TIMIKA, Koranpapua.id- Hari ini tanggal 2 Mei masyarakat Indonesia merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ke 77 tahun 2024.
Pada peringatan tahun ini Kementerian Pendidikan Riset, Teknologi dan Kebudayaan mengusung tema ‘Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar’.
Bertepatan dengan momen bersejarah ini Koranpapua.id berkesempatan mewawancarai Meki Fritz Nawipa, salah satu kader PDI Perjuangan yang saat ini sedang menyiapkan diri maju pada bursa pencalonan Gubernur Papua Tengah.
Dalam wawancara di salah satu cafe di Timika, Meki Fritz Nawipa mengatakan beberapa alasan yang mendorong dirinya untuk maju sebagai calon gubernur pada Pilkada November mendatang.
Diantaranya, Papua Tengah sebagai provinsi baru memiliki kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang begitu luar biasa kaya, jangan sampai dipimpin oleh orang yang salah.
Selain alasan sebagai provinsi yang baru, Meki yang biasa disapa Mepa ini menekankan bukan tentang siapa yang harus menjadi gubernur definitif pertama di Papua Tengah.
Tetapi yang paling penting dalam pertarungan menjadi seorang pemimpin adalah bagaimana menunjukan suatu nilai dalam meletakan fondasi-fondasi awal yang kuat untuk anak cucu masyarakat Papua Tengah 50 tahun mendatang.
Mantan Bupati Paniai periode 2018-2023 ini maju dalam Pilkada Gubernur Papua Tengah juga bukan melihat siapa yang mempunyai banyak uang.
Melainkan seorang pemimpin harus mampu memperjuangkan nilai-nilai luhur di bidang pendidikan dalam membangun dan menyiapkan sumber Daya Manusia (SDM) orang Papua untuk mengelola kekayaan SDA.
Selain meletakan fondasi pendidikan yang kuat juga ada nilai di bidang ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang perlu diperbaiki.
Pria yang menempuh pendidikan di Deraya Flying School, Jakarta Timur dari tahun 2000 dan memperoleh sertifikat Private Pilot Licence (PPL) mengakui, nilai-nilai yang akan diperjuangkan itu sudah terbukti banyak. Khususnya di Paniai yang saat ini mulai memetik hasilnya.
Nilai lain yang tidak kalah penting, bagaimana memperjuangkan apa yang menjadi hak-hak OAP.
Pria yang meniti karir di dunia penerbangan hampir 15 tahun ini sesungguhnya ingin istirahat untuk menjadi kepala daerah di daerah konflik.
Namun dengan berbagai pertimbangan yang matang serta merasa ini suatu panggilan pelayanan, tidak rela apabila Daerah Otonomi Baru (DOB) dipimpin oleh orang yang salah.
Sebagai mantan Bupati Paniai, Meki dalam membangun Papua Tengah dengan wilayah pelayanan tersebar di delapan kabupaten akan berkomitmen meletakan dasar yang kuat terutama di bidang pendidikan.
Bahkan, Meki tidak akan membuat program yang muluk-muluk, cukup program sederhana yang mudah dilaksanakan serta diterima secara rasional.
Salah satu program prioritas yang akan dilakukan di bidang pendidikan yakni membangun sekolah satu atap. Mulai tingkat Paud, TK, SD, SMP dan SMA di Kabupaten Nabire dan Mimika.
Meki yang menyelesaikan sekolah penerbangan tahun 2007 di Bible College of Victoria (BCV) Melbourne, Australia ini memilih membangun sekolah satu atap di Nabire dan Mimika dengan alasan, karena kedua kabupaten ini dari sisi keamanan sangat mendukung.
Begitupun dengan ketersediaan akses yang lainnya seperti infrastruktur transportasi udara dan darat, ekonomi, kesehatan dan telekomunikasi.
Menurutnya, untuk membangun Papua Tengah supaya bisa bersaing dengan wilayah lain hanya melalui pintu pendidikan tidak dengan cara lain.
“Orang yang sekolahnya pintar belum tentu bisa membangun negeri ini. Hanya orang pintar, berkarakter dan takut akan Tuhan baru bisa menolong orang-orang di negeri ini,” katanya.
Untuk memajukan dunia pendidikan di Papua Tengah selain membuka sekolah satu atap, Meki memiliki planing mendatangkan guru-guru terbaik dan profesional dari luar.
Di samping itu pemerintah menyiapkan tenaga guru sekolah minggu orang Papua untuk melanjutkan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang dibiayai pemerintah.
Mereka selanjutnya ditempatkan di sekolah-sekolah rawan konflik. Tujuan supaya aktivitas pendidikan tetap berjalan.
Strategi program semacam ini Meki sudah menerapkan di Kabupaten Paniai. Langkah ini dilakukan karena hingga saat ini OAP belum mendapatkan pendidikan yang layak.
Dengan demikian sebagai pemimpin harus bisa memastikan pendidikan berjalan baik, supaya masyarakatnya lepas dari ketertinggalan disegala aspek.
Meki menuturkan, kemajuan pendidikan di Paniai saat ini sudah sangat jauh lebih baik bila dibandingkan dengan Wamena sebagai kabupaten tertua di wilayah pegunungan.
“Sekarang kita punya listrik menyala 24 jam, pelayanan jaringan forgi, kita punya akses pembangunan infrastruktur, ekonomi petani kopi bertumbuh, petani ikan dan sekolah juga jalan,” paparnya.
Kemudian sebagai bentuk pemberdayaan orang Papua, di Paniai, Meki mempekerjakan ibu rumah tangga untuk membersihkan kota dan diberikan upah yang layak.
Dengan memberikan mama-mama pekerjaan, pemerintah juga ikut membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Meki berkomitmen apabila terpilih sebagai Gubernur Papua Tengah akan menerapkan program pemberdayaan ekonomi, pendidikan, kesehatan.
Dikatakan, untuk mengelola kekayaan SDA akan berhadapan dengan peralatan berteknologi serba canggih, karena itu membutuhkan orang-orang berpendidikan.
“Makanya Anda tidak bisa mengklaim ini gunung kita punya, tapi anda sendiri tidak bisa bekerja. Kita harus buka balai latihan kerja, sekolah keterampilan. Kita musti berpikir yang realistis,” pesannya.
Meki memastikan apabila terpilih sebagai gubernur akan menjalankan mandotori undang-undang 20 persen APBD Papua Tengah untuk pendidikan.
“Uang cukup banyak sementara orangnya sedikit. Kita tinggal menyewa guru-guru yang bagus untuk meletakan fondasi pendidikan yang baik,” tandasnya.
Birokrat selalu berpikir menghabiskan anggaran, politisi selalu berpikir membagi uang. Lebih baik anggaran yang ada digunakan untuk membiayai orang-orang ahli untuk meletakan dasar yang kuat di bidang pendidikan.
Di Paniai, Meki mempersiapkan tenaga guru tamatan PGSD diberikan gaji yang besar, ditempatkan di daerah-daerah konflik sehingga aktivitas belajar mengajar tetap aktif.
Dengan demikian roda pendidikan dipastikan tetap berjalan sampai di pelosok maupun di dalam kota dan pinggiran kota. Sebab pendidikan tidak boleh ada yang ketinggalan. (Redaksi)