TIMIKA, Koranpapua.id- Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Mimika segera melaksanakan kejuaraan pertandingan sepakbola antar SMP se- Mimika.
Pertandingan yang rencananya digelar bulan November 2023 bertujuan untuk menjaring pemain sepakbola usia dini, yang nantinya tergabung pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar Daerah (PPPPD) Mimika.
Jacob Toysuta, Kadisparbudpora Mimika mengatakan untuk melaksanakan ivent ini, panitia sudah mengirim surat pemberitahuan kepada semua SMP di Mimika untuk berpartisipasi dalam kompetisi ini.
“Dari semua peserta yang ikut bertanding, panitia akan pilih 35 orang untuk diseleksi menjadi 22 orang. Mereka ini akan dimasukan dalam PPPPD,” jelas Jacob kepada Koranpapua.id di ruang kerjanya, Jumat 3 November 2023.
Dalam pertandingan yang melibatkan pelatih hasil seleksi Disporapar, untuk memilih pemain yang memang benar-benar murni bisa bermain bukan hasil main mata pelatih dengan temannya.
“Karena kalau hasil nepotisme maka kedepannya akan menjadi tidak baik. Saya harap dalam seleksi ini tidak ada yang nepotisme,” tegas Jacob.
Pelatih harus benar-benar independen dan tidak mudah terpengaruh dengan titipan teman, keponakan atau saudara. “Kami harap ini murni dipilih karena anak punya kemampuan bermain yang bagus,” tandas Jacob.
Mantan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Mimika ini memastikan dalam seleksi pemain, pihaknya tidak akan intervensi hasil keputusan pelatih.
Lokasi pertandingan dipusatkan di Stadion Wania Imipi SP1, Kelurahan Kamoro Jaya, Distrik Wania. Dalam pertandingan ini tim yang menang akan diberikan hadiah.
Meski demikian dalam turnamen bukan hadiah yang dikejar, melainkan kualitas pemain yang paling utama.
Karena meskipun juara namun tidak terpilih sama saja. Untuk itu, hadiah hanya bersifat sebagai perangsang dalam pertandingan bukan tujuan akhir.
Jacob mengharapkan dalam pertandingan nanti dapat menerapkan sistem setengah kompetisi, agar bisa melihat kemampuan anak-anak dalam bermain.
Dalam seleksi ini Jacob memprioritaskan 70 persen anak-anak Amungme dan Kamoro yang mempunyai kemampuan mengulik si kulit bundar, bukan asal-asalan memilih karena terpaksa.
“Kalau anak itu tidak prestasi lalu kita paksa, yang rugi juga kita. Menutup anak-anak lain punya kesempatan. Intinya dalam kejuaraan ini dua suku besar Kamoro dan Amungme jadi prioritas, sisanya untuk Papua lain dan non Papua,” jelasnya. (Redaksi)