TIMIKA, Koranpapua.id- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Mimika, Papua Tengah mengadakan pelatihan pengelolaan sampah melalui bank sampah, Jumat 22 November 2024.
Pelatihan yang berlangsung di salah satu hotel di Timika, diikuti pihak sekolah, kelurahan, kepala kampung, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pihak gereja dan PKK Distrik Wania, Distrik Mimika Baru dan Distrik Kuala Kencana.
Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Petrus Yumte, Pj Sekda Mimika itu menghadirkan Iwan Kurniawan, S.HUT, M.Si sebagai pemateri dari Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Papua Kementerian Lingkungan Hidup.
Iwan Kurniawan dalam kesehariannya juga menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Fasilitasi Penerapan Pengendalian Pembangunan Ekoregion.
Frans Kambu, mantan Plt. Kepala DLH Mimika yang baru kemarin dilantik menjadi Plt Asisten II Setda Mimika dalam kesempatan itu mengatakan, DLH dalam pengelolaan sampah sudah menyiapkan bank sampah.
Pengelolaan bank sampah ini sudah disosialisasikan dengan melibatkan stakeholder di wilayah Distrik Mimika Baru, Wania dan Kuala Kencana termasuk pemerintah ketiga distrik tersebut.
Ia menjelaskan bahwa saat ini DLH sudah bekerjasama dengan pihak swasta, menyediakan bank sampah induk di Jalan Hasanudin-Irigasi yang letaknya berdekatan dengan Jembatan Waker.
DLH juga mempunyai Pusat Daur Ulang (PDU) yang ada di bekas Kantor DLH di Jalan Cenderawasih dan kelompok pengolah sampah kompos di Iwaka.
“Sampah ini manfaatnya sangat besar. Ada bank sampah induk dan cabang. Masyarakat bisa mengumpul sampah untuk dijual menjadi cuan (uang-Red),” ajak Frans.
Frans mengungkapkan tahun ini DLH menyiapkan anggaran subsidi untuk membeli sampah plastik.
“DLH akan beli tampung di bank sampah baru dijual kepada pihak ketiga. Harganya satu kilo dua ribu,” jelasnya.
Ia menegaskan, sekarang sampah sudah bisa menghasilkan uang, berbeda dengan dulu sampah merupakan barang jorok dan kotor.
Karenanya masyarakat perlu mengubah perilaku menjaga bumi agar tetap sehat. Bumi sehat berdampak pada kesehatan manusia, karena tidak ada penyakit yang timbul dari sampah.
Frans mengakui saat ini sistem pengelolaan sampah di Mimika sudah mulai dilirik sebagai pusat studi banding oleh kabupaten tetangga di Papua.
Salah satunya Pemerintah Kabupaten Asmat yang beberapa waktu lalu datang mengunjungi PDU dan lokasi pengolahan pupuk kompos di Iwaka.
Ini menunjukan penanganan pengelolaan sampah di Mimika terus mengalami perkembangan.
Untuk mencapai penanganan sampah lebih maksimal, Frans meminta dukungan dan partisipasi masyarakat dalam membuang sampah sesuai Perda Nomor 11 tahun 2012.
Petrus Yumte, Pj. Sekda Mimika dalam sambutan mengungkapkan hal yang paling berat mengelola sampah adalah perilaku. Masyarakat merasa seolah pemerintah itu tukang pengangkut sampah.
Padahal sesungguhnya ingin menuntut kota ini terlihat bersih, indah dan rapi masyarakat harus terlibat dengan sadar, membuang sampah sesuai jenis dan waktu yang sudah ditentukan.
Ia menegaskan, pemerintah daerah sedang dalam berbagai upaya memasyarakatkan membuang sampah dalam bank sampah.
Ia mengungkapkan pemerintah dan DPRD telah melakukan perjalanan studi banding pengelolaan sampah di Banyumas. Studi banding ini tidak mempunyai arti kalau perilaku masyarakat tidak berubah.
“Hari ini jumlah penduduk kita di Timika 315. 000 jiwa. Setiap hari masyarakat terus bertambah, sementara ruang-ruang kita terbatas, dibarengi dengan perilaku buang sampah yang tidak taat. Terutama sampah-sampah rumah tangga yang jumlahnya terus bertambah,” kritik Petrus.
Untuk penanganan sampah Pemerintah Kabupaten Mimika membuat program strategis, menjadikan sampah sesuatu yang berpotensi ekonomi, diantaranya kompos dan biogas.
Petrus mengharapkan dengan pemerintahan sudah menyiapkan rumah pengelolaan sampah plastik, maka sangat diharapkan pihak gereja, sekolah dan masjid ikut membantu menyampaikan kampanye menjaga bumi dengan mengelola sampah yang baik.
“Kelola sampah harus menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggung jawab pemerintah,” pesannya. (Redaksi)