Timika – Selain Malaria dan HIV-AIDS, salah satu persoalan kesehatan yang masih harus menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Mimika yakni, penyakit TBC (tuberculosis).
Tahun 2023 Angka kejadian TBC di Mimika mencapai dua kali lipat dari angka nasional. Jika nasional 312 per 10.000 penduduk, untuk di Mimika angka TBC nya 707 per 10.000 penduduk.
Hal ini sebagaimana ditulis dr. Herlina M W Soumilena dalam artikel yang berjudul ‘ Kenali TBC Tulang Belakang Sedini Mungkin (Spondilitis TBC) ‘ yang diterima Koranpapua.id.
Herlina yang sehari-hari bekerja sebagai dokter umum di BLUD Puskesmas Karang Senang Timika itu juga menulis angka kematian akibat TBC di Mimika tercatat berjumlah 27 per 100.000 penduduk.
Total pasien TBC sebanyak 2.223 pada tahun 2022 namun hanya 1.103 yang mendapat investigasi kontak erat pasien TBC, artinya cuma 50 persen. Oleh karena itu pemerintah mempunyai komitmen kuat untuk segera mencapai Eliminasi TBC pada tahun 2030.
Angka TBC di Mimika sangat banyak dan jenis (TBC) nya bervariasi, baik itu sensitif obat yang bisa diobati, TBC yang resisten obat (butuh terapi obat jangka panjang), TBC Bakteriologis, jenis baru, dan TB, Ekstra Paru.
Sementara penyakit tuberkulosis kasus pada tahun 2020 di Papua sebanyak 8.368 kasus dan di Papua Barat sebanyak 1.438 kasus. Untuk Provinsi Papua Tahun 2017 3.392 kasus.
Tuberkulosis merupakan penyebab kematian paling umum akibat penyakit menular di seluruh dunia. Menurut WHO Wilayah WHO South-East Asia (SEA), rumah bagi 26% populasi dunia dengan 43% beban kejadian TB (WHO Global TB Report 2021)
Diperkirakan pada tahun 2020, hampir 4,3 juta orang jatuh sakit dengan TB dan diperkirakan 700.000 meninggal (tidak termasuk kematian HIV+TB) karena penyakit tersebut yang merupakan lebih dari separuh kematian TB global yang diperkirakan 1,3 juta pada tahun tersebut.
Kematian TB menunjukkan tren peningkatan dalam lebih dari satu dekade dan sekarang sangat dekat dengan tingkat yang terlihat pada tahun 2015. setiap hari, lebih dari 4.100 orang kehilangan nyawa mereka karena TB dan hampir 28 000 orang jatuh sakit dengan penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan ini.
Laporan dari Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan mengatakan TBC di Indonesia dan Global masih menjadi masalah kesehatan yang utama.
Penyakit ini merupakan satu dari 10 penyebab utama kematian dunia, dan Indonesia adalah negara dengan beban TBC peringkat ke-3 tertinggi setelah India dan China.
Berdasarkan Global TB Report 2021, diperkirakan ada 824.000 kasus TBC di Indonesia, namun pasien TBC yang berhasil ditemukan, diobati, dan dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional hanya 393.323 (48%).
Masih ada sekitar 52% kasus TBC yang belum ditemukan atau sudah ditemukan namun belum dilaporkan. Pada tahun 2022 data per bulan September untuk cakupan penemuan dan pengobatan TBC sebesar 39% (target satu tahun TC 90%) dan angka keberhasilan pengobatan TBC sebesar 74% (target SR 90%)
Dengan mengetahui informasi, gejala,tanda, pemeriksaan dan pengobatan dari TBC diharapkan masyarakat dan tenaga medis terampil dapat melakukan :
- Mengobati TBC sedini mungkin sebelum terjadi komplikasi
- Mengendalikan penyebaran TBC di lingkungan sekitar
- Memberikan Vaksin BCG pada anak
- Memberitahukan kepada pasien untuk minum obat TBC secara teratur tanpa pernah putus hingga jangka waktu yang telah di tentukan.
- Jika muncul komplikasi diperlukan terapi pembedahan untuk stabilisasi tulang belakang.
- Pemakain masker untuk mencegah penyebaran kepada orang lain.
Adapun terdapat beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit TBC,
kelompok tersebut adalah :
- Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.
- Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu panjang.
- Perokok
- Konsumsi alkohol tinggi
- Anak usia < 5 Tahun dan Lansia
- Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang infeksius.Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis (contoh: lembaga permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang)
- Petugas kesehatan (redaksi)