TIMIKA, Koranpapua.id- Pemerintah Kabupaten Mimika melakukan Seminar Pendahuluan Penyusunan Kajian Pengembangan Budidaya Kopi Robusta, bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Papua (UNIPA) Manokwari, Selasa 12 September 2023.
Kegiatan yang berlangsung di Ruang Rapat Bappeda dibuka oleh Ir. Yohana Paliling, M.Si menggantikan Bupati Mimika Dr. Eltinus Omaleng, SE., MH.
Bupati Eltinus dalam sambutan mengungkapkan berdasarkan data yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) nilai eksport kopi Indonesia ke manca negara mencapai 1,13 miliar Dolar Amerika.
Dengan demikian kopi menjadi komoditi unggulan di Indonesia yang mempunyai nilai eksport tinggi. Pertumbuhan eksport kopi pada tahun 2022 mengalami peningkatan sebesar 12,92 persen jika dibandingkan dengan tahun 2021.
Indonesia saat ini berada di peringkat ke empat sebagai penghasil kopi terbesar di dunia. Salah satu keunggulan kopi Indonesia dibandingkan dengan kopi di negara lain adalah keberagaman pengembangan dalam budidaya.
Hal itu menciptakan cita rasa juga beragam yang khas dari setiap lokasi perkebunan karena sifatnya yang khusus.
Selain itu tingkat konsumsi kopi dalam negeri maupun luar negeri juga tinggi seiring dengan makin banyaknya penikmat kopi, tidak saja kaum tua melainkan sudah merambat menjadi lifestyle kaum milenial.
Dengan demikian mendorong pertumbuhan tempat-tempat usaha cafe-cafe kopi dalam meningkatkan pendapatan ekonomi.
Makin banyaknya penikmat kopi maka pengembangannya tidak hanya fokus pada suatu daerah tetapi menyebar ke beberapa wilayah mulai dari dataran rendah maupun tinggi.
Bupati Eltinus menyebutkan dua jenis biji kopi yang ditanam di Indonesia yakni Robusta dan Arabika. Di Papua di beberapa daerah sudah sejak lama budidaya kopi seperti yang terkenal Kopi Arabika Wamena di Kabupaten Jayawijaya.
Ada juga kopi Robusta Ambairu di Kabupaten Yapen, Kopi Arabika Monamani di Kabupaten Dogiay dan Kopi Arabika Amungme di Kabupaten Mimika.
Peluang untuk mengembangkan kopi sebagai sumber pendapatan ekonomi masyarakat masih terbuka luas. Mimika menjadi salah satu kabupaten dengan potensi sangat besar dalam pengembangan kopi.
Namun saat ini pengembangannya masih sebatas di daerah-daerah tertentu yang sebelumnya sudah ada penanaman kopi.
Sementara Dr. Ir. Antonius Suparno, MP selaku konsultan dari Fakultas Pertanian Universitas Papua Manokwari menjelaskan, saat ini maupun yang akan datang kopi menjadi komoditi global.
Karena saat ini yang minum kopi bukan saja dimonopoli oleh orang-orang tua seperti jaman dulu tetapi sekarang minum kopi sudah menjadi gaya hidup kaum milenial.
“Ini bisa dilihat kondisi saat ini mereka duduk minum di cafe-cafe. Atau bertambahnya kelompok minum kopi di kalangan anak muda sebagai gaya hidup mereka,” jelasnya.
Dengan minum kopi sebagai gaya hidup kaum muda ikut berpengaruh pada menumbuhkembangkan pelaku usaha atau wirausaha cafe. Kondisi ini perlu disambut dengan baik sebagai kegiatan menumbuhkan ekonomi masyarakat.
Menurutnya, dengan makin bertambahnya tingkat konsumsi dan kebutuhan kopi secara global ikut meningkat pertumbuhan tanaman kopi.
Berdasarkan data terakhir permintaan kopi meningkat 4-6 persen pertahun. Sementara pengembangan Kopi Arabika maupun Robusta yang selama ini fokus pada wilayah barat Indonesia mulai terjadi kejenuhan.
