ADVERTISEMENT
Rabu, Desember 3, 2025
Koran Papua
No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto
Koran Papua
No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto
ADVERTISEMENT
Home Nusantara

Mengenal Mgr. Max Regus, Misereor dan Skapulir (Uskup Perdana Diosesan Labuan Bajo (Bagian Kedua)

Saya kagum mendengar sharingmu di apartemen CIJ dan pendopo Misereor. Devosimu luar biasa. Jatuhnya skapulir di depan Uskup Sensi membuka tabir kesalehanmu.

24 Juni 2024
0
Mengenal Mgr. Max Regus, Misereor dan Skapulir (Uskup Perdana Diosesan Labuan Bajo (Bagian Kedua)

Mgr. Vinsensius Sensi Potokota, Bernhard Direktur Kantor Misereor Asia Pasifik, Mgr Max Regus dan RD. Stefanus Wolo Itu foto bersama didepan Kantor Misereor. (foto: pribadi/koranpapua.id)

Bagikan ke FacebookBagikan ke XBagikan ke WhatsApp

Oleh: RD. Stefanus Wolo Itu

BULAN Mei 2018 saya pergi ke Aachen-Jerman. Perjalanan dengan kereta api Eiken-Aachen ditempuh dalam enam jam. Saya kesana untuk bertemu Uskup Vinsensius Sensi Potokota.

ADVERTISEMENT

Beliau diundang oleh pimpinan konggregasi Sang Timur untuk menghadiri Beatifikasi Clara Frey, pendiri Ordo mereka. Ordo Sang Timur juga bekerja wilayah di Keuskupan Agung Ende.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Beberapa bulan sebelumnya Uskup Sensi mengirim pesan singkat. “Stefan dan Luis, bulan Mei saya akan berada di Aachen beberapa hari. Bila tidak sibuk kita bertemu di sana. Kita berbagi suka duka karya dan studimu. Saya pasti sangat senang”. Saya dan Luis menyanggupi permintaan Uskup Sensi.

Baca Juga

Indo-Pasifik Memanas: AUKUS dan Kekhawatiran Perimbangan Kekuatan Baru

Dikerjakan dengan Skema KPBU, Jalan Trans Papua Jayapura–Wamena Ditargetkan Rampung November 2026

Kami berdua pernah bersama di Wolotopo Ende, bulan Maret 2006 – Desember 2009. Awal Januari 2010, RD. Luis menuju Keuskupan Wina Austria.

Dia tinggal dan bekerja di paroki sambil melanjutkan studi katekese di Universitas Wina. Bulan Pebruari 2013 saya menyusul RD. Luis ke benua biru.

Saya bermisi di Swiss, tetangga Austria. Meski bekerja di dua negara berbeda, kami tetap dekat dan akrab seperti di Wolotopo.

Kami berdua menginap di apartemen komunitas CIJ Aachen. Sr. Leny, Sr. Yohana dan Sr. Sebastiana menerima kami dengan sukacita.

Mereka baru tiga bulan di Aachen dan sedang mengikuti kursus bahasa Jerman. Mereka mulai berbicara bahasa Jerman. Meski dialek Bajawa, Sumba dan Manggarai masih kental.

Saya menganjurkan Uskup Sensi untuk mengunjungi Misereor. Misereor adalah lembaga donor internasional yang berjasa membangun gereja-gereja lokal Flores.

Mereka juga membantu gereja-gereja di dunia ketiga lainnya. Misereor bermitra mendukung pemberdayaan masyarakat miskin, pendidikan, advokasi keadilan sosial dan ekologi.

“Apakah Stefan kenal orang dari Misereor” tanya Uskup Sensi. “Saya tidak mengenal mereka Bapak Uskup. Tapi saya kenal orang yang bisa menghantar kita kesana. Dia sudah masuk “barisan orang dalam”.

Orang Manggarai bilang “Ata One”. Orang itu anak bimbingan bapak Uskup saat tahun rohani di Lela: Max Regus. Saat ini Max mengambil program doktor di Belanda.

Kampusnya bergengsi, sama dengan almarhum Frans Seda yaitu Universitas Tilburg”.

Uskup Sensi sangat senang. Beliau meminta saya segera menghubungi Max dan mengirim nomor WA-nya. Saya mengontak Max. Dia sangat antusias. Dia berjanji untuk bertemu dan membantu Uskup Sensi.

“Aehhh Eja-Kae. Untuk yang jenis ini, kita siap “melengkung atau meluncur” ke Aachen. Bos datang nich. Kita harus dampingi. Saya akan segera kontak bos Misereor, khususnya Desk Asia-Pasifick”, jawab Max.

Max menepati janjinya. Sore setelah misa beatifikasi Clara Fey, kami berkumpul di apartemen para suster CIJ. Letaknya tigaratusan meter dari Katedral Aachen. Jam 17.00 kami berempat berbagi pengalaman.

