JAYAPURA, Koranpapua.id- Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, kini didominasi oleh anak-anak muda yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 (Gen Z).
Bergabungnya Gen Z dalam barisan kelompok separatis, menjadi salah satu faktor tingginya jumlah kasus kekerasan terhadap warga sipil.
Meski tidak menyebutkan secara detail, namun Satgas Damai Cartenz mencatat bahwa, tingginya kekerasan terhadap warga sipil di tahun 2025 meningkat dibandingkan dengan tahun 2024.
Kombes Pol Yusuf Sutejo, Kepala Satgas Humas Damai Cartenz kepada awak media di Jayapura mengatakan, Gen Z dalam melakukan aksi kekerasan tidak mengenal waktu dan tempat.
“Mau hari Minggu atau hari ibadah pun mereka melakukan penyerangan. Mereka menyerang setiap waktu kalau kesempatan, entah itu pagi, siang atau malam hari,” ujar Kombes Yusuf.
“Kenapa kekerasan bersenjata terhadap warga sipil tahun 2025 meningkat karena didominasi oleh gen z. Gerakan mereka berbeda dengan kelompok tua. Ini yang menyebabkan korban sipil cukup tinggi,” jelasnya.
Dikatakan, kelompok Gen Z menyerang secara membabi buta dan menyasar semua warga sipil baik guru, tenaga medis, pedagang, hingga tokoh agama sekalipun.
“Untuk KKB Gen Z tidak mengenal siapa korbannya, apakah guru, tenaga medis tetap mereka serang. Ini yang membedakan kelompok Gen Z dengan kelompok yang tua,” tandasnya.
“Kalau kelompok tua atau senior tidak menyerang di hari Minggu dan tidak akan menyerang guru dan tenaga medis karena mereka sangat menghormati hari ibadah, guru dan tenaga medis,” bebernya.
Adapun motif dari KKB Gen Z melakukan penyerangan secara acak dan membabi buta yakni bertujuan untuk menunjukan eksistensi bahwa mereka ada.
“Motif mereka melakukan kekerasan adalah ingin menunjukan eksistensi serta mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah, nasional maupun internasional,” pungkasnya.
Yusuf memprediksi kelompok bersenjata Gen Z ini masih akan eksis dan akan lebih brutal menyerang warga sipil di tahun 2026.
Kombes Yusuf juga menyampaikan, terjadi peningkatan kasus kekerasan terhadap warga sipil di tahun 2025, juga disebabkan banyak warga sipil yang diam-diam masuk ke hutan untuk bekerja di tambang emas illegal.
Ia mencontohkan, di Yahukimo masyarakat masuk ke hutan dari beberapa lokasi untuk mencari emas tanpa terpantau aparat keamanan.
“Padahal itu adalah daerah operasi KKB sehingga mereka menjadi sasaran kekerasan dari KKB,” tambahnya. (Redaksi)









