TIMIKA, Koranpapua.id- Kabar duka kini menyelimuti seluruh umat Katolik di Keuskupan Timika.
RP Gabriel Kera Tukan, SCJ, Pastor Paroki Maria Bintang Laut Kokonao, Distrik Mimika Barat, Kabupaten Mimika menghembuskan nafas terakhir, Selasa 18 Maret 2025.
Kabar duka ini hanya berselang sebelas hari umat Katolik Keuskupan Timika bersuka cita atas penunjukan RP Bernardus Bofitwos Baru, OSA sebagai Uskup Keuskupan Timika oleh Paus Fransiskus.
Rasa duka yang mendalam atas kepergian seorang gembala yang sangat dicintai umatnya, beredar cepat di dinding facebook maupun di grup-grup whatsapp umat Katolik Keuskupan Timika dan grup Kerukunan Flobamora Mimika.
Kepergian sang gembala umat ini, cukup membuat umat Katolik atau siapa saja yang mengenalnya terkejut.
Pasalnya, imam yang tiga hari lagi atau tepatnya tanggal 21 Maret 2025 akan berulang tahun ke-49 itu, selama ini tidak pernah ada keluhan sakit.
Kepergian yang mendadak ini, membuat umat Katolik wilayah Keuskupan Timika, lebih khusus umat di 20 stasi Paroki Maria Bintang Laut Kokonao, merasa sangat terpukul.
Berakhirnya masa pengembalaannya di dunia, juga menjadi duka mendalam bagi keluarga dan juga Ordo Pretres du Sacr’e- Coeur de Jesus (SCJ) atau Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus.
Kepergian putra Nusa Tenggara Timur (NTT) asal Lembata kelahiran Kampung Hadakewa itu, membuat semua umat, rekan kerja serta para guru dan sahabat kenalannya merasa kehilangan.
Orang-orang yang mengenalnya menyampaikan rasa sedih dan duka dengan memasang foto dan flayer ucapan selamat jalan menuju Yerusalem baru di laman facebooknya masing-masing.
Siprianus Rhaki, Kepsek SMP YPPK LE COCQ D’ARMANDVILLE KOKONAO menjelaskan, selama ini Pater Gabriel sehat-sehat saja.
Seperti biasa pada Hari Senin 17 Maret 2025 RP Gabriel memberikan pelayanan rutin di Stasi Amar dan Ipaya dan sore harinya kembali ke paroki.
Pada Senin malam pukul 20.00 WIT masih terlihat sehat dan seperti biasa Pastor duduk di bangku depan teras pastoran bersama Paul Hokon, Bapa Asrama.
Namun pada Selasa 18 Maret 2025 pagi, tidak seperti biasanya Pater Gabriel bangun mengikuti misa pagi di gereja.
Pagi itu saat misa hanya terlihat sesama rekan imam lainnya yakni Pater Drian, SCJ dan Pater Titus, SCJ, suster dan karyawan.
“Mereka berpikir Pater tidak bangun ikut misa kemungkinan cape pulang pelayanan. Tetapi sampai pukul 14.00 WIT pater tidak bangun. Merasa curiga, Pater Drian bersama Paul Hokon mendobrak pintu kamarnya,” jelas Sipri.
Setelah pintu kamar terbuka, mereka mendapatkan Pater Gabriel dalam posisi duduk di kursi sambil memegang handphone. Dan saat dibangunkan ternyata sudah meninggal dunia.
Kabar duka ini akhirnya diketahui umat yang ada di wilayah itu. Sekitar pukul 17.30 WIT, terdengar anak-anak asrama dan masyarakat menangis histeris. Mereka meratapi kepergian Pater yang selama ini tidak pernah mengeluh sakit.
Siprianus mengungkapkan sesungguhnya Pater Gabriel sudah meninggal dalam posisi duduk di kursi sekitar pukul 15.00 WIT.
Dugaan ini bisa dilihat ketika pintu kamarnya dibuka terlihat ada bercak darah segar di lantai.
