TIMIKA, Koranpapua.id – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Mimika melaksanakan sosialisasi wawasan kebangsaan dan doa bersama lintas agama di wilayah Distrik Kwamki Narama, Senin 14 April 2025.
Kegiatan yang baru pertama kali diselenggarakan FKUB di Kwamki Narama berlangsung di Aula Distrik Kwamki Narama, dengan tema ‘Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Melalui Toleransi dan Moderasi Menuju Mimika Maju’
Tampil sebagai narasumber dalam kegiatan itu, Dr. Jeffrey C. Hutagalung, M. Phill, Ketua FKUB Mimika, Mayor (Inf) Abdul Murnir, Kasdim 1710 Mimika dan Alfasiah, Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bangkesbangpol) Mimika.
Hadir mendampingi narasumber, Yulius Hagabal, Plt. Kepala Distrik Kwamki Narama, I Made Sudiarta, Sekretaris FKUB bersama pengurus FKUB dan Ipda Ponco Suryanto, Kanit Patroli Polsek Kwamki Narama.
Yulius Hagabal dalam sambutan mengucapkan terima kasih kepada FKUB Mimika yang telah menggagas acara ini.
“Sebagai anak bangsa dan umat beragama kegiatan sosialisasi ini bagian sangat penting. Wajib hukumnya hidup dalam kebersamaan, kekompakan dan mengedepankan harmonisasi meskipun berbeda suku dan budaya,” ujar Yulius.
Dikatakan, penduduk yang mendiami wilayah Pemerintahan Distrik Kwamki Narama sangat plural. Meski demikian, wawasan kebangsaan benar-benar terlaksana di Kwamki Narama.
Ini bisa dilihat dari sejumlah konflik dan perang yang terjadi di wilayah itu, tidak pernah mengganggu warga dari luar.
Ia menjelaskan Kwamki Narama merupakan bagian terpenting sejarah yang munculkan ide pemekaran Kabupaten Mimika.
Menurutnya, para pahlawan perjuangan pemekaran Kabupaten Mimika pertama kali tinggal di tempat ini dan dari Kwamki Narama maka lahirlah Lembaga Masyarakat Adat Suku Amungme (Lemasa).
“Kwamki Narama bangun untuk kemajuan. Hanya satu dua orang yang tidak suka dengan Kwamki Narama. Mereka bekerja menyebarkan kasih dan persaudaraan untuk sesama,” ungkapnya.
Yulius mengapresiasi kepada FKUB yang memulai kegiatan wawasan kebangsaan dan doa bersama lintas agama dari Kwamki Narama, dengan harapan masyarakat semakin kompak dan harmonis.
“Semoga kedepan kita semakin kompak untuk kemajuan daerah ini. Mohon dukung doa buat kami di sini,” pintanya.
Ia mengungkapkan wilayah Kwamki Narama masih biasa saja belum mengalami perkembangan pembangunan seperti distrik lain. Ini bisa dilihat masih minimnya fasilitas yang disediakan pemerintah.
Jeffrey C. Hutagalung mengungkapkan keberadaan FKUB mendapat amanat dari pemerintah untuk mewadahi lembaga dari kelima agama yang diakui negara.
FKUB juga diberikan kewenangan untuk memberikan rekomendasi dalam mendirikan rumah ibadah untuk Gereja, Masjid, Pura, Pagoda dan Wihara sesuai permohonan yang diajukan tokoh agama.
Moderasi beragama merupakan hidup bersama tanpa membedakan satu dengan yang lain, tetapi saling menerima perbedaan baik agama, suku, bahasa, budaya dan bahasa.
Perbedaan-perbedaan itu menjadi suatu kekuatan dalam membangun kebersamaan dalam keharmonisan.
Semua pemeluk agama memiliki hak dan tanggungjawab yang sama dalam berbangsa di Negara ini. Bebas melaksanakan ibadah tanpa ada intimidasi, paksaan atau larangan.
Sementara arti moderasi beragama ditarik dari sisi sosial merupakan bagian dari kehidupan sosial kemasyarakatan yang perlu terus dipelihara.
Serta menerima perbedaan keyakinan, suku, bahasa dan budaya yang terus dijaga agar dalam berelasi dengan sesama warga anak bangsa tetap kompak dan bersatu.
Dengan dasar amanat ini, FKUB berkewajiban menjaga, memelihara kerukunan umat beragama supaya tetap harmonis dalam menerima keberagaman, keadilan dalam hidup bersama.
Jeffrey mengatakan, FKUB dalam melaksanakan tugasnya dengan berpedoman pada sembilan kata kunci moderasi beragama yakni toleransi, komitmen kebangsaan, anti kekerasan, menghargai tradisi, kemaslahatan, adil (gender), keseimbangan, kemanusiaan dan kemajemukan.
