Timika – Memasuki musim peralihan, wilayah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah sepekan belakangan ini terus diguyur hujan dengan intensitas, rendah, sedang hingga lebat. Rata-rata dalam sehari curah hujan yang mengguyur Mimika mencapai 80 milimeter.
Akibat tingginya curah hujan mengganggu aktivitas masyarakat di luar rumah. Kendaraan yang biasanya ramai melintas di jalanan kota, Jumat 19 Mei terlihat sepi. Sebagian besar warga lebih memilih berdiam diri dalam rumah. Hanya terlihat pegawai pemerintah dan karyawan swasta yang tetap berangkat ke tempat kerja.
William Titahena, Forescaster Badan Metrologi Klimatologi Geofisika (BMKG) menjelaskan, kondisi cuaca secara umum di Timika masuk musim hujan lokal.
“Musim hujan biasanya puncaknya pada Juni, Juli dan Agustus. Tapi Mei ini sudah hujan. Itu yang biasanya kita sebut peralihan atau pancaroba dari musin panas ke musim hujan,”jelas William kepada Koranpapua.id di ruang kerjanya, Jumat 19 Mei 2023.
Ia mengatakan ketika masuk pada peralihan musim intensitas hujannya cukup lama. Mulai dari ringan sampai sedang hingga lebat dengan durasi waktunya bisa sehari.
“Jadi hujan dari kemarin Kamis 18 Mei sampai sekarang di Timika probabilistiknya sudah sekitar 81 MM. Namun dari jam 09.00 sampai 12.00 WIT hari ini sekitar bisa mencapai 25,2 MM,”terangnya.
Ditegaskan, hujan yang turun dengan intensitas cukup lama tidak ada kaitan dengan fenomena alam, tetapi murni peralihan musim.
“Kalau untuk fenomena alam tahunan sebenarnya yang mau masuk Indonesia adalah Elnino, namun belum secara intens, tetapi baru mulai atau mengawali. Elnino menambah masa udara kering sedangkan Lanina menambah masa udara basah,”paparnya.
Walaupun sekarang masuk musim Elnino, namun Mimika tetap hujan yang dikarenakan pengaruh lokal masih lebih kuat.
Sementara untuk rata-rata kecepatan angin setiap hari masih normal yakni 5 sampai 6 knot, sehingga belum disebut signifikan atau bermakna dan belum masuk kategori membahayakan untuk penerbangan.
Yang dikuatirkan jika kecepatan angin mencapai angka 10 sampai 11 knot, karena bisa mengganggu pada dorongan ekor pesawat terbang saat mengudara atau saat lending, karena terjadi berlawanan arah angin yang mengakibatkan pesawat tergelincir.
Namun yang terjadi Kamis 18 Mei ada pesawat yang terpaksa menunda jam keberangkatan. Termasuk pada hari ini, Jumat 19 Mei ada pesawat yang terpaksa menunda jam kedatangan, lebih disebabkan jarak pandang yang terlalu pendek. (redaksi)