TIMIKA, Koranpapua.id- 25 warga yang terdiri dari 15 utusan 11 kampung di Kabupaten Mimika dan 10 dari Kabupaten Asmat, mendapatkan pelatihan peningkatan kapasitas agen perubahan lokal untuk pencegahan stunting.
Dalam pelatihan yang diberikan Wahana Visi Indonesia (WVI), Kamis 30 Januari 2025, para peserta mendapatkan pesan-pesan kunci mengenai pencegahan stunting.
Mereka yang hadir sebagai peserta ini merupakan tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh pemuda, guru PAUD, kader Posyandu, kepala kampung dan tokoh adat.
Peserta dari Kabupaten Mimika merupakan utusan dari Kampung Tipuka, Ayuka, Fanamo, Omawita, Nayaro, Nawaripi, Ohotya, Keakwa, Koperapoka, Otakwa dan Atuka.
Sekembali dari pelatihan ini, para peserta dapat menjadi agen intervensi perubahan prilaku dalam memberikan edukasi dan pesan-pesan kunci di tengah masyarakat, khususnya dalam menjaga kesehatan dan pencegahan stunting.
Yonathan Demme Tangdilintin, Pj Bupati Mimika dalam sambutannya yang dibacakan Frans Kambu, Plt. Asisten II Setda Mimika mengatakan, peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat menjadi pilar kedua dalam percepatan penurunan stunting, sebagaimana tertuang dalam Perpres 72 Tahun 2021.
Dikatakan, persoalan stunting bukan hanya berkaitan dengan akses pangan bergizi dan akses sanitasi yang baik, tetapi juga berkaitan dengan perilaku masyarakat.
Secara khusus berkaitan dengan pola konsumsi makanan bergizi seimbang, hidup bersih dan sehat, serta pola pengasuhan dan stimulasi.
Komunikasi perubahan perilaku merupakan sebuah proses interaktif antar individu dan komunitas untuk membangun perilaku positif, sesuai dengan konteks lokal sehingga mampu menyelesaikan permasalahan kesehatan di daerah ini.
Komunikasi perubahan perilaku membangun lingkungan pendukung yang memungkinkan individu dan masyarakat untuk berinisiatif, mempraktikkan, dan mempertahankan perilaku positif.
Ini bertujuan agar program percepatan penurunan stunting yang dilaksanakan dapat berjalan efektif dan efisien sesuai harapan.
Dengan demikian dibutuhkan agen perubahan untuk dapat melakukan komunikasi ke masyarakat, menyampaikan pesan-pesan kunci terkait stunting sesuai konteks lokal.
Agen perubahan yang akan dilibatkan adalah dari tenaga kesehatan, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan juga remaja.
Remaja berada di garis depan dalam inovasi dan agen perubahan. Banyak inovasi dikembangkan anak muda. Dari merekalah inovasi lahir karena mereka masih memiliki semangat, idealisme, dan kreativitas tinggi.
Rendahnya pengetahuan remaja tentang stunting dan dampak yang ditimbulkan di masa yang akan datang menjadikan remaja tidak peduli akan hal tersebut.
Untuk itu, maka remaja perlu diberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun kesadaran akan dampak stunting ke depannya.
Edukasi lebih efektif dilakukan sesama remaja, yakni dari remaja dan untuk remaja.
Kesetaraan akses untuk perempuan dan anak-anak dan kesetaraan gender berperan dalam memastikan perempuan, terutama ibu hamil dan ibu menyusui, memiliki akses yang setara terhadap informasi, layanan kesehatan, dan sumber daya yang mendukung kesehatan dan gizi mereka.
Ibu yang memiliki pengetahuan dan akses yang baik tentang gizi dan kesehatan akan lebih mampu merawat anak-anak mereka dengan baik, yang berkontribusi pada pencegahan stunting. (Redaksi)