Ini terjadi dikarenakan wilayah-wilayah yang selama ini dilakukan pengembangan sudah tidak mungkin lagi dilakukan penambahan area.
Dengan makin terbatasnya lahan pengembangan kopi di wilayah-wilayah sebelum penghasil kopi, maka Mimika menjadi kesempatan yang sangat luar biasa untuk menangkap peluang ini sebagai wilayah baru dalam pengembangan kopi.
Ia menegaskan meskipun kopi Robusta banyak penggemarnya tetapi keberadaannya tidak bisa diabaikan. Sebab merek-merek kopi Robusta yang dikembangkan dalam penggunaannya tetap dicampur dengan kopi Arabika untuk mengurangi tingkat keasamannya.
Dikatatakan pengembangan kopi Robusta terbesar di Indonesia selama ini ada di Bengkulu dan Lampung. Sedangkan kopi Arabika mulai dikembangkan di Aceh sampai Wamena.
“Kita tahu seperti apa nikmatnya minum kopi. Kopi Robusta di Papua saat ini bisa dikembangkan di Serui. Sementara permintaan terus bertambah. Mari kita ambil peluang ini menutup peluang eksport supaya cafe-cafe yang sudah dibuka agar tidak tutup hanya karena stok kopinya kosong,” ajaknya.
Berdasarkan perhitungannya apabila memiliki 500 hektar kebun kopi dengan harga 50 ribu perkilogram kopi dan satu hektar menghasilkan satu ton kopi pertahun maka petani mempunyai uang 50 miliar setiap tahun.
Dengan demikian penghasilan tersebut mampu menggerakan pendapatan petani yang bisa dijadikan emas hijau sebagai ATM petani setiap tahun. Usia tanaman kopi bisa bertahan sampai 20 tahun.
Kopi Robusta ini sangat spesial. Meskipun jenisnya sama tetapi tanam di lokasi yang berbeda akan menghasilkan cita rasanya juga berbeda. Inilah menjadi suatu kelebihan bagi kopi Indonesia.
Kopi Brasil hanya tiga cita rasa, Kopi Kolombia cita rasanya tidak lebih dari lima tetapi kopi Indonesia dengan wilayah pengembangannya berbeda-beda memungkinkan memiliki cita rasanya dan kekhasannya yang makin banyak.
Sementara Samsul Bachri, narasumber dari Fakultas Pertanian UNIPA Manokwari menuturkan, timnya telah turun melakukan kajian lahan pengembangan kopi Robusta di Mimika.
Beberapa tempat yang sudah dilakukan kajian adalah Iwaka. Namun di kampung Iwaka tim menemukan kondisi lahan dengan kadar air tergenang, drainase yang buruk serta kedalaman air tanah 60 cm.
Sedangkan di Kilometer 8 menemukan lahan tanaman kopi dengan drainasenya buruk, kedalaman air tanah 40 cm. Kemudian kondisi lahan kopi di Mware ditemukan drainasenya sudah cukup baik dengan kedalaman air 60 cm.
Untuk wilayah Distrik Kwamki Narama dan Wania ditemukan kondisi tanaman kopi mengalami penyakit karat daun, pertumbuhan tidak optimal karena lapisan tanah 60 cm sudah mendapat air sehingga berpengaruh pada rendahnya produksi.
Penyebab lain kondisi lahan yang lembab bisa menimbulkan penyakit. Selain itu kondisi lahan berada di dataran alluvial, dataran kompleks rawa air tanah dangkal, drainase buruk.
Menurutnya pertumbuhan kopi yang baik bila kondisi tanah yang kering dibandingkan di lahan basah sangat menghambat pertumbuhan.
Untuk daerah dataran rendah dengan curah hujan tinggi dianjurkan membuat drainase yang baik sampai pada daerah pembuangan.
Curah hujan tinggi sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan dan pembuahan. Di Indonesia 360 hari setahun dengan 70 persen hujan sangat berdampak sehingga membutuhkan bantuan teknologi.
“Pembuatan drainase harus koneksi dengan pembuangan akhir bukan membuat kolam yang nantinya bisa meluap menyebar ke area lahan,” pungkasnya. (Redaksi)