TIMIKA, Koranpapua.id- Kasus penyiksaan terhadap satu warga asli Papua di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, pada 3 Februari 2024 merupakan margin error dan bukan gambaran TNI.
“TNI bukan superman, kalau lebih excelent lagi TNI itu bukan malaikat. Kalau dilihat detail dari penelitian ada istilah margin error, enggak sampai satu persen dan itu bukan gambaran TNI,” kata Nugraha Kapuspen TNI, Mayjen Nugraha Gumilar di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat, 29 Maret 2024.
Menurut Nugraha, tidak adil bila masyarakat menilai hanya dari perilaku beberapa oknum anggota TNI yang saat ini sedang dalam proses investigasi dan penahanan. Sebab, jumlah prajurit TNI mencapai ribuan orang.
TNI sudah sangat berkomitmen untuk melakukan investigasi sebaik-baiknya. Karenanya Nugraha berharap masyarakat bisa melihat informasinya dari dua sisi dan berimbang.
“Saya harap wartawan, teman-teman media berikan informasi yang berimbang. Jadi tidak hanya dari pihak OPM selalu memberikan yang negatif,” ujarnya.
Nugraha Gumilar mengakui hubungan warga sipil dengan prajurit yang bertugas di Papua, cukup dekat. Masyarakat Papua sangat senang dengan kehadiran TNI.
Bahkan, sebelum Batalyon 300 pulang, mereka diberikan gelar adat. Sampai anak-anak dan ibu-ibu di sana menangis saat ditinggal.
Setelah kejadian itu, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) mengeluarkan instruksi khusus untuk mengincar prajurit yang bertugas di Papua.
Kapuspen menuturkan bahwa, KKB memang selama ini tak manusiawi. “KKB lebih sadis saya lihat, lebih tidak manusiawi. Sudah di luar batas. Bagaimana dia memperlakukan TNI walaupun sedang ditawan. Sangat sadis.
TNI sebagai alat negara tidak akan kalah dengan mereka. Negara harus dijaga dan dilindungi. Yang terbaik buat negara, itu yang terbaik buat TNI,” tandasnya.
Sebelumnya Panglima Kodam Cenderawasih Mayjen TNI, Izak Pangemanan mengatakan, Defianus Kogoya, warga yang disiksa oknum prajurit TNI merupakan anggota KKB.
Defianus merupakan salah satu pelaku pembakaran Puskesmas di Distrik Omukima Puncak Papua.
“Ada tiga orang yang ditangkap aparat gabungan TNI-Polri, salah satunya Defianus,”jelas Panglima dalam konfirmasi pres di Subden Denma Mabes TNI, Jakarta, awal pekan ini.
Ketika aparat gabungan mengamankan Puskesmas, KKB melakukan penembakan terhadap aparat TNI-Polri, sehingga terjadi kontak tembak. Dalam peristiswa itu prajurit berhasil menangkap tiga orang yakni, Warinus Kogoya, Alianus Murip dan Defianus Kogoya.
Dari tangan mereka, aparat juga menyita barang bukti berupa senjata api, amunisi, senapan angin dan senjata tajam.
Saat hendak dibawa ke Polres Puncak, Definus sempat mencoba melarikan diri, tetapi berhasil ditangkap aparat. “Disinilah oknum prajurit TNI melakukan penganiyaan.
“Kasusnya sudah terjadi tanggal 3 Maret, namun baru sempat viral tanggal 25 Maret 2024,”tandasnya. (Redaksi)