ADVERTISEMENT
Minggu, Juni 1, 2025
Koran Papua
No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto
Koran Papua
No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto
ADVERTISEMENT
Home Kesehatan

Virus ASF di Timika Makin Ganas, Ribuan Ekor Babi Mati, Disnak-Keswan Kuburkan Secara Massal

Media penyebaran virus selain lewat manusia juga melalui lalat, burung dan tikus, kotoran ternak babi itu sendiri dengan masa inkubasi bertahan selama setahun.

16 Februari 2024
0
Virus ASF di Timika Makin Ganas, Ribuan Ekor Babi Mati, Disnak-Keswan Kuburkan Secara Massal

Excavator menggali lubang untuk menguburkan babi yang mati di lahan milik Pemkab Mimika, Jumat 16 Februari 2024. (Foto : Redaksi/Koranpapua.id)

Bagikan ke FacebookBagikan ke XBagikan ke WhatsApp

TIMIKA, Koranpapua.id- Virus African Swine Fever (ASF) semakin ganas menyerang ternak babi di Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Akibatnya ribuan ekor babi milik peternak mati.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak-Keswan) Kabupaten Mimika mengambil kebijakan menguburkan semua babi yang mati secara massal, Kamis 15 Februari 2024.

ADVERTISEMENT

Lokasi penguburan berada di lahan milik pemerintah Kabupaten Mimika yang jauh dari pemukiman warga, sehingga sangat aman untuk ternak babi yang masih sehat.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Berdasarkan data Disnak-Keswan untuk hari Kamis 15 Februari 2024 telah menguburkan 1.176 ekor, dan pada hari Jumat 16 Februari 2024 terdapat 586 ekor milik peternak di Jalan Pisang, Kelurahan Timika Jaya SP2, Arena Lama dan Sam Ratulangi.

Baca Juga

Kelangkaan Beras SPHP di Mimika, Bulog Sarankan untuk Sementara Beralih ke Beras Premium

Masyarakat Adat Papua Harus Memiliki Kendali Penuh, Tidak Boleh Terpinggirkan oleh Investor

drh. Sabelina Fitriani, M.Si, Kepala Disnak-Keswan menjelaskan, ternak babi yang mati dikubur secara massal oleh dinas, sementara selebihnya yang tidak terdata dikuburkan oleh masyarakat sendiri.

Karena jumlah babi yang mati jumlah sangat banyak, maka liang kuburnya digali sedalam tujuh meter, selanjutnya ditimbun dengan tanah menggunakan excavator.

Sabelina menghimbau kepada masyarakat pemilik ternak, yang babinya masih dalam kondisi sehat untuk diberikan suntikan serum ScoVet ASF dan vaksin hogkolera untuk mencegah dan antibodi.

Ia menyebutkan populasi ternak babi di Mimika sekarang tersisa 11.800 ekor. Tingginya populasi ini dimasa puncak ASF sehingga biosekuriti kebersihan kandang sangat penting diperhatikan.

Kandang harus disemprot dengan desinfektan, lantai disikat menggunakan baiklin dan sabun. Melarang atau membatasi orang untuk keluar masuk area kandang.

“Apalagi orang yang dari kandang sudah terserang ASF. Itu sangat cepat menular ke babi yang lain,” jelas Sabelina kepada wartawan di lokasi penguburan ternak babi, Jumat 16 Februari 2024.

Dikatakan, larangan orang keluar masuk bebas di kandang, karena virus yang menempel pada baju akan mudah pindah ke ternak babi.

Hal itu bisa mengakibatkan kondisi babi yang awalnya terlihat sehat, dan hanya berselang beberapa waktu bisa langsung mati. Ini dikarenakan virus ASF sekarang makin ganas.

“Yang awalnya babinya terlihat sehat tapi sekarang babinya mati. Virus menempel di baju saat masuk di kandang virusnya menyebar ke babi,” paparnya.

