TIMIKA, Koranpapua.id- Setelah menempuh pendidikan selama enam tahun, akhirnya 103 murid kelas VI Angkatan XI SD Tabita Sion dinyatakan lulus dan dikembalikan kepada orang tua.
Acara kelulusan sekolah yang bernaung dibawah Yayasan Tabita Sion, Kabupaten Mimika, Papua Tengah berlangsung di Gedung Tongkonan, Jumat 7 Juni 2024.
Acara pelepasan dan pengutusan yang mengusung tema ‘Generasi Penerobos’, diawali dengan prosesi penamatan yang disambut dengan tarian selamat datang yang dibawakan murid kelas IV dan V.
Siswa-siswi selanjutnya dipanggil namanya satu persatu untuk menerima penyematan medali dan penyerahan sertifikat kelulusan oleh Liesbeth Haurissa, Ketua Yayasan Tabita Sion didampingi Ivyliya Gahinsa, Kepala Sekolah.
Ivyliya Gahinsa dalam sambutan mengatakan menjadi generasi penerobos memang tidaklah mudah. Namun dengan tetap mengutamakan Tuhan semuanya mampu dilakukan.
Ivyliya Gahinsa mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang sudah memberikan kepercayaan kepada pihak sekolah untuk mendidik anak-anak selama enam tahun.
Wiji Utami, Pengawas SD Dinas Pendidikan Mimika dalam kesempatan itu mengungkapkan, tinggal menghitung hari anak-anak akan berganti seragam sekolah, dari merah putih ke putih biru. Ini menjadi suatu suka cita tersendiri.
Mewakili Dinas Pendidikan, Wiji mengucapkan terima kasih kepada pihak yayasan dan dewan guru, komite serta orang tua yang selama ini telah mendukung jalannya pendidikan anak-anak.
Sebagai pengawas pendamping, Wiji sangat mengetahui SD Sion selama ini turut menorehkan prestasi, baik dalam olimpiade maupun perlombaan lainnya.
Ia juga mengatakan anak-anak yang tamat tahun ini sebentar lagi akan memasuki usia remaja.
Pihak sekolah pasti sudah membekali dan membimbing anak-anak dengan iman akan Kristus yang sangat baik.
Meski demikian ia mengajak kepada orang tua untuk tetap mendampingi, membimbing dan jangan lelah mengontrol anak-anaknya ketika sudah masuk SMP.
Ini bertujuan untuk memastikan kelanjutan pendidikan anak-anak, sehingga tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah.
Karena ketika menjadi pelajar SMP, tingkat pergaulannya berbeda dan akan bertemu dengan teman baru dari sekolah lain.
Kepada para guru, Wiji juga berpesan untuk tidak alergi dan protes dengan perubahan kurikulum pendidikan.
Karena setiap pergantian Menteri Pendidikan selalu diikuti dengan penerapan kurikulum baru.
Sebagai guru harus siap menerima perubahan dan memetik pelajaran dari perubahan untuk hal-hal baik.
“Ketika mendengar ada perubahan tetap semangat dan bersama-sama belajar hal yang baru untuk sebuah perubahan,” ujar Wiji.
Sebagai pendidik harus bisa mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Karena perubahan dilakukan mengikuti perkembangan jaman yang terus bergerak maju.
Sementara itu Wilhelmus Haurissa, Dewan Penasehat Yayasan Tabita Sion mengatakan, penamatan yang dilakukan ini bukan suatu kebetulan dan hebatnnya manusia.
Tetapi sebuah anugerah terbesar dari Tuhan untuk terus memuji dan memuliakan nama-Nya.
“Tuhan itu maha baik karena masih memelihara anak-anak dan kita semua, sehingga bisa hadir bersama-sama pada acara pelepasan ini,” katanya.
Mantan Sekda Mimika ini mengucapkan terima kasih kepada para guru, komite sekolah yang telah berupaya keras mendidik anak-anak hingga tamat.
“Kami juga ucapkan terima kasih kepada orang tua yang sudah percayakan yayasan ini sebagai tempat untuk mendidik anak-anak. Dan terima kasih kerjasamanya selama ini,” tandasnya.
Dihadapan para guru dan orang tua, Haurissa mengajukan pertanyaan reflektif sesuai tema siapakan generasi penerobos?
Generasi penerobos menurutnya adalah generasi yang mempunyai visi. Generasi yang mempunyai tujuan apa yang akan dicapai kelak.
Untuk mencapai tujuan itu anak-anak tidak akan berjalan begitu saja. Tetapi akan dihadapkan dengan tantangan-tantangan.
Namun dengan tetap teguh dalam firman Allah yakinlah pasti anak-anak akan meraih keberhasilan.
Menurutnya berbicara mengenai visi apa yang akan dicapai anak-anak memiliki dua hal penting.
Pertama, anak-anak mempunyai visi dan tujuan tetapi jika tidak didukung orang tua, maka pada akhirnya hasilnya tidak akan maksimal.
Karenanya Haurissa meminta agar memasukan anak-anak jangan mencari sekolah yang murah dan gratis. Karena yang murah dan gratis bobotnya belum tentu sesuai harapan.
Kedua, menjadi generasi penerobos harus ada harga yang musti dibayar mahal. Orang tua harus mendukung anak dengan mengantarkan ke tempat yang layak untuk dididik.
Dengan mendapatkan tempat didikan yang baik, tidak hanya akademik yang diperhatikan tetapi nilai dan karakter takut akan Tuhan menjadi hal penting.
Dengan demikian maka semua harapan, visi dan tujuan anak-anak akan tercapai. (Redaksi)