TIMIKA,Koranpapua.id- Pemerintah Distrik (Pemdis) Mimika Baru, Kabupaten Mimika, Papua Tengah memberikan pelatihan dan tes kompetensi bagi 250 kader Posyandu utusan sebelas kelurahan yang ada di wilayah itu.
Melalui pelatihan yang berlangsung selama tiga hari itu, diharapkan dapat meningkatkan mutu kader dan membantu mempercepat penurunan angka stunting.
Lokakarya mini yang dirangkai dengan tes kompetensi ini berlangsung di lantai dua kantor Distrik Mimika Baru.
Pemdis Miru bekerjasama dengan tiga Badan Layanan Umum Daerah (BULD) yakni BLUD Puskesmas Timika Jaya, BLUD Puskesmas Timika dan BLUD Pasar Sentral.
Sedangkan pelaksanaan tes kompetensi kader dilaksanakan selama tiga hari. Hari pertama, Senin 29 Juli 2024 untuk kader Posyandu di wilayah BLUD Puskesmas Timika Jaya.
Sedangkan hari kedua, Selasa 30 Juli untuk kader Posyandu BLUD Puskesmas Timika dan hari terakhir, Rabu 31 Juli untuk kader Posyandu BLUD Puskesmas Pasar Sentral.
Pemateri dalam uji kompetensi ini disampaikan oleh masing-masing kepala Puskesmas dan tenaga kesehatan.
Selain mendapat pemaparan materi, para kader juga diminta untuk menjawab soal-soal yang terkait 25 kompetensi kader Posyandu. Semua soal yang dijawab disusun berbeda-beda oleh masing-masing Puskesmas.
Endang Letsoin, Sekretaris Tim PKK Distrik Mimika Baru menjelaskan 250 kader itu merupakan utusan dari 50 Posyandu termasuk Posyandu yang baru dibentuk.
Ia menjelaskan untuk sementara pelayanan kader Posyandu masih menerapkan lima meja. Namun kedepan apabila terjadi perubahan mengikuti standar Peraturan Kementerian Kesehatan, pelayanannya menjadi tujuh meja. Dengan demikian jumlah kader akan bertambah.
Ia menjelaskan dalam tes kompetensi ini yang dinyatakan lolos harus mendapat nilai 70 ke atas dan berhak mendapat sertifikat Kompetensi Kader Posyandu.
Sedangkan bagi kader yang mendapat nilai dibawah 70 akan dijadwalkan untuk mengikuti tes ulang supaya bisa mendapat sertifikat.
Endang mengungkapkan tujuan dilakukan tes ini untuk mengetahui kualitas pemahaman setiap kader dalam melayani masyarakat selama ini.
Bagi mereka yang sudah lolos tes kompetensi akan diberikan Surat Keputusan (SK) oleh kepala kelurahan.
Dengan dasar SK ini setiap bulan para kader akan diberikan honor untuk transportasi.
“Pemerintah distrik sudah siapkan honor untuk uang transpor dan ini bukan gaji,” kata Endang.
Untuk para kader senior yang nilainya mencapai 100 dijadikan kader penggerak untuk mendampingi kader di Posyandu baru.
Sementara Joel D. Luhukay, Kepala Distrik Mimika Baru dalam sambutan di penutupan kegiatan kompetensi menyampaikan rasa bangganya kepada ibu-ibu kader yang selama ini sudah berkeja secara sukarela.
“Saya minta semua ibu-ibu harus bersatu. Kegiatan semacam ini tidak hanya hari ini saja, tapi berkelanjutan agar semua tujuan bisa tercapai. Kita akan programkan dilaksanakan setiap tahun,” katanya.
Menurutnya, dengan lokakarya mini ini Pemdis dapat membuat suatu terobosan untuk masyarakat.
“Kalau kita sehat pasti semua tujuan akan tercapai. Saya minta ibu-ibu kader selalu koordinasi dengan Sekretaris PKK agar dimasukan dalam program”.
“Ibu kader ini bekerja sukarela. Ini sesuatu yang luar biasa. Ibu-ibu jangan putus asa. Kita harus bersatu. Kita sudah siapkan honor dan baju seragam tetapi pembayaran mengikuti yang lama dan yang baru disesuaikan,” jelasnya.
Dikatakan, dirinya sudah meminta kepada ibu Kesra dan sekretaris untuk menyiapkan baju seragam, supaya ada perbedaan antara petugas dan pengunjung.
“Sekarang lagi pembuatan SK untuk pembayaran honor. Saya minta kelurahan lakukan verifikasi data yang benar, dengan komposisi setiap kelurahan lima orang,” tandasnya.
Ia menegaskan apabila sudah ada SK maka dalam bulan ini honor sudah bisa dicairkan. Intinya semua persyaratan administrasinya lengkap langsung dibayarkan.
Kepada setiap kader, Joel anjurkan agar melakukan koordinasi dengan Sekretaris PKK Distrik.
Ini bertujuan jika ada hal-hal baru untuk kemajuan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat diprogramkan.
Joel merasa sedih jika melihat dan mendengar keluhan masalah kesehatan masyarakat seperti stunting, polio dan gizi buruk yang belum teratasi dengan baik.
Menurutnya, melalui kegiatan ini peran kader menjadi sangat dibutuhkan untuk membantu keluarga lain mengolah makanan lokal yang mengandung nilai gizi.
“Saat ini banyak ditemukan stunting yang mengarah pada gizi buruk. Ini terjadi karena kurangnya sosialisasi, terutama anak-anak Papua yang orang tua jarang membawa anaknya ke Posyandu. (Redaksi)