TIMIKA, Koranpapua.id-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah berencana menerapkan terapi baru Primakuin sebagai terapi radikal Malaria Vivax kepada masyarakat.
Langkah awal penerapan terapi baru ini, Dinkes bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Kesehatan dan Masyarakat Papua (YPKMP), memberikan sosialisasi kepada tenaga medis empat Puskesmas dan lintas sektor di Mimika, Jumat 1 November 2024.
Sosialisasi yang berlangsung di salah satu hotel di Timika, dibuka oleh Yakobus Kareth, Staf Ahli Bidang Politik Hukum dan Pemerintahan Mimika mewakili Pj Bupati Mimika Valentinus S. Sumito.
Adapun empat Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang dihadirkan dalam sosialisasi itu yakni, Puskesmas Timika, Puskesmas Pasar Sentral, Puskesmas Bhintuka dan Puskesmas Wania.
Valentinus S. Sumito dalam sambutan yang dibacakan Yakobus Kareth mengatakan, malaria masih menjadi masalah serius kesehatan masyarakat di Kabupaten Mimika.
Dalam upaya persiapan pelaksanaan pemberian terapi baru primakuin yang akan diimplementasikan di empat Puskesmas, sangat dibutuhkan peran serta semua pihak.
Dikatakan wilayah Kabupaten Mimika yang luas terdapat 18 distrik yang tersebar di kota, pesisir dan pegunungan.
Karenanya Dinkes akan terus berupaya melaksanakan program penanggulangan Malaria Tersiana yang dapat menyebabkan kekambuhan.
Ia menyebutkan 40 persen dari kasus malaria di Mimika disebabkan oleh kekambuhan infeksi plasmodium vivax.
Selain diobati dengan obat anti malaria, juga harus diobati dengan obat anti kekambuhan, yaitu primakuin (obat coklat) diminum selama 14 hari.
Malaria dapat mempengaruhi banyak aspek yang bisa memberi dampak jangka pendek dan jangka panjang bagi kualitas hidup.
Terutama pada anak yang dapat menyebabkan anemia, apalagi jika malaria berulang berisiko terjadinya stunting.
Berdasarkan bukti penelitian di Mimika, masalah kepatuhan ini dapat diatasi dengan pemberian primakuin dosis optimal jangka waktu lebih singkat yaitu 7 hari.
Pemberian terapi baru ini harus didahului dengan pemeriksaan kadar G6PD dalam darah.
Ia berharap program terapi baru primakuin, selain di empat puskesmas yang dimulai November ini, kedepan bisa menyasar di 26 Puskesmas di 18 distrik.
Dikatakan, sosialisasi pemberian terapi baru primakuin yang telah dilakukan beberapa waktu lalu, mulai dari tingkat Puskesmas dan kader malaria.
Dan sekarang dilanjutkan pelatihan kepada tenaga medis, paramedis serta analis yang merupakan langkah penting.
Karena mereka yang nantinya memastikan implementasi terlaksana dengan benar sesuai prosedur.
“Keberhasilan pelaksanaan kegiatan implementasi terapi baru primakuin harus dilakukan bersama-sama antara perangkat daerah, penanggungjawab layanan dengan lembaga non pemerintahan maupun pihak swasta,” harapnya.
Melalui sosialisasi ini, diharapkan output dari program malaria dalam upaya penurunan dan pencegahan malaria dapat melahirkan komitmen bersama, khususnya pemerintah distrik, kelurahan dan kampung yang menjadi lokus dari empat Puskesmas.
Kepada semua pihak juga perlu bekerjasama dalam mendukung terwujudnya masyarakat bebas malaria demi tercapainya eliminasi malaria di Mimika tahun 2026. (Redaksi)