TIMIKA, Koranpapua.id– Keuskupan Timika saat ini lagi berduka. Seorang pastor yang tak lelah bekerja untuk kemanusiaan di daerah konflik di Papua, Yustinus Rahangiar, Pr telah berpulang ke pangkuan Bapa di Surga.
Pastor Yustinus meninggal kita semua pada hari Jumat 6 September 2024 sekitar pukul 09.15 WIT di Rumah Sakit Provita, Jayapura, Papua.
Setelah melalui proses perawatan jenazah, termasuk dimandikan dan diawetkan, almarhum Pastor Yustinus disemayamkan di Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru, Abepura, Jayapura, Papua.
Pada pukul 15.04 WIT, para frater dari lima keuskupan menyambut kedatangan jenazah almarhum Pastor Yustinus di Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru Jayapura.
Mereka memanjatkan doa agar jiwa Pastor Yustinus dapat beristirahat dalam damai dan kerahiman ilahi yang kekal.
Pada hari Sabtu 7 September, dari Jayapura jenazah selanjutnya diberangkatkan ke Timika dan disemayamkan di Gereja Paroki St. Sisilia SP2 dan pada Minggu 8 September usai ibadah misa kedua, pastor Yustinus dipindahkan ke Gereja Katederal Timika Raja Timika.
Hari ini, Senin 9 September setelah Misa Requiem di Gereja Katederal sekitar pukul 13.00 WIT jenazah pastor Yustinus diantar ribuan umat ke tempat peristirahatan terakhir di tempat pemakaman para imam diosesan yang berada dalam kompleks Keuskupan, Jalan Cenderawasih, SP2 Timika.
Dikutip dari Katolikkana.com, Pastor Yustinus Rahangiar, Pr sebagai sosok bapak bagi seluruh umat di Dekenat Moni Puncak di saat situasi tegang konflik senjata antara TNI, POLRI dan TPNPB-OPM di Kabupaten Intan Jaya.
Termasuk juga di beberapa tempat terutama Puncak dan Puncak Papua dalam wilayah pelayanan pastoral selama menjadi Pastor Dekan Dekenat Moni Puncak.
Pastor Dekan Dekenat Moni Puncak, Pastor Yance Yogi, Pr pada Jumat, 5 September 2024, mengungkapkan Pastor Yustinus merupakan sosok gembala yang baik dan mengispirasi bagi imam-imam muda di Tanah Papua.
“Saya rekan kerja pastoral saat beliau Pastor Dekan Dekenat Moni Puncak. Dia memiliki sosok kebapaan, gembala yang baik dan menginspirasi bagi kami para imam-imam muda yang bertugas di wilayah kerja pelayanannya,” kata Pastor Yance.
Pastor Yustinus dikenal ramah dan mudah senyum dengan begitu banyak hal inspiratif dapat dipelajari darinya.
“Kami belajar dari dia, karena sebagai pastor kami akan melayani di wilayah konflik yang belum berakhir ini,” timpal Pastor Yance.
Kata dia, Pastor Yusti sebagai seorang bapak yang benar-benar memahami situasi dan mengerti langkah-langkah penyelesaian konflik dengan baik.
Menganalisa persoalan dengan cara cemerlang. Kami melayani umat dalam situasi yang tidak memungkinkan, di mana daerah siaga satu (ring one) antar konflik.
Dalam situasi itu semua orang mengenal Pastor Yustinus Rahangiar, Pr sebagai bapak yang merangkul semua pihak yang bertikai.
Karena semua itu, Pastor Yustinus disebut sebagai gembala yang baik, bapak pastor yang baik dan juga guru yang baik pula.
Dia menghadapi kelompok bertikai antara TNI, POLRI dan TPNPB-OPM dengan senyuman manis.
Ketika kelompok bertikai datang di Pastoran St. Misael Bilogai mereka secara tidak sadar datang mengaku dosa.
Bahkan Pastor Yustinus memberikan nasehat dan harapan kehidupan yang damai antara sesama umat manusia di bumi.
Pastor Yustinus Rahangiar, Pr betugas di Dekenat Moni Puncak kurang lebih 16 tahun sehingga beliau juga lebih dekat dengan umatnya.
Kami keluarga besar turut berduka cita atas kepergian bapak kami ini. Di dalamnya, beliau juga memiliki nilai-nilai belas kasih, nilai cinta kasih, damai sejahtera, kesederhanaan terpatri dalam diri beliau.