Media penyebaran virus selain lewat manusia juga melalui lalat, burung dan tikus, kotoran ternak babi itu sendiri dengan masa inkubasi bertahan selama setahun.

“Kencing babi juga mengandung virus. Babi mati dan kandang belum steril maka babinya mati lagi kalau dimasukan babi. Virus bertahan enam bulan sampai setahun,” tandasnya.

Kepada peternak, Sabelina mengingatkan untuk hentikan lalulintas ternak. Jangan memindahkan babi ke kandang lain meskipun sudah lama kosong.

Kandang yang kosong secara rutin disemprot dengan disifektan, disikat menggunakan bayclean dan sabun.

“Kami harap para peternakan bersabar dengan situasi ini. Babinya yang masih bertahan dikasih serum ScoVet ASF dan vaksin kolera supaya antibodinya tetap stabil,” saran Sabelina.

Ia mengakui saat ini pihaknya kewalahan untuk turun melayani peternak karena keterbatasan petugas.

Untuk itu, kepada peternak, Sabelina meminta bagi yang bisa menyuntik sendiri silahkan datang ke kantor untuk mengambil serum dan vaksin kolera.

Begitu juga bagi yang belum bisa menyuntik sendiri, dapat menghubungi petugas untuk sama-sama turun menyuntik.

“Petugas terbatas sehingga kita tidak bisa datang ke kandang satu persatu. Peternakan yang bisa menyuntik sendiri kami siapkan peralatannya,” katanya. (Redaksi)

I am raw html block.
Click edit button to change this html

Cek juga berita-berita Koranpapua.id di Google News

Baca Artikel Lainnya

Kelangkaan Beras SPHP di Mimika, Bulog Sarankan untuk Sementara Beralih ke Beras Premium

Kelangkaan Beras SPHP di Mimika, Bulog Sarankan untuk Sementara Beralih ke Beras Premium

31 Mei 2025
Masyarakat Adat Papua Harus Memiliki Kendali Penuh, Tidak Boleh Terpinggirkan oleh Investor

Masyarakat Adat Papua Harus Memiliki Kendali Penuh, Tidak Boleh Terpinggirkan oleh Investor

31 Mei 2025
PGI Sampaikan Rasa Duka Atas Terbunuhnya Mama Hetina di Distrik Sugapa Intan Jaya

PGI Sampaikan Rasa Duka Atas Terbunuhnya Mama Hetina di Distrik Sugapa Intan Jaya

31 Mei 2025
Konsep Otomatis

Pembakaran 10 Unit Rumah di Puncak Jaya Diduga Dilakukan Kelompok yang Teroganisir

31 Mei 2025
Kemenkeu Tetapkan Dana Desa 2025 untuk Papua Tengah, Puncak Jaya Terbesar Rp275.517.473.000

Kemenkeu Tetapkan Dana Desa 2025 untuk Papua Tengah, Puncak Jaya Terbesar Rp275.517.473.000

29 Mei 2025
Festival Golden of Papua Central 2025 Resmi Dibuka, Jadi Panggung Ekspresi Seni dan Budaya Mimika

Festival Golden of Papua Central 2025 Resmi Dibuka, Jadi Panggung Ekspresi Seni dan Budaya Mimika

29 Mei 2025
Next Post
Virus ASF Tidak Menular ke Manusia, Kerugian Ekonomi Miliaran Rupiah

Virus ASF Tidak Menular ke Manusia, Kerugian Ekonomi Miliaran Rupiah

Alokasi APBN 2024 untuk Mimika dan Puncak Rp4,2 Triliun

Alokasi APBN 2024 untuk Mimika dan Puncak Rp4,2 Triliun

Cacar Monyet Merebak di Indonesia, Reynol: Dinkes Mimika Terima Arahan Kemenkes 

Reynold Ubra Tegaskan Kasus Lumpuh Layuh di Timika Belum KLB Polio, Dinkes Keluarkan Surat Edaran

Koran Papua

© 2024 Koranpapua.id

Menu

  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto

© 2024 Koranpapua.id