TIMIKA, Koranpapua.id- Sudah tiga bulan lamanya tidak ada penerbangan dari Timika, Ibukota Kabupaten Mimika ke Distrik Hoya.
Terhentinya penerbangan ke Hoya itu sejak adanya penembakan helikopter milik TNI pada November 2024 lalu.
Kondisi yang sama juga terjadi di Distrik Alama, dimana hampir tujuh bulan penerbangan lumpuh total pasca adanya pembunuhan terhadap pilot helikopter Mr. Glen Malcolm Conning pada Agustus 2024.
Tidak hanya itu, penerbangan perintis ke Distrik Jila juga dikabarkan hampir dua tahun terakhir tidak mendapatkan pelayanan transportasi udara tersebut.
Kondisi ini membuat masyarakat yang hendak bepergian ke Timika maupun sebaliknya juga terhambat.
Bahkan dikabarkan masyarakat di wilayah- wilayah tersebut kesulitan mendapatkan pasokan makanan dari luar dan hanya mengandalkan hasil kebun.
Keadaan ini pastinya sangat dirasakan masyarakat termasuk tenaga pendidik, tenaga medis dan ASN yang selama ini bergantung pada layanan penerbangan.
Yonathan Demme Tangdilintin, Pj Bupati Mimika saat dikonfirmasi koranpapua.id mengaku baru mengetahui hal tersebut.
“Saya harus cek dulu ke Kadis Perhubungan. Saya belum bisa komen kalau belum cek informasi seperti itu. Karena ini penting. Ini saya baru saya dengar,” ujar Yonathan saat ditemui di Puskesmas Kwami Narama, Senin 24 Februari 2025.
Dikatakan, dirinya segera mengecek langsung ke Dinas Perhubungan untuk mengetahui, apa yang menjadi akar masalah sehingga terhentinya penerbangan ke beberapa wilayah pedalaman.
“Kalau penerbangan terisolir, bagaimana mau mendapatkan fasilitas kesehatan yang baik. Tetapi kendalanya harus saya ketahui dulu. Apakah kaitan dengan anggaran atau kendala cuaca atau jangan-jangan masalah kesiapan maskapainya,” terangnya.
Sementara itu, Jania Basir, Kadis Perhubungan Kabupaten Mimika, saat ditemui terpisah mengatakan belum dibuka penerbangan disebabkan status keamanan yang belum terjamin.
Ia membenarkan bahwa saat ini belum ada penerbangan ke Distrik Hoya, Distrik Alama, dan Jila.
Jania mengatakan, sudah ada surat pernyataan dari masyarakat terkait kemanan di wilayah tersebut. Namun, pihaknya tidak bisa memaksa operator penerbangan untuk masuk ke sana.
“Sebenarnya sudah ada surat pernyataan dari masyarakat terkait Hoya, tetapi kami tidak bisa memaksa operator. Karena kalau ada apa-apa tentu kita tidak akan bisa bertanggung jawab terkait keamanan di sana,” kata Jania kepada awak media di SP3, hari ini.
Menurutnya, Dinas Perhubungan tidak bisa memaksakan pihak operator (Maskapai) berdasarkan pernyataan yang di tandatangani oleh masyarakat.
Meski demikian, Dinas Perhubungan akan tetap berkoordinasi dengan aparat keamanan di distrik-distrik tersebut untuk mendapatkan informasi terbaru terkait keamanan.
“Kita sudah koordinasi. Mungkin itu akan dikoordinasikan kembali oleh pak bupati atau pak Sekda,” pungkasnya.
Seperti diberitakan media ini sebelumnya Elly Dolame, Tokoh Pemuda Distrik Jila mempertanyakan perhatian pemerintah atas terhentinya penerbangan selama ini
“Selama ini pemerintah dimana? sehingga pemerintah tidak tau kalo Jila itu aman. Keamanan terjamin TNI/POLRI ada di Jila,” Ujar Elly kepada koranpapua.id melalui sambungan telepon, Senin 24 Februari 2025.
Menurutnya, kondisi keamanan di wilayah Jila sudah kondusif, itu bisa dilihat dari aktivitas para guru dan tenaga kesehatan serta pembangunan insfrastruktur yang berjalan aman dan lancar selama ini.
“Tiap hari coper Oskar milik Intan Angkasa yang muat kebutuhan bahan bangunan proyek jembatan di Distrik Jila masuk ke sana (Jila-Red) aman-aman saja,” pungkasnya.
Elly menilai Pemkab Mimika terkesan tidak serius menangani transporasi udara ke wilayah pedalaman.
“Jangan hanya banyak bicara di media, sementara bukti tindakan dari pemerintah untuk urus transporasi tidak ada. Kepala distrik juga diam soal ini,” ujar Elly.
Elly mempertanyakan kesejahteraan masyarakat yang mana yang diutamakan pemerintah. “Kami masyarakat di pedalaman merasa dianaktirikan oleh pemerintah daerah,” katanya dengan nada kecewa. (Redaksi)