TIMIKA, Koranpapua.id– Kabar berpulangnya Bapa Suci Sri Paus Fransiskus pada Senin 21 April 2025, masih menjadi perbincangan hangat.
Rasa duka yang mendalam kini masih menyelimuti seluruh umat Katolik di dunia.
Sebagai ungkapan penghormatan, sebagian besar Gereja Katolik di seantero dunia melaksanakan misa Requiem, mendoakan arwah Paus Fransiskus.
Di Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, misa mendoakan Paus Fransiskus berlangsung di Gereja Katedral Tiga Raja, Selasa 22 April sekitar pukul 10.00 WIT.
Misa dipimpin langsung oleh Mrg. Bernardus Baru, OSA, Uskup Keuskupan Timika terpilih.
Disela-sela rasa duka itu, saat ini perhatian umat Katolik dunia kini tertuju ke Roma.
Dalam waktu 15 hingga 20 hari mendatang, Vatikan akan menggelar konklaf, proses sakral dan tertutup untuk memilih pemimpin tertinggi Gereja Katolik pengganti mendiang Paus Fransiskus.
Kardinal Ignatius Suharyo dari Indonesia dikabarkan akan turut serta dalam prosesi konklaf pemilihan Paus baru.
Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) periode 2022-2025, Uskup Antonius Subianto Bunjamin, mengungkapkan bahwa Kardinal Suharyo termasuk dalam daftar 120 kardinal yang memiliki hak memilih dan dipilih dalam konklaf.
“Kardinal Ignacio Suharyo itu tahun ini berusia 74 tahun, jadi beliau adalah salah satu yang berhak untuk memilih dan dipilih menjadi Paus,” ujar Uskup Subianto.
Menurutnya, total ada sekitar 200 kardinal di seluruh dunia, namun hanya 120 orang berusia di bawah 80 tahun yang boleh ambil bagian dalam konklaf.
Proses ini merupakan tradisi penting yang digelar secara rahasia di Kapel Sistina, Vatikan, dengan penjagaan ketat.
Uskup Antonius juga mengisyaratkan bahwa dirinya akan turut berangkat ke Roma bersama Kardinal Suharyo untuk mendampingi sekaligus mewakili Indonesia dalam proses transisi kepausan ini.
“Saya merencanakan akan berangkat bersama Bapak Kardinal, dan tadi juga sudah komunikasi dengan Duta Besar Vatikan,” katanya.
Tidak hanya memiliki peran strategis, kehadiran Kardinal Suharyo dalam konklaf kali ini juga memiliki nilai simbolis.
Sebab, Indonesia masih hangat mengenang kunjungan terakhir Paus Fransiskus ke Jakarta tahun lalu, yang menjadi momen bersejarah yang diwarnai semangat perdamaian antarumat beragama.
“Waktu Paus pulang ke Roma, beliau cerita, dari empat negara yang ia kunjungi, yang paling berkesan adalah Indonesia,” kenang Uskup.
Paus Fransiskus bahkan sempat menyampaikan dalam audiensi umum di Vatikan bahwa ia merasa sangat bahagia saat berada di Indonesia.
Ia menyoroti kehidupan beragama di negeri ini sebagai teladan dunia, di mana umat Katolik bisa beribadah dengan damai di tengah masyarakat mayoritas Muslim. (Redaksi)