TIMIKA, Koranpapua.id- Virus African Swine Fever (ASF) semakin ganas menyerang ternak babi di Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Akibatnya ribuan ekor babi milik peternak mati.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak-Keswan) Kabupaten Mimika mengambil kebijakan menguburkan semua babi yang mati secara massal, Kamis 15 Februari 2024.
Lokasi penguburan berada di lahan milik pemerintah Kabupaten Mimika yang jauh dari pemukiman warga, sehingga sangat aman untuk ternak babi yang masih sehat.
Berdasarkan data Disnak-Keswan untuk hari Kamis 15 Februari 2024 telah menguburkan 1.176 ekor, dan pada hari Jumat 16 Februari 2024 terdapat 586 ekor milik peternak di Jalan Pisang, Kelurahan Timika Jaya SP2, Arena Lama dan Sam Ratulangi.
drh. Sabelina Fitriani, M.Si, Kepala Disnak-Keswan menjelaskan, ternak babi yang mati dikubur secara massal oleh dinas, sementara selebihnya yang tidak terdata dikuburkan oleh masyarakat sendiri.
Karena jumlah babi yang mati jumlah sangat banyak, maka liang kuburnya digali sedalam tujuh meter, selanjutnya ditimbun dengan tanah menggunakan excavator.
Sabelina menghimbau kepada masyarakat pemilik ternak, yang babinya masih dalam kondisi sehat untuk diberikan suntikan serum ScoVet ASF dan vaksin hogkolera untuk mencegah dan antibodi.
Ia menyebutkan populasi ternak babi di Mimika sekarang tersisa 11.800 ekor. Tingginya populasi ini dimasa puncak ASF sehingga biosekuriti kebersihan kandang sangat penting diperhatikan.
Kandang harus disemprot dengan desinfektan, lantai disikat menggunakan baiklin dan sabun. Melarang atau membatasi orang untuk keluar masuk area kandang.
“Apalagi orang yang dari kandang sudah terserang ASF. Itu sangat cepat menular ke babi yang lain,” jelas Sabelina kepada wartawan di lokasi penguburan ternak babi, Jumat 16 Februari 2024.
Dikatakan, larangan orang keluar masuk bebas di kandang, karena virus yang menempel pada baju akan mudah pindah ke ternak babi.
Hal itu bisa mengakibatkan kondisi babi yang awalnya terlihat sehat, dan hanya berselang beberapa waktu bisa langsung mati. Ini dikarenakan virus ASF sekarang makin ganas.
“Yang awalnya babinya terlihat sehat tapi sekarang babinya mati. Virus menempel di baju saat masuk di kandang virusnya menyebar ke babi,” paparnya.
Media penyebaran virus selain lewat manusia juga melalui lalat, burung dan tikus, kotoran ternak babi itu sendiri dengan masa inkubasi bertahan selama setahun.
“Kencing babi juga mengandung virus. Babi mati dan kandang belum steril maka babinya mati lagi kalau dimasukan babi. Virus bertahan enam bulan sampai setahun,” tandasnya.
Kepada peternak, Sabelina mengingatkan untuk hentikan lalulintas ternak. Jangan memindahkan babi ke kandang lain meskipun sudah lama kosong.
Kandang yang kosong secara rutin disemprot dengan disifektan, disikat menggunakan bayclean dan sabun.
“Kami harap para peternakan bersabar dengan situasi ini. Babinya yang masih bertahan dikasih serum ScoVet ASF dan vaksin kolera supaya antibodinya tetap stabil,” saran Sabelina.
Ia mengakui saat ini pihaknya kewalahan untuk turun melayani peternak karena keterbatasan petugas.
Untuk itu, kepada peternak, Sabelina meminta bagi yang bisa menyuntik sendiri silahkan datang ke kantor untuk mengambil serum dan vaksin kolera.
Begitu juga bagi yang belum bisa menyuntik sendiri, dapat menghubungi petugas untuk sama-sama turun menyuntik.
“Petugas terbatas sehingga kita tidak bisa datang ke kandang satu persatu. Peternakan yang bisa menyuntik sendiri kami siapkan peralatannya,” katanya. (Redaksi)