Ia menjelaskan FKUB memutuskan kegiatan tahun 2025 berawal dari Kwamki Narama, karena wilayah ini dalam melaksanakan seluruh aktivitas tetap mempertahan nilai-nilai luhur dan adat istiadatnya masih sangat kuat.
“Sembilan poin kata kunci moderasi keagamaan tersebut semuanya lengkap ada di Kwamki Narama,” pungkasnya.
Dalam hidup moderasi beragama khusus di Kwamki Narama 90 persen Nasrani. Moderasi beragama menjadi tugas dan tanggungjawab bersama seluruh masyarakat.
Jeffrey menegaskan, agama tidak boleh menjadi kendaraan politik tetapi menjadi alat dan sarana manusia berjumpa dengan Tuhan, baik secara spiritual dan ritual.
Agama menjadi marcusuar memberikan penerangan, penuntun dan obor dalam membawa umatnya kepada kehidupan yang damai untuk menemukan kasih, suka cita dalam persaudaraan.
Agama menjadi pembawa suara kenabian dan keadilan bagi umatnya menuju kesejahteraan. Agama mampu membawa nilai-nilai kemanusiaan dan kebenaran.
Karena dengan semakin tingginya nilai keagamaan maka nilai kemanusiaan dalam menghargai orang lain juga semakin tinggi.
Agama juga sebagai sumber kebijaksanaan dan bimbingan. Sehingga dalam hidup bersama harus bisa menerima semua orang dengan berbagai pergumulan, persoalan dan tantangan hidup untuk mencari solusi.
Sementara Alfasiah, Sekretaris Bakesbangpol Mimika dalam materinya menjelaskan, wawasan kebangsaan merupakan cara pandang diri dalam keberagaman, yang harus terus dipelihara sesuai dengan semangat empat pilar kebangsaan Indonesia yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Ini merupakan landasan yang kokoh dalam menjaga persatuan, kesatuan, dan keberagaman bangsa Indonesia,” tandasnya.
Alfasiah mengungkapkan empat konsep wawasan kebangsaan sesungguhnya sudah diimplementasi oleh masyarakat Kwamki Narama dalam kehidupan yang sesungguhnya setiap hari.
“Kegiatan ini tujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Pemerintahan Kwamki Narama dalam mewujudkan kesejahteraan tidak semudah membalik telapak tangan tapi harus ada dukungan dari masyarakat,” kata Alfasiah.
Ia mengungkapkan yang dilakukan FKUB atas dukungan Pemerintah Distrik Kwamki Narama bertujuan positif agar tercipta komunikasi yang baik dalam mencapai kerukunan bersama dalam perbedaan.
Dikatakan dengan situasi yang aman maka proses pembangunan di wilayah Kwamki Narama akan berjalan lancar meskipun belum semua dijawab oleh pemerintah.
Meski demikian secara bertahap pemerintah akan membangun sesuai kebutuhan yang telah diusulkan dalam Musrenbang.
“Mari kita jaga keamanan dan ketenteraman wilayah ini supaya sentuhan pembangunan dari pemerintah bisa terlaksana. Masyarakat tidak boleh alergi dengan wawasan kebangsaan,” ajaknya.
Masyarakat Kwamki Narama merupakan masyarakat yang religius. Menempatkan Tuhan diatas segala-galanya.
Mayor Abdul Munir, dalam materinya menjelaskan Indonesia adalah bangsa yang besar dari Sabang sampai Merauke.
Masyarakarnya sangat plural baik agama, suku, bahasa, warna kulit serta adat dan budayanya.
Bangsa yang besar ini memiliki kurang lebih 1.300 suku, 700 bahasa dan ini menjadi kekuatan bangsa Indonesia.
Sebagai anak bangsa harus ikut bela negara dalam menjaga dan memelihara keamanan dengan baik.
“Warga wajib ikut serta dalam bela negara baik fisik maupun non fisik. Memaknai bela negara sesuai dengan profesi kita masing-masing dalam membangun. Menjaga keamanan ini menjadi hak setiap warga bangsa,” pesannya.
Dalam memaknai bela negara dan cinta tanah air harus mencintai produk sendiri. Misalnya, mengkonsumsi pangan lokal bukan membeli dari luar, ikut melestarikan budaya lokal dan rela berkoban mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.
Dikatakan dasar Negara ini bukan berdasarkan agama tetapi Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi dan sebagai pandangan hidup bangsa yang didalamnya memuat lima sila serta diikat dalam Bhineka Tunggal Ika. (Redaksi)