TIMIKA, Koranpapua.id- Mgr. Yanuarius Teofilus Matopai You, Pr Uskup Keuskupan Jayapura, resmi ditunjuk sebagai Anggota Dewan Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) masa bakti 2025-2028.
Penetapan ini merupakan bagian dari pembentukan struktur kepemimpinan baru Gereja Katolik Indonesia.
Dan disahkan dalam sidang para uskup dan sejalan dengan arah pastoral Nasional yang ditegaskan melalui Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) V tahun 2025.
Dengan penetapan Mgr. Yanuarius menunjukkan pengakuan KWI terhadap kontribusinya dalam pelayanan pastoral, dialog lintas iman, advokasi kemanusiaan, serta pendampingan masyarakat adat di Papua.
Pembentukan fungsionaris KWI periode 2025-2028 dilakukan dalam Sidang Sinodal 2025 pada Sabtu-Kamis, 8-13 November 2025 di gedung KWI, Jakarta.
Pembentukan ini setelah pelaksanaan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) V pada 3-7 November 2025 di Mercure Convention Center Ancol Jakarta.
Dewan Presidium KWI adalah lingkar inti pengambilan keputusan Gereja Katolik Indonesia.
Selain ketua, wakil ketua, sekretaris jenderal, dan bendahara, keberadaan Anggota Presidium memainkan peran strategis dalam menyelaraskan keputusan kolektif para uskup dengan dinamika pastoral di seluruh wilayah keuskupan.
Sebagai Anggota Dewan KWI, Uskup Jayapura diberi kewenangan untuk menjalankan beberapa tugas, diantaranya:
Mendampingi ketua KWI dalam menyusun agenda dan arah pastoral nasional.
Memperkuat sinergi lintas-keuskupan khususnya di wilayah timur Indonesia.
Memastikan suara umat dari daerah rentan dan terdampak konflik ikut terwakili.
Berperan dalam evaluasi dan penguatan komisi-komisi nasional KWI.
Menghadirkan perspektif Papua dalam forum nasional maupun internasional Gereja.
Posisi ini menegaskan pentingnya suara daerah yang mengalami ketimpangan sosial, tantangan hak ulayat, migrasi besar-besaran, hingga situasi kemanusiaan berkepanjangan.
Kepemimpinan KWI 2025-2028 selaras dengan visi besar SAGKI V yang bertema: “Berjalan bersama sebagai peziarah pengharapan: menjadi Gereja sinodal yang misioner untuk perdamaian.”
Melalui Dewan Presidium, Gereja Indonesia menegaskan lima fokus pastoral utama:
- Sinodalitas sebagai cara hidup bergerak bersama umat, gembala, dan kaum kecil.
- Misi kemanusiaan dalam menghadapi ketimpangan ekonomi dan pelanggaran martabat manusia.
- Perdamaian dan rekonsiliasi, khususnya untuk Papua yang mengalami krisis kemanusiaan panjang.
- Penguatan pastoral orang muda, perempuan, difabel, dan lanjut usia, agar semua terlibat penuh dalam kehidupan Gereja.
- Perhatian ekologis, sejalan dengan seruan Laudato Si’, menghadapi krisis lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam. (Redaksi)










