TIMIKA, Koranpapua.id- Pemerintah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah pada tahun 2024 akan memiliki asrama yang dikhususkan untuk sekolah sepak bola usia dini.
Asrama tersebut nantinya dibangun oleh Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan (Dispordabud) Mimika, dengan konstruksi dua lantai dan dilengkapi fasilitas penunjang.
Sementara lokasi asrama terletak bersampingan dengan Stadion Wania Imipi, SP 1, Kelurahan Kamoro Jaya, Distrik Wania.
Hal ini disampaikan Jacob Toisuta, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan kepada Koranpapua.id, Kamis 22 Februari 2024.
Jacob tidak menyampaikan berapa besar pagu dana yang digelontorkan untuk pembangunan proyek tersebut.
Namun asrama tersebut nantinya akan difungsikan sebagai tempat tinggal pemain putra sepakbola usia dini bersama para pelatih.
Lantai atas untuk kamar pemain dan pelatih, sedangkan lantai dasar digunakan untuk ruang makan dan ruang multifungsi seperti tempat belajar dan tempat sharing.
Di lantai dasar juga akan ada ruang doa, ruang kantor dan tempat penyimpanan fasilitas olahraga.
Mantan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Mimika ini menyebutkan saat ini sudah ada 18 pemain dari target 20 orang. Mereka merupakan hasil seleksi pelajar kelas VII-IX SMP se- Kabupaten Mimika.
“Latihan di Stadion Wania Imipi setiap hari mulai Senin-Sabtu pukul 15.30 sampai 18.00 WIT. Karena belum ada asrama pemain dan pelatih masih tinggal di rumahnya masing-masing. Kami antar jemput,” kata Jacob.
Menurut Jacob, proses seleksi sepenuh diserahkan kepada pelatih tanpa ada intervensi. Dalam seleksi tersebut juga diberikan kuota untuk anak-anak asli Papua, namun apabila dalam seleksi belum memenuhi syarat, tidak bisa dipaksakan.
Karena rata-rata yang dipilih sudah memiliki kemampuan bermain bola kurang lebih 50 persen, bukan baru mulai belajar menendang bola.
“Pada dasarnya pada saat seleksi pelatih sudah mengetahui potensi anak dalam bermain bola,” katanya sambari menambahkan para pelatih yang ada saat ini benar-benar memiliki keterampilan bermain bola.
Yacob menuturkan, meskipun sudah dinyatakan lolos seleksi, namun selama menjalani pendidikan para pemain tetap dievaluasi. Dan apabila selama setahun berlatih tidak ada peningkatan kualitas dan performennya maka diganti dengan pemain yang baru.
Aturan ini juga berlaku untuk pelatih, jika selama setahun tidak ada perubahan maka diganti. Kebijakan tegas ini sudah tertuang dalam perjanjian kerjasama antara dinas dengan pemain dan pelatih.
Ia menambahkan sekolah bola usia dini berpola asrama ini bertujuan agar anak-anak tetap menjalani pendidikan formal di sekolah sambil berolahraga.
Grand desain ini menyiapkan masa depan anak-anak, setelah tamat sekolah mengantongi ijazah juga memiliki skiil di bidang olahraga sepakbola.
Apalagi olahraga saat ini tidak semata-mata sebatas hobi, tetapi mengarah pada industri yang bisa memberikan penghasilan untuk membantu ekonomi diri sendiri dan keluarga. (Redaksi)