TIMIKA, Koranpapua.id– Kondisi jalan masuk ke areal Pelabuhan Pomako, Distrik Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah semakin memprihatinkan.
Kondisi itu diperparah dengan minimnya fasilitas, diantaranya terminal penumpang yang sangat tidak memenuhi standar kelayakan.
Para penumpang yang hendak naik dan turun di Pelabuhan Pomako hanya bisa mengeluh dan terpaksa menerima kondisi yang ada.
“Kalau hujan begini kita terpaksa cari perlindungan masing-masing, apalagi penumpang banyak begini, kita masyarakat kecil terima saja dengan keadaan yang ada,” keluh salah satu warga yang ditemui Koranpapua.id, Senin 15 April 2024.
Selain jalan masuk yang lumpur dan berbecek, Pelabuhan Pomako yang selama ini menjadi pintu masuk perekonomian Mimika juga tidak dilengkapi dengan sarana Mandi Cuci Kakus (MCK).
Kerusakan jalan dan minimnya sarana di pelabuhan Pomako sudah lama terjadi dan telah disampaikan ke pemerintah daerah. Namun upaya itu belum juga membuahkan hasil.
Kepala Pelni Cabang Mimika, Rahmansyah Chaidir juga menyayangkan minimnya perhatian pemerintah terhadap kondisi jalan yang rusak.
“Jalan ini akses menuju pelabuhan, artinya banyak kendaraan yang melintas. Seharusnya jalan tersebut mudah dilalui dan tidak ada yang rusak,” katanya.
Ia menyayangkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Mimika yang mencapai Rp7,5 Triliun, tetapi tidak bisa mengalokasikan untuk melakukan pembenahan fasilitas di Pelabuhan Pomako.
“Bayangkan saja MCK pun tidak ada. Ini penumpang mau buang air saja susah, belum jalan masuk yang rusak parah. Pemerintah seharusnya bisa memperhatikan kondisi ini,” harapnya.
Menurutnya, dirinya sudah dua tahun sebagai Kacab Pelni Timika dan sudah berulang-ulang melakukan koordinasi dengan Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan Pomako terkait progres pembangunan Pelabuhan Pomako.
Namun usaha dan upaya tersebut sampai hari ini belum juga membuahkan hasil. Padahal menurutnya, dari seluruh pelabuhan di Indonesia hanya Pelabuhan Pomako yang tidak ada fasilitas pendukung dalam melayani penumpang.
“Fasilitas pendukung tidak memadai inilah yang membuat kami, Syahbandar dan Polsek KP3 Laut mengalami kendala ketika mengatur penumpang saat turun dan naik kapal. Kami sering melakukan boarding tiket di tenda yang sudah kami siapkan,” jelasnya.
Ia berharap agar Pemerintah Kabupaten Mimika dapat menyelesaikan permasalahan lahan guna melakukan perbaikan di pelabuhan
“Bandara Mosez Kilangan bisa dibuat bagus, padahal bukan pusat perekonomian karena pesawat itu tidak bawah kontener. Pusat perekonomian ada di Pelabuhan Pomako, namun seakan dianaktirikan,” keluhnya.
Ia mengatakan terkadang merasa kasihan terhadap penumpang dari Timika yang ingin berangkat dengan kapal Pelni, karena terpaksa harus berteduh diterik panas matahari, dan harus basah ketika turun hujan. (Redaksi)