TIMIKA, Koranpapua.id- Dinas Perikanan Kabupaten Mimika, Papua Tengah pada tahun anggaran 2024 mengelola Rp8,5 miliar dari pos Dana Otonomi Khusus (Otsus).
Anggaran miliran ini dimanfaatkan untuk mendanai sejumlah program di Bidang Tangkap, Bidang Budidaya dan Bidang Pengolahan.
Salah satu programnya yakni, bantuan sarana prasarana tangkapan ukur kepada 44 dari 185 kelompok binaan Orang Asli Papua (OAP) di wilayah pesisir.
Antonius Welerubun, Kadis Perikanan Mimika kepada koranpapua.id di ruang kerjanya, Kamis 28 November 2024 menjelaskan, 44 kelompok binaan itu mendapatkan bantuan berupa peralatan tangkap ukur berupa jaring, perahu fiber, mesin jhonson 15 PK dan coolbox 100 liter.
Semua bantuan tersebut dibiayai dari sumber dana Otonomi Khusus (Otsus), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan didukung dengan APBD Mimika 2024.
“Sisa 141 kelompok binaan lainnya belum menerima karena keterbatasan anggaran. Mereka yang belum ini akan diperhatikan pada tahun anggaran 2025 nanti,” ujar Anton.
Anton menyebutkan pada tahun 2024, Dinas Perikanan mengelola Otsus sebesar Rp8,5 miliar. Sedangkan untuk DAK sebesar Rp1,2 miliar dan 500 juta dari APBD Mimika.
Anton juga menyampaikan sesuai kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun anggaran 2025, Dinas Perikanan Mimika sudah tidak lagi mendapat alokasi DAK.
Ia mengaku tidak mengetahui secara jelas apa yang menjadi alasan sehingga Pemerintah Pusat hentikan DAK tersebut.
Padahal kata Anton, Dinas Perikanan pada tahun 2023 telah memberikan kontribusi enam miliar kepada pemerintah pusat. “Seharusnya dengan kontribusi itu, tahun 2025 tetap mendapat DAK,” pungkasnya.
Atas dihentikan DAK ini, Anton sudah bertemu dengan pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menyampaikan hal tersebut, namun belum mendapat jawaban.
“Jadi tahun 2025, masyarakat binaan hanya mendapat bantuan dari Otsus dan APBD Mimika,” timpalnya.
Lebih jauh Anton menjelaskan, Bidang Tangkap Ukur ini sudah melakukan pembinaan dan menjadikan Keakwa sebagai kampung percontohan budidaya kepiting.
Dikatakan, pada awal pembinaan berjalan bagus dan sudah beberapa kali melakukan penjualan ke Makassar.
Namun belakangan ini belum mendapat laporan lagi terkait progres perkembangan hasil budidayanya.
“Mereka di Keakwa sudah hampir 15 kali lakukan pengepakan dan kirim langsung ke pembeli di Makassar, karenanya di Makassar harganya lebih mahal dari Timika. Tapi beberapa bulan ini belum ada laporan lagi ke kami,” jelasnya.
Selain membina kelompok budidaya, tahun ini Dinas Perikanan juga memberikan bantuan tangkap kepiting kepada masyarakat binaan di Kampung Ohotia atau Otakwa.
Namun hingga sekarang belum ada laporan yang masuk ke dinas terkait perkembangan kelompok tersebut.
Anton berharap masyarakat binaan bisa berkembang, karena pemerintah sudah memberikan bantuan modal awal yang didukung dengan sarana dan prasarana.
“Kalau mereka tidak jalankan usaha ini, maka sarana dan prasarana yang diberikan mubasir. Kita harap mereka bisa menyerap kepiting yang ada di Ohotia, Omawita dan Fanamo dan wilayah sekitarnya,” harapnya. (Redaksi)