Oleh : Stefanus Wolo Itu (Imam Projo Keuskupan Agung Ende. Misionaris Fidei Donum di Keuskupan Basel Swiss)
TAHTA lowong Keuskupan Agung Ende pasca meninggalnya Mgr. Vinsensius Sensi Potokota telah terisi.
Hari Sabtu 25 Mei 2024 Vatikan menunjuk P. Paulus Budi Kleden SVD mengisi tahta itu.
Penunjukan P. Budi Kleden SVD menjawab semua teka teki selama ini. Doa-doa umat Keuskupan Agung Ende telah terjawab.
Saya mengikuti pelbagai media sosial. Sambutan luar biasa terhadap Mgr. Budi Kleden.
Pujian berdatangan dari pelbagai penjuru. Banyak yang secara singkat menulis ucapan selamat.
Ada yang mencatat kesan dan kenangan agak panjang tentang Uskup baru.
Tak sedikit menjadikan wajah Uskup Budi sebagai foto profil mereka.
Saya kira ini sambutan paling menggema terhadap seorang Uskup baru di media sosial.
Saya tidak heran. Beliau imam, pendidik, teolog dan pemikir gereja katolik yang dikenal kalangan luas.
Dia figur yang sederhana dan rendah hati. Beliau tinggal di Roma dan memimpin konggregasi SVD sejagat.
Sesuai katalogus tahun 2024, SVD sedunia beranggotakan 5754 ribu.
Budi telah mengelilingi empat zona wilayah pelayanan SVD: Eropa, Amerika, Asia Pasifik dan Afrika-Madagaskar.
Beliau sudah mengunjungi puluhan negara tempat perutusan SVD. Saat ini SVD bekerja di 79 negara.
Budi sangat mendunia dan tentu saja tokoh berkaliber dunia.
Hingga Minggu malam 26 Mei saya mendapat banyak pertanyaan: “Mengapa belum menulis proficiat dan ulasan tentang Mgr. Budi Kleden, Uskup Agung Ende yang baru?”
Saya menjawab singkat: “Agenda saya akhir pekan ini sangat padat. Saya belum bisa menulis sesuatu tentang Uskup baru.
Tetapi secara pribadi saya mengirim pesan WhatsApp langsung ke beliau. Saya menikmati apresiasi, pujian, harapan dan doa untuk Uskup baru. Luar biasa!”
Satu pertanyaan menggelitik datang dari kakak saya Yohanes Bate di Wolorowa, Ngada Flores.
Dia pembaca setia tulisan-tulisan saya. Kemarin sore dia menelpon saya. “Hallo Romo, apa kabar ye? Sepertinya tenang-tenang.
Belum ada tulisan tentang Uskup baru kah? Beliau berguyon, jangan sampai kecewa karena Uskup baru ini bukan imam projo KAE, tapi imam SVD”.
Saya tertawa terbahak-terbahak lalu menjawab: “Saya sangat padat, kecapaian sehingga belum bisa menulis”.
Saya perlu menjawab serius pertanyaan santai sang kakak. Saya mengingatkan kembali doa umat Keuskupan Agung Ende selama enam bulan.
Kita mohon bantuan Tritunggal Maha Kudus agar menghadirkan gembala baru sesuai kehendakNya.
Tapi dalam doa itu kita tidak menyebut nama imam, ordo atau tempat asal sesuai keinginan.
Kita mendoakan secara umum agar Uskup baru memiliki keunggulan dalam semua kebajikan. Jadi siapapun dipilih atau ditunjuk Vatikan, dialah gembala kita.
Kita menerima, mendoakan, taat dan mendukung karya kegembalaan Uskup baru. Kehadiran Uskup Budi merupakan jawaban atas doa-doa kita.
“Oh terima kasih atas penjelasan ini. Kami orang kampung sering berpikir bahwa ada permainan politik dalam penunjukan Uskup. Kali ini SVD menang dan Projo kalah ha ha”, jawabnya.