Nilai-nilai baiknya beliau membuat umat merasa kehilangan sosok imam yang hadir dalam situasi sulit di Kabupaten Intan Jaya, Puncak, dan wilayah pelayanannya.
Oleh karena itu, Pastor Yustinus membawa perubahan, harapan serta ketenangan di tengah umat yang corak dan moraknya kehidupan umat akibat konflik di daerah ini. Beliau hanya membawa senyum kepada siapa saja.
Selain ini, bidang pendidikan Katolik di wilayah konflik ini beliau juga telah mencanangkan disiplin yang baik kepada para guru SD dan SMP di Dekenat Moni Puncak.
“Mengembalikan harapan masa depan Orang Asli Papua (OAP) di wilayah pelayanan kami bagi anak-anak yang putus sekolah,” katanya.
Pastor Yance Yogi mengatakan belajar dari pengalaman kepribadian serta sosok Pastor Yustinus yang sederhana dan mudah senyum ini, membuka jalan untuk kami memikul salib seperti Yesus Kristus di wilayah pelayanan di daerah konflik.
Sebagai Pastor Dekan Dekenat Moni Puncak, yang juga menggantikan tugas pelayanan yang sebelumnya dikerjakan oleh Pastor Yustinus, ia mengungkapkan bahwa kita harus bersatu baik masyarakat, kaum terpelajar, pemerintah daerah untuk menjaga daerah kita dengan aman dan damai.
Kami keluarga besar Dewan Pastoral serta umat Dekan Dekenat Moni Puncak mengucapkan turut berdukacita atas meninggalnya orang tua kami.
Atas jasa baik dan karya-karyanya Pastor Yustinus Rahangiar Pr, akan dituai di Surga,” ungkap Pastor Yance.
Bertahan di Medan Berat Menghadapi Situasi Krisis Kemanusiaan
Wafatnya Pastor Yustinus membuat masyarakat Papua kehilangan. Salah satu tokoh agama yang juga anggota MRP Provinsi Papua Tengah, perwakilan dari Pokja Agama Katolik Keuskupan Timika, Jack Takimai, mengungkapkan ucapan dukacita amat mendalam atas kepergian Pastor Yustinus.
“Pastor Yustinus Rahangiar, Pr saya biasa juluki beliau sebagai “Pastor Kampung,” tulis Jack Takimai, yang beredar di grup-grup Whatssapp.
Bagi Jack Takimai, yang dikenalnya sebagai sebagai teman-team pastoral ketika di Dekenat Jayawijaya – Lembah Baliem.
“Secara pribadi orangnya amat sangat sederhana baik dalam tutur kata maupun penampilannya sehingga sangat komunikatif. Dia menerima dan menjalani apa adanya, beliau bukan tipe protes,” ungkap Jack.
Jack menulis sejak ditahbiskan, Pastor Yustinus bertugas di Lembah Baliem, bukan di kota tetapi di luar kota yang jangkauannya belum diaspal, masih berbatu-batu.
Pelayanan di Dekenat Jayawiya bertugas di Hepuba, Welesi, Samenage, Kimbim Wogi, Paseima dengan ditemani (motor) triel kuningnya, yang mana kalau triel itu rusak, tidak dibawa ke bengkel tetapi beliau kotak-katik sendiri.
Setelah di Baliem, Pastor Yustinus ditugaskan Modio Apouwo- Kabupaten Dogiyai yang medannya malah lebih berat dari Lembah Baliem.
Di tempat ini beliau tidak mungkin pakai triel itu lagi tetapi di sini beliau pakai kendaraan. Beliau berjalan kaki untuk naik turun gunung melayani umat.
Setelah itu (mungkin 3 tahun) beliau ditugaskan di Timika dan sekitarnya tetapi hanya sementara, rupanya beliau mau di pedalaman lagi.
Akhirnya beliau bertugas di tempat yang paling sulit dan berat lagi yaitu di Intan Jaya. Medan yang begitu berat, situasi kemanusiaan yang sangat genting beliau bertahan di situ sekian lama sampai pensiun (malah rupanya tidak mau dipindahkan).
“Tubuhnya yang kurus itu menjadi baja besi yang kokoh demi melindungi Domba-Domba-NYA agar tidak punah diterkam serigala”
Di sinilah karya pewartaannya sebagai utusan Allah bagi dunia, khususnya Keuskupan Timika. Pastor Yustinus Rahangiar, Pr semoga berbahagia di keabadian bersama para kudus di surga. (Redaksi)