Sementara Sr. Leny, Yohana dan Sebastiana menyediakan santapan malam bersama. Ketika mendengar Max terpilih jadi Uskup Labuan Bajo, Sr. Leny dan Yohana bersukacita.

“Kami bangga, komunitas kecil kami pernah dikunjungi dua Uskup: Alm. Mgr. Sensi dan Mgr. Max Regus”.

Dalam sharing itu bermunculan aneka gagasan. Yang menguat adalah “fund raising” untuk mendukung karya pastoral kita, pengiriman misionaris Fidei Donum dan studi lanjut para imam.

Salah satu peluang adalah membuka akses jaringan ke Misereor, lembaga-lembaga donor lain dan beberapa keuskupan metropolitan di Eropa. Obrolan kami asyik, bersaudara dan saling menguatkan.

Keesokan harinya jam 09.00 kami bertiga menggantar Uskup Sensi ke kantor Misereor. Di sana Uskup Sensi langsung diterima Bernhard, Direktur Misereor Asia Pasifik.

(Dia sudah meninggal beberapa tahun lalu di Papua). Obrolan mereka rupanya seru. Hampir dua jam. Kami bertiga tunggu di Pendopo, minum kopi sambil berbagi pengalaman dan gagasan.

Luis dan saya coba menggali informasi dari Max Regus. Bagaimana dia mengenal Misereor? Apakah Misereor membantu studi doktoratnya di Tilburg?

Apakah komisi-komisi pastoral keuskupan Ruteng yang pernah dipimpin Max mendapat dukungan finansial Misereor? Max coba mengisahkan suka duka perjuangannya.

“Program doktorat membutuhkan banyak uang. Perlu sponsor membantu biaya. Saya menulis surat kemana-mana, termasuk ke Amerika. Tapi Misereor Aachen yang siap membantu. Tentu saya harus memenuhi sejumlah tuntutan. Kita membangun relasi dan merawatnya”.

“Tidak hanya sampai di situ. Kita harus menjaga kepercayaan donatur melalui laporan perkembangan studi dan laporan keuangan. Selama di Ruteng saya pernah memimpin komisi yang berbeda. Saya mendapat bantuan dari Misereor dan Kirche ini Not”.

Kuncinya kita menggunakan keuangan secara bertanggungjawab dan membuat laporan teratur. Jangan lupa bukti-bukti pembelanjaan dan foto-foto kegiatan proyek.

Untuk sebuah pekerjaan besar kita perlu kerja Team. Kita membangun Networking atau kerja berjejaring.

“Secara individu kita adalah satu tetes. Tapi bersama-sama kita adalah lautan”, kata penulis Jepang Ryunosuke Satoro (1892-1927). Saya ingat tulisan menarik di kantor Misereor Aachen.

“Wir können die Welt zum Guten verändern. Aber niemand kann das allein. Wenn wir Seite an Seite stehen, uns gegenseitig unterstützen, stärken und ergänzen, machen wir es möglich – mit Menschen.

Artinya kita bisa mengubah dunia menjadi lebih baik. Tapi tak seorangpun yang bisa melakukannya sendiri. Jika kita berdiri berdampingan, mendukung, memperkuat dan melengkapi satu sama lain, kita mewujudkannya – bersama orang lain.

Tapi semua itu tidak cukup. Kesuksesan tidak hanya dengan kerja otak dan tangan. Tapi juga kerja rohani dan spiritual. Kita belajar sambil “melengkungkan” badan.

“Kita juga harus berdoa, berlutut di depan Tuhan dan merayakan ekaristi. Saya juga mengunjungi kubur-kubur para misionaris. Secara khusus para almarhum P. Leo Perik SVD, pendiri Seminari Kisol. Saya minta bantuan doa mereka”, demikian pengakuan tulus Max.

Setelah pertemuan kami menuju Restaurant China dekat stasiun kereta api Aachen. Kami ingin makan siang di sana. Dalam perjalanan, Uskup Sensi menceriterakan pertemuannya dengan bos Misereor.

Wajah Uskup Sensi berseri. Max berkomentar: “Kami lihat Bapak Uskup wajah ceria eee. Pasti ada tanda-tanda baik ke depan. Misereor mendukung karya kita”.

“Ya, mudah-mudahan. Kita harus melewati proses dan mengikuti tuntutan mereka. Intinya harus bisa bekerja dan mempertanggungjawabkan bantuan yang mereka berikan, demikian harapan Uskup Sensi.

Uskup Sensi menuturkan, para penerima bantuan masih menyisahan “hutang laporan pertanggungjawaban” dari masa lalu.

Beberapa meter memasuki restaurant, tiba tiba medali skapulir Max jatuh dari sakunya. Skapulir itu memiliki dua sisi.

Satu sisi gambar Yesus dan hatiNya yang Mahakudus. Sisi lainnya gambar Bunda Maria. Sambil tersenyum Uskup Sensi berkomentar: “Aee, Max, deras eee”. “Kae punya cara lengkung itu sejak dulu tidak berubah. Deras betul eeee”, sambung Luis.

