TIMIKA, Koranpapua.id- Petrus Yumte, Pj Sekda Kabupaten Mimika, Papua Tengah mengajak Pemerintah Distrik, Kelurahan, Kampung dan RT di 18 distrik, untuk bersama-sama mengawasi pergerakan orang asing di masing-masing wilayah kerja.
Tidak saja orang asing, Petrus juga meminta untuk mengawasi warga non asing atau pendatang baru dari berbagai daerah di Indonesia, yang baru masuk dan tinggal di Mimika.
Ajakan ini Petrus sampaikan ketika membuka sosialisasi pemantauan orang asing dalam Penyusunan Bahan Perumusan Kebijakan di Bidang Kewaspadaan Dini, Kerjasama Intelejen, Pemantauan orang Asing.
Tenaga Kerja Asing dan Lembaga Asing, Kewaspadaan Perbatasan antar Negara, Fasilitas Kelembagaan Bidang Kewaspadaan, serta Penanganan Konflik di Daerah.
Sosialisasi yang digagas Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Mimika berlangsung di salah satu hotel di Timika, Jumat 15 November 2024.
Hadir dalam kegiatan itu, Yan Selamat Purba, Kepala Bakesbangpol Mimika, para kepala distrik, lurah dan tokoh masyarakat Mimika.
Hadir juga Luky Mahakena, Ketua FKDM Mimika, Jefri Cris, Ketua FKUB Mimika dan Leonard Kareth, Kabid Penempatan Tenaga Kerja Disnakertrans.
Petrus dalam kesempatan itu menjelaskan banyaknya orang asing di Mimika yang bekerja di PT Freeport Indonesia dan ada juga yang datang sebagai wisatawan.
Wisatawan datang di Timika untuk mengunjungi dan melakukan pendakian gunung salju Cartenz di Tembagapura yang masuk salah satu tujuh keajaiban dunia.
“Kita orang Timika sendiri tidak tahu kalau kita sendiri tinggal di tengah salah satu tujuh keajaiban dunia. Bahkan kita sendiri belum pernah mengunjungi,” kata Petrus.
Ia mengakui beberapa waktu lalu banyak pencinta alam dari Rusia dan Amerika yang mengunjungi Cartenz.
Selain orang asing, banyak orang non asing dari berbagai suku di Nusantara ada di Timika karena adanya Freeport.
“Jika tidak ada Freeport untuk apa orang datang ramai-ramai ke sini. Mungkin biasa-biasa saja dan sepi sama seperti kabupaten lain di Papua,” kata Petrus.
Melalui Bakesbangpol, Petrus menitipkan pesan agar para pemuka agama dalam hal ini pastor, pendeta, ustad disetiap kotbah diselipkan pesan-pesan moral kepada umatnya.
“Dalam membangun suasana kerukunan hidup bersama, saling menghormati dan menghargai, solidaritas dan toleransi antar sesama anak bangsa,” pungkasnya.
Kepada pemerintah distrik, kelurahan, kampung dan RT, Petrus mengingatkan jika menemukan orang asing maupun non asing yang dicurigai berpotensi konflik, segera melaporkan kepada pihak terkait untuk ditangani secara dini.
Ia mengakui khusus di Mimika bahkan Papua dalam pengawasan orang baru di lingkungan tempat tinggal masih sedikit longgar, jika dibandingkan dengan di Pulau Jawa sangat ketat.
Pesan lainnya, para kepala distrik, lurah perlu berkoordinasi dengan Bakesbangpol dan Imigrasi untuk menjalankan tugas pengawasan dan pemantuan secara benar dan pasti di lapangan.
Pengawasan dan pemantuan dini menjadi penting bertujuan sebagai mitigasi awal dalam menekan timbulnya potensi-potensi konflik yang tidak diinginkan. (Redaksi)