“Pasar murah ada terus. Sedangkan kita yang bayar pajak hari-hari bagaimana itu? Sedangkan pasar murah kan enggak bayar pajak. Kita ini hari-hari apalagi sekarang kan kita bayar pajak”.
TIMIKA, Koranpapua.id– Harga sejumlah kebutuhan pokok di Pasar Sentral Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah mengalami fluktuasi dalam beberapa hari terakhir.
Beberapa komoditas seperti cabai dan kol mengalami penurunan harga, sementara tomat dan jeruk justru naik karena pasokan yang terbatas.
Salah satu pedagang di Pasar Sentral Timika, ibu Ece, mengungkapkan bahwa harga cabai rawit kecil kini turun menjadi Rp80.000 per kilogram.
“Sekarang rica (cabai) agak turun. Kita jualkan Rp80 ribu per kilo. Sebelumnya kemarin itu masih kita jual 100 ribu, 90 ribu, sekarang turun 80 ribu. Kalau ada kiriman masuk ya langsung turun, kalau tidak ada, naik lagi,” ujarnya Kamis 23 Oktober 2025.
Sementara itu, untuk cabai keriting, harga masih stabil di kisaran Rp90.000–Rp100.000 per kilogram. “Kalau itu tidak pernah murah, tetap saja kita jual 90 ribu, 100 ribu. Dari dulu itu jarang turun harga,” katanya.
Untuk cabai hijau, harga lebih murah, hanya sekitar Rp60.000–Rp70.000 per kilogram, sedangkan cabai merah besar turun menjadi Rp80.000 per kilogram dari sebelumnya Rp100.000.
“Sekarang agak turun harga juga. Tinggal 80 ribu kita ecer. Sebelumnya kemarin itu sama dengan ini, 100 ribu, sekarang dia turun harga,” jelasnya.
Berbeda dengan cabai, tomat merah justru naik harga, para pedagang menjual dengan harga Rp35.000 perkilogram dikarenakan kurangnya ketersediaan di pasar.
“Tomat sekarang lagi naik. Sekarang kita ecer 35 ribu. Sebelumnya kita ecer 30 ribu, 25 ribu dan sekarang 35 ribu. Tomat kosong sekarang,” kata Ibu Ece.
Namun, untuk jenis tomat bunga, harga kini justru turun menjadi Rp40.000 per kilogram karena pasokan melimpah.
“Itu tomat bunga sekarang murah. Biasanya kita jual 70 ribu, 80 ribu, sekarang tinggal 40 ribu per kilo kita jualkan. Karena sudah banyak di sini. Dulu paling susah sekali,” pungkasnya.
Untuk bawang putih dan bawang merah, pedagang menjual dengan harga relatif stabil di kisaran Rp55.000–Rp60.000 per kilogram.
Disamping itu, ibu Ece juga menyoroti maraknya pasar murah yang menurutnya berdampak pada pedagang tradisional.
“Pasar murah ada terus. Sedangkan kita yang bayar pajak hari-hari bagaimana itu? Sedangkan pasar murah kan enggak bayar pajak. Kita ini hari-hari apalagi sekarang kan naik kita bayar pajak,” ujarnya dengan nada kecewa.
Meski begitu, ia berharap pemerintah dapat menjaga kestabilan harga dan pemerataan pasokan barang agar aktivitas jual beli di pasar tradisional tetap ramai.
“Kita harap harga bisa stabil saja. Jangan sampai naik turun terus, karena pembeli juga susah kalau harga tidak menentu,” tutur ibu Ece. (*)
Penulis: Hayun Nuhuyanan
Editor: Marthen LL Moru










