TIMIKA, Koranpapua.id- Penghuni Panti Asuhan Santa Susana yang terletak di Gang Petra Kampung Ninabua SP2, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tengah, terus bertambah.
Sampai Juli 2024 anak-anak yang ditampung di tempat itu mencapai 130 orang, dengan mayoritas putra-putri Papua.
Magdalena Ema Nunang, Pendiri Panti Asuhan Santa Susana mengatakan, anak-anak Papua yang tinggal di panti asuhan sebagian besar berasal dari Kabupaten Mimika, sisanya dari kabupaten tentangga di wilayah Papua.
Berdasarkan data tertanggal 11 Juli 2024, dari 130 anak terdapat 85 anak sudah masuk sekolah. Rinciannya, 5 duduk di bangku TK, SD 77 anak, SMP 2 anak dan satu orang SMK.
Sedangkan 35 anak yang sekarang mendaftar calon masuk sekolah tahun ajaran baru 2024 terdiri dari 13 anak TK dan 22 orang SD. Sisanya 10 anak belum masuk sekolah.
“Kami juga lagi rawat enam balita dan empat bayi,” kata Magdalena kepada koranpapua.id, Kamis 11 Juli 2024.
Disampaikan, dari 130 anak yang ada, terdapat 113 anak Orang Asli Papua (OAP). Mereka dari Suku Kamoro, Moni, Dani, Ekari/Mee, Sentani, Muyu Merauke dan Biak. Sementara sisanya 17 anak non Papua.
Kisaran usia anak yang tinggal di panti asuhan empat bulan sampai 15 tahun.
Magdalena menuturkan, pihaknya saat ini mengalami kendala untuk biaya sekolah anak-anak.
Khusus untuk 30 anak-anak yang sudah masuk SD masih memiliki tunggakan uang sekolah sebesar Rp30 juta.
Adanya tunggakan uang sekolah ini dikarenakan pihak yayasan belum memiliki dana untuk membayar.
Salah satu kebijakan untuk menekan biaya operasional, Magdalena memutuskan memberhentikan karyawan yang selama ini membantu mengasuh anak panti.
“Karena kami di panti tidak bisa menolak anak-anak yang diantar keluarganya. Kami juga asuh anak yang ditelantarkan ibunya. Kami berhentikan karyawan karena kami tidak punya dana lagi untuk bayar upah mereka,” jelas Magdalena.
Ketiadaan dana yang dimiliki yayasan ini juga mengakibatkan kebutuhan makan minum anak-anak juga tidak terpenuhi dengan baik.
Perempuan asal Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT) ini berharap Pemerintah Kabupaten Mimika memberikan perhatian terhadap kelanjutan hidup dan masa depan anak-anak ini.
Karena mereka merupakan generasi penerus Papua yang perlu diselamatkan masa depannya, baik dari sisi kecukupan ketersediaan makanan, kesehatan dan pendidikan.
Meskipun dalam keterbatasan biaya, Magdalena tetap berupaya memenuhi kebutuhan anak asuhnya.
Magdalena meyakini dalam mengasuh membesarkan anak-anak pasti Tuhan memberikan jalan keluar.
Sebab anak-anak ini merupakan titipan Tuhan dan anugerah dari Allah sendiri yang perlu diselamatkan oleh tangan-tangan penuh kasih. (Redaksi)