Siprianus menduga Pater meninggal karena serangan jantung, karena saat dimandikan di Puskesmas Kokonao petugas medis mengabarkan jika pembuluh darah di kaki dan pahanya pecah.
Ia mengungkapkan, pada Selasa sore rencananya jenazah langsung diberangkatkan ke Timika melalui jalur laut namun kondisi air sudah tidak memungkinkan.
Umat juga meminta supaya Pater bersama mereka semalam di gereja untuk yang terakhir kalinya.
Umat Katolik di wilayah itu malah mengiginkan agar almarhum dimakamkan di Kokonao.
Mereka beralasan, Pastor Gabriel sudah lama hidup melayani di Kokonau. Selain itu peristiwa meninggalnya seorang Imam Katolik merupakan pengalaman pertama kali yang mereka saksikan secara langsung.
“Berbeda dengan imam-imam asal Belanda dan Jerman dulu meninggal disaat usia mereka masih kecil,” tuturnya.
Kerinduan umat agar almarhum dimakamkan di Kokonau, akhirnya mendapatkan jawaban dari Pater Paulus Drian Suwandi, SCJ dalam perayaan misa pelepasan jenazah, Rabu 19 Maret 2025.
Dalam misa yang didampingi P.Titus Purbasaputra, SCJ itu, disampaikan bahwa sesuai aturan konggregasi, jenazah Pater Gabriel harus dibawa pulang.
Sesuai cerita almarhum, dirinya sudah diminta oleh Provinsial SCJ untuk pindah tugas di tempat lain.
Namun almarhum meminta kepada pimpinan SCJ supaya berikan waktu 10 tahun untuk bertugas di Kokonao.
“Bahkan almarhum sering bercerita dalam nada guyon ingin meninggal bersama umat di Kokonao”.
Dalam keseharian bersama umat lanjut Sipri, almarhum sering memberikan motivasi dan pesan-pesan kepada anak-anak.
“Banyak kenangan yang tidak bisa dilupakan. Ia sosok seorang gembala yang rangkul banyak guru,” kenang Siprianus.
Salah satu kenangan tidak bisa dilupakan oleh masyarakat serta para guru yaitu, tahun 2017 dan 2018 ketika almarhum turun melakukan aksi demo memperjuangkan insentif guru di Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika.
Dalam aksi tersebut almarhum ditangkap dan sempat masuk sel karena dituding sebagai provokator. Namun setelah sehari atau dua hari ditahan kemudian dibebaskan kembali.
Sipri menjelaskan, jenazah Pater Gabriel telah dijemput pihak Keuskupan Timika dengan menggunakan penerbangan Asian One Air menuju Bandara Mozes Kilangin pada pukul 07.00 WIT.
Dengan diantar ratusan masyarakat Kokonao menuju Lapter, sekitar pukul 7.55 WIT, almarhum meninggalkan Kokonau menuju Timika.
Berdasarkan informasi yang yang diterima koranpapua.id, jenazah Pater Gabriel sudah tiba di RSMM untuk diformalin.
Selanjutnya jenazah disemayamkan di Gereja Paroki St. Petrus, SP3 dan pemakaman akan dilaksanakan Jumat 21 Maret 2025 di pemakaman diosesan imam projo Keuskupan Timika. Pemakaman bertempatan di hari ulang tahunnya.
RP Gabriel bergabung dengan Konggregasi SCJ diawali dengan mengucapkan kaul pertamanya di Gisting Lampung pada 1 Agustus 1998.
Ia kemudian menerima tahbisan imamat di Palembang pada 14 Agustus 2006 atau sudah 19 tahun menjalani imamatnya.
Sementara Pastor Hadrianus Wardjito, SCJ dalam rekaman video yang viral di facebook menyebutkan, Pastor Gabriel sudah pernah bertugas di beberapa wilayah di Papua, diantaranya Serui, Biak dan Kokonao. (Redaksi)