TIMIKA, Koranpapua.id- Hampir tiga bulan terhitung Januari hingga awal Maret 2024, pesawat perintis Susi Air hentikan sementara penerbangan ke wilayah Distrik Alama, Hoeya dan Jila, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Kondisi ini membuat masyarakat di distrik pegunungan ini mengalami kesulitan transportasi untuk berbelanja Bahan Makanan (Bama) di kota Timika dan sebaliknya.
Hal ini disampaikan Iptu Iskandar Muis, Kapolsek Jila kepada Koranpapua.id ketika menghadiri Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Distrik Alama yang berlangsung di Timika, beberapa hari lalu.
Iskandar mengungkapkan masyarakat di tiga distrik meminta bantuan Polri dan TNI untuk menyampaikan keluhan ini kepada pihak-pihak berkepentingan, termasuk pemerintah daerah untuk membuka kembali akses penerbangan Susi Air ke wilayah tersebut.
“Karena sekarang yang paling dirasakan masyarakat sulitnya transportasi udara. Karena mau turun ke Timika atau kembali sangat susah,” jelas Iskandar.
Ia memastikan untuk sisi situasi keamanan di wilayah Polsek Jila yang mencakupi Alama dan Hoeya saat ini dijamin kondusif.
Hal ini bisa dilihat dengan lancarnya pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pilpres pada 14 Februari 2024. Masyarakat mengijinkan pesawat komersil masuk mengantarkan logistik Pemilu. Kondisi aman itu masih terus terjaga hingga saat ini.
Iskandar menuturkan, dirinya belum mengetahui secara pasti, apa yang menjadi alasan Susi Air belum melayani kembali wilayah Alama, Hoeya dan Jila.
Informasi yang diterima penerbangan dihentikan sementara, karena terkendala belum ada dana subsidi dari pemerintah untuk penerbangan perintis.
“Masyarakat di wilayah gunung kesulitan untuk mendapatkan bahan makanan. Meskipun saat ini ada pesawat cargo yang melayani tetapi biaya sewanya sangat mahal,” jelas Iskandar.
Untuk itu, ia berharap program pasar murah yang dilaksanakan Dinas Ketahanan Pangan bekerjasama dengan OPD teknis maupun distributor bisa melayani masyarakat Jila, Alama dan Hoeya.
“Kami sangat menyambut baik kalau program ini bisa sampai di gunung-gunung. Karena memang sembako ini masyarakat sangat membutuhkan sekali,” harap Iskandar.
Ajudan mantan Bupati Mimika dan Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal ini sungguh merasakan bagaimana sulitnya masyarakat mendapatkan bahan makanan.
Karena letak geografis yang sulit dan transportasi yang diandalkan hanya satu-satunya lewat jalur udara.
Di tempat yang sama Denis Wandikbo, Operator Distrik Jila menyampaikan hal yang sama. Masyarakat saat ini mengalami kesulitan transportasi.
Biaya cargo sekali terbang dengan berat 300 kilogram menghabiskan Rp80 juta. Padahal saat terbang hanya membutuhkan waktu tidak sampai satu jam. Biayanya jauh lebih mahal daripada terbang ke Jakarta.
Selain Kapolsek dan Denis, keluhan serupa disampaikan oleh Hasan Kemong, Kadistrik Jila.
Hasan Kemong kepada media ini mengungkapkan masyarakat Jila sekarang kesulitan mendapatkan transportasi udara. Karena sudah mau tiga bulan ini pesawat Susi Air belum masuk melayani masyarakat.
Terkait keluhan ini sampai berita diturunkan belum mendapatkan konfirmasi dari pihak pengelola penerbangan pesawat Susi Air. (Redaksi)