KUPANG, Koranpapua.id– Perjalanan kisah cinta ini sedikit menorah hati.
Boleh dibilang pepatah lama ‘Cinta Bertepuk Sebelah Tangah’ kini harus diterima oleh satu nyong asal Papua berinisial HK.
Dengan maksut ingin mempersunting gadis pujaannya, HK nekat menyeberangi lautan hingga menapakan kakinya di Kota Karang Kupang.
Sayangnya kondisi romantis sepihak di mana perasaan cintanya tidak dibalas, menimbulkan luka dan rasa sakit.
Bagaimana perjalanan kisah cinta HK yang berakhir kekecewaan dan saat ini menjadi viral? Berikut sedikit kilasannya seperti dikutip dari FB seseorang di Kupang.
Perasaan cinta HK berawal dari layar ponsel, namun sekarang berujung ricuh di sebuah rumah sederhana di Kelurahan Sikumana, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.
Minggu malam, 21 Desember 2025, suasana yang semula tenang mendadak berubah tegang.
HK, pria asal Papua, yang datang jauh-jauh ke Kupang dengan satu tujuan: menepati janji cinta.
Ia datang bukan sebagai orang asing, melainkan sebagai kekasih yang selama ini percaya penuh pada kata-kata manis seorang perempuan berinisial R.
Semua bermula dari perkenalan di media sosial Facebook. Dari obrolan ringan, komunikasi mereka berlanjut ke WhatsApp.
Hari demi hari, kedekatan tumbuh. Nona Kupang berinisial R ini mengaku masih gadis, sendiri, dan siap membangun masa depan.
Kata “nikah” kerap muncul dalam percakapan mereka, sebuah janji yang membuat HK yakin telah menemukan pendamping hidup.
HK yang bekerja di Papua tak ragu menunjukkan keseriusannya. Sejumlah uang ditransfer kepada R.
Bukan sedikit jumlahnya, namun bagi HK uang itu bukan sekadar materi, melainkan bukti cinta dan kesungguhan menuju pernikahan.
Namun semua keyakinan itu runtuh saat HK tiba di Sikumana.
Di hadapannya, terbentang kenyataan pahit, perempuan yang selama ini mengaku jomblo ternyata telah berstatus sebagai istri sah orang lain.
Fakta itu bagai petir di siang bolong. HK merasa ditipu, dikhianati, dan dipermainkan. Emosi pun meledak.
Keributan tak terelakkan. Suara tinggi, adu argumen, hingga warga sekitar mulai berdatangan.
Ketua RT setempat yang menerima laporan segera memastikan situasi.
Perselisihan itu bukan soal kriminal berat, melainkan luka batin akibat hubungan pribadi dan persoalan uang yang tak pernah dikira akan berakhir seperti ini.
HK menuntut pertanggungjawaban. Ia merasa uangnya habis bukan karena kesalahan sendiri, melainkan karena janji palsu.
Di sisi lain, R berada dalam posisi terpojok, menghadapi kenyataan yang selama ini disembunyikannya.
Situasi pun memanas, namun tak sampai lepas kendali. Di tengah ketegangan itu, Bhabinkamtibmas setempat, Bripka Marsel Nitte, hadir mengambil peran penting.
Dengan pendekatan persuasif dan penuh kesabaran, ia mempertemukan kedua belah pihak.
Tak ada bentakan, tak ada intimidasi. Yang ada hanyalah dialog pelan, tegas, dan manusiawi.
Perlahan, emosi mereda. Keduanya sepakat bahwa keributan hanya akan menambah masalah.
Setelah melalui pembicaraan panjang, akhirnya dicapai jalan damai. HK dan R bersedia menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan dan menandatangani pernyataan tertulis sebagai komitmen mengakhiri konflik.
Malam itu, Sikumana kembali tenang. Tidak ada borgol, tak ada proses hukum panjang.
Yang tersisa hanyalah pelajaran pahit tentang cinta di era digital, bahwa di balik janji manis dan transfer uang, kejujuran tetap menjadi fondasi utama.
Sebab ketika kepercayaan runtuh, luka yang ditinggalkan tak bisa disembuhkan hanya dengan kata maaf. (Redaksi)










