SORONG, Koranpapua.id– Kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di Kota Sorong, Papua Barat Daya, masuk dalam tarap memprihatinkan.
Terus terjadinya kekerasan seksual seperti pemerkosaan, percobaan pemerkosaan terhadap pelajar, hingga pembunuhan seorang perempuan lanjut usia (lansia), maka Sorong sudah dikategorikan darurat kemanusian.
Nansy Prisillia Karundeng, Anggota DPRP Papua Barat Daya dari Fraksi Partai Golkar mengatakan, peristiwa pelecehan yang merendahkan martabat perempuan sebagai darurat kemanusiaan, menjadi bukti kegagalan sistem sosial dalam melindungi perempuan.
“Ini bukan sekadar kriminalitas biasa. Sorong kota besar, tapi minuman keras bebas, perempuan diserang, bahkan dibunuh. Mana perlindungan kita?” ujar Nansy di Sorong, belum lama ini.
Ia menyoroti pembiaran pesta minuman keras di ruang publik, bahkan di pusat kota, tanpa pengawasan. Dan pembunuhan terhadap TS (57) sebagai puncak dari kelalaian sistemik.
“Yang mati bukan hanya seorang lansia, tapi rasa aman kita bersama,” ungkapnya.
Ia juga mengecam praktik aborsi ilegal yang sudah berlangsung lebih dari satu dekade di Sorong.
Menurutnya, hal ini mencerminkan lemahnya pendidikan seks dan kurangnya arah positif bagi generasi muda.
Fraksi Golkar menyampaikan lima tuntutan konkret kepada Pemprov Papua Barat Daya dan Pemkot Sorong:
- Pengetatan regulasi penjualan dan distribusi alkohol, khususnya di zona rawan.
- Pembentukan Satgas Khusus Pencegahan Kekerasan Seksual, melibatkan TNI-Polri, tokoh agama, adat, perempuan, dan masyarakat.
- Pendidikan seks dan kesetaraan gender berbasis lokal, dengan pendekatan agama dan budaya.
- Pendirian pusat layanan trauma dan rumah aman di tiap distrik, bekerja sama dengan unit PPA Polri.
- Penertiban praktik ilegal, termasuk klinik aborsi berkedok praktik bidan.
“Kami ingin pemerintah hadir sebelum ada korban, bukan setelah perempuan terbunuh,” tegas Nansy.
Nansy juga mengkritik pola penanganan yang terlalu elitis dan terpusat. Ia mendorong peran aktif RT, pemuda, dan masyarakat kampung dalam pencegahan dini.
“Jika anak muda mabuk lalu memperkosa tanpa takut, maka kita semua ikut gagal, orang tua, sekolah, lingkungan, dan pemerintah semua gagal,” pungkasnya. (Redaksi)