TIMIKA, Koranpapua.id- Jumlah warga yang saat ini melakoni pekerjaan mendulang emas di sejumlah titik dalam wilayah kerja PT Freeport Indonesia (PTFI) telah mencapai 5 ribu lebih jiwa.
Jumlah ini terungkap dalam kegiatan sosialisasi terkait dengan pengelolaan isu ibu dan anak di area pendulangan PTFI yang berlangsung di salah satu hotel di Timika, Kamis 26 September 2024.
Pada kegiatan sosialiasi yang terselenggara atas kerjasama PTFI dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Mimika itu, juga terungkap banyak dampak negatif yang ditimbulkan akibat ‘membludaknya’ warga yang terus mendatangi area pendulangan.
Salah satu isu yang cukup menjadi perhatian terkait masalah ini yakni, membawa serta istri dan anak-anak tanpa mempertimbangan dampak negatif yang bisa saja terjadi di area pendulangan.
Akibatnya, anak-anak tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, tidak mengeyam pendidikan di bangku sekolah, bahkan ibu hamil tidak pernah mendapatkan pemeriksaan kandungan.
Belum lagi terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), pelecehan seksual dan banyak menderita berbagai penyakit akibat lingkungan yang kurang bersih.
Termasuk terus berjatuhan korban jiwa karena sakit, terseret arus dan tertimbun longsor.
Melihat kondisi ini mendorong PTFI bersama Kesbangpol duduk bersama Tokoh Masyarakat (Tomas), lembaga adat, paguyuban, tokoh agama, tokoh perempuan dan TNI-Polri, untuk mencari upaya nyata menyelamatkan ibu dan anak dari area pendulangan.
Pada kegiatan duduk bersama yang dikemas dalam acara sosialisasi, Kamis 26 September 2024 itu banyak masukan dan usulan yang disampaikan kepada Pemda Mimika dan PTFI. Salah satunya agar segera menetapkan regulasi terkait dengan isu ini.
Yan Selamat Purba, Kepala Kesbangpol Mimika pada kesempatan itu mengatakan, berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan, baik oleh Pemkab Mimika maupun PTFI dan lembaga organisasi masyarakat yang bergerak di bidang ibu dan anak.
“Kami berharap dengan duduk bersama hari ini bisa terjalin sinergitas dan kesinambungan antara semua pihak untuk keselamatan ibu dan anak di area pendulangan,” harap Purba.
Dikatakan, ibu dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kekerasan, baik kekerasan dalam rumah tangga, lingkungan maupun dari alam itu sendiri.
Sehingga dibutuhkan perhatian dan perlindungan yang lebih dibanding kelompok yang lain.
Namun pada kenyataannya masih ada ibu dan anak yang berada di area berbahaya, yang tidak memperhatikan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan serta pendidikan, lebih khusus di area pendulangan yang masuk dalam wilayah kerja PTFI.
“Tanggal 25 Agustus 2024 telah terjadi kecelakaan di Kali Kabur Mile 37, dengan korban sebanyak empat orang terseret arus saat menyeberang kali, tiga orang meninggal dunia, satu orang selamat,” jelas Purba.
Diantara korban yang meninggal dunia terdapat seorang ibu dan seorang balita. Dengan peristiwa ini, maka harus menjadi perhatian semua pihak dengan mengambil tindakan nyata demi keselamatan ibu dan anak.
Menurutnya, situasi di area pendulangan sangat berbahaya dan berdampak jangka panjang. Bahaya bisa ditimbulkan oleh kondisi alam sehingga sering terjadi kecelakaan yang menelan korban jiwa.
“Bisa kita bayangkan bagaimana para ibu dan anak berada di area tersebut dan juga hilangnya kesempatan bagi anak-anak dalam mengenyam pendidikan, serta dampak kesehatan dimasa depannya,” katanya.
Karena itu, melalui kegiatan sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran semua pihak, terutama ibu dan anak yang berada di area pendulangan.
Dan kepada semua yang hadir dapat menyampaikan kepada para kerabat agar tidak melakukan kegiatan mendulang di area terlarang yang ada di kawasan PTFI.
Nathan Kum, Vice President Community Development PTFI mengatakan, saat ini terdapat hampir 5 ribu orang yang mendulang di sekitar 6 sampai 7 titik yang ada dalam wilayah kerja perusahaan.
Meski PTFI telah melarang masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di area objek fital, namun PTFI tidak bisa mengambil langka tegas.
“Area ini memang area operasi tapi masyarakat ini kan masuk melalui jalan potong, dengan segala cara mereka masuk kesana”.
Nathan mengaku selama ini PTFI bersama TNI-Polri sudah sering melakukan sosialisasi tidak boleh mendulang di area perusahaan, tapi terus saja tidak dipatuhi.
“Hari ini kita larang dan dikosongkan nanti besok sudah pindah ke area lain. Dengan segala cara mereka masuk lagi,” tandas Nathan.
Sosialisasi ditutup dengan penandatanganan sejumlah rekomendasi oleh semua perwakilan terkait komitmen bersama mengatasi masalah ibu dan anak di area pendulangan PTFI. (Redaksi)