Saya katakan bahwa gereja kita dengan sifat-sifatnya yang katolik, universal dan misionaris melewati batas-batas primordial.
Orang-orang terbaik bisa memimpin keuskupan di wilayah tertentu”.
Dan saya menyebut sejumlah contoh para Uskup Eropa jaman dulu, Uskup Isak Dura di Sintang, Uskup Hila di Pangkalpinang, Uskup San di Bali, Uskup Datus di Sorong. Dan masih sederetan contoh lain.
Saya juga menjelaskan secara sederhana sejarah dan relasi SVD dan imam diosesan.
Kongregasi SVD didirikan oleh Arnoldus Jansen di Steyl Belanda tahun 1875.
Arnoldus adalah imam projo Keuskupan Munster Jerman. Dia projo yang berjiwa misioner. Dia bercita-cita mewartakan Sabda Allah ke seluruh dunia.
Saya pernah berlutut dan berdoa penuh syukur di depan peti emasnya di Steyl.
Misionaris SVD pertama yang diutus ke China adalah Yosef Freinademetz. Dia ditahbiskan sebagai imam projo Keuskupan Brixen, Tirol-Austria tahun 1875.
Tahun 1878, Yosef masuk SVD di Steyl dan tahun 1879 diutus sebagai Misionaris ke China.
Dia pergi tidak dan pernah kembali sampai mati. Dia menulis: “Saya mencintai China. Saya ingin mati di sini dan dikuburkan bersama mereka”.
Bulan Agustus 2023, saat menginap beberapa hari di biara SVD Bözen-Südtirol Italia Utara, saya membaca buku kecil tentang Freinademetz yang ditulis Sepp Hollweck SVD “Der Chinese Aus Tirol atau Orang China Dari Tirol”.
Mengagumkan! Kami juga mengunjungi rumahnya di kampung kecil Oies – wilayah pegunungan Dolomiten.
Dan tak lupa kapela tempat pembabtisannya. Mereka bangga dengan Freinademetz dan mengenangnya melalui tulisan dalam dialek Ladin “Der Ujöp von Oies atau Yosef dari Oies”.
Saya juga menjelaskan peran penting SVD untuk karya misi di Nusa Tenggara. Mereka meletakan dasar kekatolikan yang kuat di bumi Nusa Tenggara.
Beberapa misionaris perintis adalah mantan imam projo. Satu diantaranya P. Frans Cornelissen SVD, peneguh sakramen nikah kedua orang tua kita Albertus Sabu Dhoni dan Pulcheria Mare Bupu di kapela Wolorowa tanggal 3 Juni 1945.
Frans ditahbiskan sebagai imam projo tahun 1920 di Belanda. Dua tahun kemudian masuk SVD dan diutus sebagai misionaris.
Frans tidak pernah menjadi Uskup. Tapi dia peletak dasar pendidikan di gereja Flores.
Pendidikan yang melahirkan para Uskup dan imam-imam pribumi baik SVD maupun Projo dalam kata pengantar buku Biografi Frans Cornelissen yang ditulis P. Alex Beding SVD, P. Budi Kleden (Uskup baru) memuji Cornelissen sebagai tokoh pendidikan yang visioner.
Saya juga menjelaskan tentang peran SVD menyiapkan pendidikan calon imam diosesan. Formasi awal pendidikan imam diosesan terjadi di Ledalero.
Imam Projo perdana KAE Rm. Lukas Lusipung yang ditahbiskan tahun 1944 lahir dari rahim Ledalero. Begitupun beberapa imam projo generasi awal.
“Lihat saja model dan warna jubah kami projo dan SVD juga sama”. Simbol sederhana tapi bermakna.
Tahun 1955 pimpinan gereja lokal mendirikan panti pendidikan imam diosesan di Ritapiret. P. Yosef Boumans SVD ditunjuk sebagai praeses perdana.
