Yesus, sementara Ignatius berperan sebagai Desmas atau Dismas sebagai penjahat yang bertobat, yang tergantung di sebelah kanan Yesus.
Sementara Falen berperan sebagai Gestas orang yang tidak bertobat yang juga disalibkan sebelah kiri Yesus.
Di taman Getsemani menghadapi situasi sakratulmaut, Yesus didera, disiksa dan Yudas menjual Yesus dengan 30 keping perak.
Kisah Golgota mengenang sikap Pilatus mencuci tangan atas kebenaran Yesus sebagai raja orang Yahudi.
Di taman Getsemani pula Petrus menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam jantan berkokok tiga kali.
Selepas dari halaman Tongkonan, umat bersama Yesus dan para serdadu bergerak dari Jalan Sam Ratulangi menuju Jalan Yos Sudarso, selanjutnya masuk ke Jalan Pattimura menuju dan masuk halaman Gereja Santo Stefanus Sempan.
Sepanjang jalan Yesus mendapat caci maki, cemoohan dan terus disiksa. Sambil memikul kayu salib yang berat, Yesus ditendang dan diludahi. Orang-orang meneriaki salibkan dia…salibkan dia…!!
Pada peristiwa ketiga, ketujuh dan kesembilan Yesus jatuh di bawah salib. Yesus jatuh karena kayu salib yang dipikul-Nya terasa semakin berat.
Yesus juga kehabisan tenaga ditengah kejamnya para serdadu menyiksa-Nya dalam perjalanan menuju Golgota.
Tindakan para serdadu jelas menguras seluruh tenaga Yesus. Kekuatan fisik Yesus makin lama terlihat semakin lemah.
Perjalanan-Nya masih jauh tetapi Yesus berusaha untuk bangkit kembali dan tetap setia untuk memanggul salibnya.
Pertolongan Simon dari Kirene memanggul salib dan Veronika mengusap wajah Yesus sesungguhnya belum sanggup mengurangi penderitaan Yesus.
Yesus tidak dapat menyembunyikan rasa lelah dan sakit-Nya. Kemanusiaan Yesus semakin tampak, ketika Yesus jatuh untuk kedua kalinya.
Saat jatuh kedua kalinya, Yesus dengan semua daya yang masih tersisa, tetap berusaha bangkit kembali.
Beban salib yang dipikul Yesus semakin berat akibat dosa-dosa manusia. Salah satu dosa adalah kesombongan.
Meskipun dengan beban salib di pundak, Yesus masih merasa iba dan memberikan penghiburan kepada para wanita Yerusalem.
‘Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah menangisi Aku, tetapi tangisilah dirimu dan anak-anakmu’.
Setiba di Golgota para serdadu dengan paksa melepaskan jubah-Nya seraya menarik dengan kasar, membagikan dan membuang undi atasnya.
Menanggalkan jubah serupa dengan menanggalkan harga diri. Yesus dipaksa untuk menanggalkan jubah dan harga diri-Nya.
Yesus dengan hati yang besar tetap melaksanakan tugas-Nya.
Harga diri merupakan nilai yang sangat berharga bagi sebagian besar orang, tetapi sebagai pengikut Kristus hendaknya dapat mengikuti teladan Kristus.
Tidak mempertahankan harga diri yang membuat diri menjadi sombong dan besar kepala.
Jalan salib dengan tema pertobatan ekologis ini, manusia diarahkan untuk tidak memanfaatkan alam ciptaan berlebihan, mengeksploitasi, bahkan menghancurkan alam ciptaan.
Akibat keserakahan manusia bumi mengalami pemanasan global, peningkatan polusi udara dan perubahan iklim yang bermuara pada masalah kesehatan dan lingkungan. (Redaksi)