JAKARTA, Koranpapua.id– Tito Karnavian, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) kembali menyoroti anjloknya pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Tengah pada kuartal I-2025 lalu.
Menurutnya, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua Tengah yang tumbuh negatif hingga -25,53 persen secara tahunan (year on year/yoy) menunjukkan masalah serius di pemerintahan daerah setempat.
Sebab, berdasarkan data kementeriannya, belanja Papua Tengah hanya mencapai 20 persen. Padahal, realisasi pendapatan provinsi tersebut bisa mencapai 70 persen.
“Pendapatannya, hebat. Tapi belanja kira-kira baru 20 persen. Artinya uangnya disimpan di bank sehingga membuat pertumbuhan ekonomi di Papua Tengah minus 20 persen,” ungkap Tito saat pelantikan Pejabat Gubernur Papua, Senin 7 Juli 2025.
“Bayangkan semua daerah di Indonesia Timur yang paling tinggi Maluku Utara 30 persen, Papua Barat nomor 2-25 persen kalau saya tidak salah. Pokoknya di atas 25 persen,” tambah Tito.
Tito menilai kontraksi tersebut menjadi peringatan keras bagi pemerintah daerah. Apalagi kondisi ini terjadi di wilayah yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) besar seperti tambang emas dan tembaga milik PT Freeport Indonesia.
“Ini dalam sekali -25 persen di Papua Tengah. Uangnya banyak, begitu. Salah satunya yang saya minta, kalau mau ada perubahan dinas segala macam, ya sesuai aturan kita akan bantu. Tapi uangnya harus disalurkan. Jangan dikunci,” timpalnya.
Ia menegaskan bahwa angka pertumbuhan ekonomi adalah indikator penting untuk menilai kemajuan suatu daerah.
“Stunting dan segala macam, boleh. Tapi pertumbuhan ekonomi itu menunjukkan, paling gampang angka menunjukkan daerah itu naik, maju atau dia stagnan atau dia turun, mundur,” pungkasnya.
Dikatakan, bila pertumbuhan ekonomi suatu daerah di atas tiga persen, maka arah pembangunan dinilai positif. Namun, jika stagnan atau justru negatif, pemerintah pusat perlu turun tangan.
“Kalau minus, dan minusnya dalam sekali, itu mundur. Yang dieksekusi 18 persen belanja, pasti untuk gaji saja. Terus bagaimana dengan pendidikan, kesehatan, jalan-jalan, infrastruktur berarti enggak terbangun. Kira-kira begitu,” tegasnya.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi Papua Tengah tercatat dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS).
Pada triwulan I-2025, ekonomi Papua Tengah dengan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami kontraksi sebesar -25,53 persen (yoy).
Tanpa sektor tambang, justru ekonomi Papua Tengah tumbuh positif 2,35 persen (yoy). Dari tujuh belas lapangan usaha yang dicatat BPS, hampir seluruhnya mencatatkan pertumbuhan.
Hanya dua yang mengalami kontraksi, yakni Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian yang terkontraksi -32,82 persen, serta Lapangan Usaha Konstruksi yang terkontraksi tipis sebesar -0,11 persen.
BPS menyebut, besarnya kontraksi pada sektor pertambangan terjadi akibat penurunan signifikan produksi emas dan tembaga Freeport pada triwulan I 2025.
Sektor ini diketahui sebagai kontributor terbesar perekonomian Papua Tengah. Karena itu, penurunan kinerjanya berdampak langsung terhadap keseluruhan pertumbuhan ekonomi daerah. (Redaksi)