Rm. A. Petrus Sepe adalah imam projo Ende angkatan kedua. Beliau menjalani pembinaan di Ledalero dan Ritapiret dan ditahbiskan menjadi imam tahun 1958.
Angkatan ketiga adalah Rm. Ferdinandus Da Cunha yang ditahbiskan tahun 1959. Pemilik 65 tahun usia imamat ini, sekarang masih segar bugar di Keuskupan Ndona.
Beliau tentu akan menjadi bapak dan sahabat bagi Uskup Budi di sana. Saya membayangkan kisah indah persaudaraan Uskup Longinus dan P. Lambert Lame Uran SVD atau Uskup Sensi dan P. Yosef Seran SVD akan terulang.
Saya mengingatkan kakak saya agar tidak perlu mempertentangkan imam projo dengan SVD dan tarekat religius lainnya.
Kami semua menerima panggilan dari sumber yang sama: Yesus Sang Guru. Kami semua mengabdi kepada Tuhan dan sesama.
Kami semua memiliki spiritualitas yang berakar dari Tritunggal Maha Kudus. Karya dan pelayanan kami berbeda-beda sesuai misi pendiri dan situasi aktual gereja lokal.
Kami itu istilah nya komplementer. Saling melengkapi dan menyempurnakan. Kami saling menunjang dalam karya dan memperkaya demi kemuliaan Tuhan.
Konggregasi SVD dan imam-imam gereja lokal itu hebat. Pendiri dan misionaris awal SVD lahir dari gereja lokal di Münster Jerman dan Brixen Austria.
Mereka itu imam-imam hebat yang berwawasan misioner dan mondial. Mereka diutus ke tanah misi dan membangun gereja lokal.
Mereka menyiapkan umat, kaderisasi awam dan formasi para imam. Banyak imam gereja lokal yang hebat berkat didikan para misionaris SVD.
Dua diantaranya Uskup Longinus dan Mgr. Sensi. Banyak imam konggregasi, termasuk generasi baru SVD yang lahir dari seminari menengah didikan imam-imam diosesan.
Imam-imam projo dan religius tinggal dan bekerja bersama di wilayah Keuskupan. Kami semua adalah akar tunggang gereja lokal.
Akar tunggang mempunyai akar utama yang tumbuh lurus ke bawah. Kami dan kita semua memiliki gembala utama yaitu Yesus.
Uskup mengambil bagian dalam imamat Yesus dan melanjutkan tugas kegembalaanNya.
Uskup Budi Kleden, Uskup Sensi, Longinus serta para pendahulu adalah Uskup dan gembala kita semua. Mereka mengajar dan menuntun kita umat beriman.
Kita aktif dalam pelayanan sakramen. Kita kreatif dalam pewartaan sabda dan setia pada devosi-devosi kristiani.
Kita membangun relasi yang bermakna dan berbelarasa pada kemanusiaan.
Keterpilihan Uskup Longinus tahun 1996 dan Uskup Sensi tahun 2006 bukanlah kemenangan pertandingan politik Projo atas SVD.
Begitupun keterpilihan Mgr. Budi Kleden SVD bukanlah kemenangan politik SVD.
Keterpilihan mereka adalah buah dari doa-doa kita semua dan rahmat Ilahi yang patut disyukuri.
Buah-buah doa dan daya rahmat Ilahi memang sulit dimengerti. Sama sulitnya kita memahami rahasia Tritunggal Maha Kudus.
Saya memaknai keterpilihan Uskup Budi Kleden sebagai ajakan berahmat untuk memperbaharui iman, harapan dan kasih.
Proficiat, apresiasi istimewa untuk Uskupku Mgr. Paulus Budi Kleden. Selamat datang ke tengah umatmu di Keuskupan Agung Ende.
Eiken AG Swiss, Senin 27 Mei 2024. (**)