TIMIKA, Koranpapua.id- Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 H yang tinggal beberapa hari lagi, Tim Pengandali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Mimika, Papua Tengah, melakukan pemantauan ketersediaan gas elpigi, telur ayam ras lokal dan bumbu dapur, Jumat 28 Maret 2025.
Pemantauan dipimpin Frans Kambu, Plt. Asisten II didampingi Everth Lukas Hindom, Plt. Asisten III Setda Mimika, dengan mendatangi langsung sejumlah distributor dan agen yang ada di Timika.
Dalam kegiatan ini juga melibatkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Tanaman Panaman Pangan Hortikultira dan Perkebunan, Sahbandar, BPS Mimika dan Disperindag.
Lokasi yang dikunjungi pertama yakni, PT Musdalifa Karya Mandiri (agen elpiji non subsidi) di Jalan Yos Sudarso tepatnya di Gang Maleo belakang Kantor Basarnas.
Tim selanjutnya mendatangi tempat penjualan telur ayam lokal Mitra Unggas di Jalan Budi Utomo Ujung.
Di tempat tersebut, telur ukuran jumbo dijual Rp78 ribu per rak, ukuran sedang Rp65 ribu per rak dan ukuran kecil Rp60 ribu. Sedangkan beras premium ukuran 5 kilogram dijual Rp80 ribu.
Pemilik Mitra Unggas kepada TPID menjelaskan, harga telur sudah sesuai kesepakatan antara Disnak-Keswan Mimika bersama peternak.
Menurutnya, penjualan harga telur diluar dari harga yang sudah ditetapkan bukan oleh peternak tetapi kelompok pedagang.
Tim selanjutnya menghampiri tempat penjualan telur di Jalan Hasanuddin samping Grapari Telkomsel.
Di tempat tersebut, telur dijual Rp78 ribu per rak untuk ukuran besar, ukuran sedang Rp75 ribu per rak. Sedangkan Minyak Kita ukuran satu liter dijual Rp18.000.
Mendengar penjelasan itu, Frans Kambu meminta agar harga jual telur disesuaikan dengan yang sudah disepakati bersama antara Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Disampaikan Frans bahwa, harga sesuai hasil kesepakatan yaitu, untuk ukuran jumbo Rp78 ribu, ukuran sedang Rp65.000 dan ukuran kecil Rp60.000. Sementara untuk Minyak Kita sesuai kesepakatan ukuran satu liter Rp15.000.
Tim TPDI selanjutnya melakukan pemantauan di Pasar Sentral. Di pasar terbesar di Timika itu, tim mengecek ketersediaan komoditas dan harga jual yang diberlakukan pedagang.
Untuk sayur bayam dan kangkung pedagang menjual Rp5 ribu per ikat. Sementara cabai rawit Rp120 ribu per kilo, cabai besar Rp140 ribu per kilo, cabai kriting Rp95 ribu per kilo.
Untuk harga tomat Rp25 ribu per kilo, bawang merah dan putih Rp60 ribu per kilo, terung Rp18 ribu per kilo, bawang mbombai Rp50 ribu per kilo, jeruk ikan Rp30 ribu per kilo dan jeruk nipis Rp25 ribu per kilo.
Sari, salah satu pedagang mengungkapkan mahalnya cabai rawit lokal menjelang hari raya, selain stok terbatas juga dikarenakan harga beli dari petani sudah mencapai Rp110 ribu per kilo.
“Hari ini atau besok pesawat herkules dari Makassar masuk membawa cabai sehingga bisa menekan harga pasar,” harap Sari.
Berdasarkan pemantauan itu, di tingkat distributor harga cabai rawit dijual Rp100 ribu per kilo, cabai besar Rp95 ribu per kilo dan cabai kriting Rp60 ribu per kilo.
Sementara Paprika Rp110 ribu per kilo, bawang merah dan bawang putih Rp50 ribu per kilo.
Harga ini akan lebih murah jika dibeli per partai yakni, Rp47 ribu per kilo dan bawang bombai Rp40 rbu per kilo.
Vifki Leondo, Sales Branch Manager Papua Tengah PT Pertamina memastikan ketersediaan gas elpigi untuk kebutuhan di restauran hotel, rumah makan dan masyarakat umum tercukupi hingga 10 April 2025.
Adapun ukuran gas elpiji yang tersedia yakni, 50 Kg dijual seharga Rp1.450.000, 12 Kg dijual Rp350.000 dan ukuran 5,5 Kg seharga Rp200.000. Harga ini menurut Vifki, setelah berada ditangan pengecer.
Dijelaskan, untuk di Timika terdapat tiga agen resmi PT Pertamina penjualan elpigi non subsidi yakni, PT Mitra Inti Matam, PT Musdalifa Karya Mandiri dan PT Sinar Murni.
Ketiga agen ini dalam penjualan gas elpigi non subsidi tanpa dibatasi kuotanya. Jumlahnya sesuai kemampuan agen dalam mengorder dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Ketiga agen ini membeli langsung dari Makassar atau Surabaya dan diangkut menggunakan kapal”.
Selain stok masih banyak, PT Pertamina akan mengirim dari Makassar dan Surabaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Mimika.
Viki mengungkapkan untuk wilayah Papua, Maluku dan NTT belum ada gas elpigi subsidi kecuali minyak tanah.
Tidak adanya subsidi di tiga wilayah itu, dikarenakan belum adanya sarana dan prasarana pendukung, misalnya tabung gas dan stasiun pengisiannya.
Dikatakan keputusan konversi minyak tanah ke gas sesuai aturan, pihaknya masih menunggu keputusan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Prosesnya memang panjang jika peralihan minyak tanah ke gas. Dimana Tim Kementerian ESDM bersama Pertamina akan turun melakukan survei lokasi untuk mengetahui kesiapan Sarpasnya,” bebernya.
Sementara Frans Kambu menjelaskan berdasarkan hasil pemantuan lapangan menyebutkan, ketersediaan gas elpigi di tiga agen dan 90 pengecer, termasuk telur ayam lokal mencukupi kebutuhan hingga selesai lebaran.
Namun demikian, kata Frans menyebutkan terdapat beberapa komoditas yang saat ini mengalami inflasi.
Diantaranya, sayur bayam, kangkung dan cabai. Bayam dan kangkung perikat dijual Rp5 ribu dan cabai rawit tembus Rp120 ribu, cabai besar Rp140 ribu dan cabai kriting Rp95 ribu.
Frans berharap distributor tidak menahan barang di gudang supaya para pedagang menjual kebutuhan Sembako dan bumbu dapur tidak terlalu mahal.
“Cabai mahal karena persediaan lagi terbatas di petani lokal. Kita harap harganya tetap terkendali sampai pasca hari raya,” katanya. (Redaksi)