Max tertawa terbahak-bahak. Sambil berpaling pada saya ia berkomentar: “Aehhh, Eja-Kae jangan komentar lagi eee”.

“Saya kagum mendengar sharingmu di apartemen CIJ dan pendopo Misereor. Devosimu luar biasa. Jatuhnya skapulir di depan Uskup Sensi membuka tabir kesalehanmu.

Ada tanda-tanda jadi Uskup. Uskup yang saleh dan bernyali membaca peluang positif”, canda saya mengakhiri percakapan itu. Bersambung!

Kirchgasse 4, 5074

Eiken AG Swiss, Minggu Malam, 23 Juni 2024. (**)

Cek juga berita-berita Koranpapua.id di Google News

Baca Artikel Lainnya

Philipus Monaweyauw: LMHA bukan Mengganti Lemasko, tapi Dibentuk atas Perintah UU

Philipus Monaweyauw: LMHA bukan Mengganti Lemasko, tapi Dibentuk atas Perintah UU

2 Desember 2025
Sadis! Kepala Terpisah dengan Badan, Dua Kasus Pembunuhan Terjadi di Timika Hari Ini

Jejak Sadis Terulang, Identitas Korban Pembunuhan di Jalan Irigasi Mimika Terungkap

2 Desember 2025
Wakil Ketua BAKN DPR RI Menilai Enam Provinsi di Tanah Papua Lemah Tata Kelola Keuangan, Ada 20 Ribu Temuan

Wakil Ketua BAKN DPR RI Menilai Enam Provinsi di Tanah Papua Lemah Tata Kelola Keuangan, Ada 20 Ribu Temuan

2 Desember 2025
Dua Provinsi Darurat HIV/AIDS, Papua Tembus 23.500, Papua Tengah 22.868 Kasus

Dua Provinsi Darurat HIV/AIDS, Papua Tembus 23.500, Papua Tengah 22.868 Kasus

2 Desember 2025
Korban Pembunuhan di SP9, Tangis Keluarga Pecah Saat Jenazah Bonesius Tiba di RSUD Mimika

Korban Pembunuhan di SP9, Tangis Keluarga Pecah Saat Jenazah Bonesius Tiba di RSUD Mimika

2 Desember 2025
Identitas Mayat Kepala Terpisah dengan Badan di SP9 Terungkap, Ini Nama Korban dan Profesinya

Identitas Mayat Kepala Terpisah dengan Badan di SP9 Terungkap, Ini Nama Korban dan Profesinya

2 Desember 2025

I am raw html block.
Click edit button to change this html

POPULER

  • Identitas Mayat Kepala Terpisah dengan Badan di SP9 Terungkap, Ini Nama Korban dan Profesinya

    Identitas Mayat Kepala Terpisah dengan Badan di SP9 Terungkap, Ini Nama Korban dan Profesinya

    1971 shares
    Bagikan 788 Tweet 493
  • Jenazah yang Ditemukan di TPU SP1 Merupakan Mahasiswa Poltekkes Timika

    680 shares
    Bagikan 272 Tweet 170
  • Korban Pembunuhan di SP9, Tangis Keluarga Pecah Saat Jenazah Bonesius Tiba di RSUD Mimika

    654 shares
    Bagikan 262 Tweet 164
  • Jejak Sadis Terulang, Identitas Korban Pembunuhan di Jalan Irigasi Mimika Terungkap

    631 shares
    Bagikan 252 Tweet 158
  • Sadis! Kepala Terpisah dengan Badan, Dua Kasus Pembunuhan Terjadi di Timika Hari Ini

    630 shares
    Bagikan 252 Tweet 158
  • Jenazah yang Ditemukan Tewas di TPU SP1 Bukan Tukang Ojek, Terungkap Setelah Ibunya Mengenali Tas Korban

    614 shares
    Bagikan 246 Tweet 154
  • “Johannes Rettob Itu Kepala Daerah, Tidak Mungkin Ikut Memperkeruh Situasi di Kapiraya”, Lemasko Kecewa Pernyataan Sejumlah Pihak

    603 shares
    Bagikan 241 Tweet 151
Next Post
Pembangunan Tahap Tiga Gedung DPMK Mimika, Pemkab Gelontorkan Rp25 Miliar

Pembangunan Tahap Tiga Gedung DPMK Mimika, Pemkab Gelontorkan Rp25 Miliar

Demo di Kantor BKPSDM, APA Minta Jatah 200 Kuota CASN 2024

Demo di Kantor BKPSDM, APA Minta Jatah 200 Kuota CASN 2024

Mayat yang Ditemukan di Kampung Hiripau Ternyata Dibunuh Teman Sendiri

Mayat yang Ditemukan di Kampung Hiripau Ternyata Dibunuh Teman Sendiri

Koran Papua

© 2024 Koranpapua.id

Menu

  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto

© 2024 Koranpapua.id