TIMIKA, Koranpapua.id- Umat Katolik Paroki Santo Stefanus Sempan, Keuskupan Timika, Kabupaten Mimika Papua Tengah merayakan kisah sengsara Yesus Kristus menuju Kalvari, Jumat 29 Maret 2024.
Tablo penderitaan Yesus ini diperankan oleh Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Paroki Santo Stefanus Sempan Timika.
Sejak pagi pukul 06.00 WIT umat Katolik dan para pemeran sudah berdatangan memenuhi halaman Gedung Tongkonan di Jalan Sam Ratulangi.
Pelaksanaan tablo ini untuk mengenang kembali kisah Golgota yang terjadi 2000-an tahun lalu.
Meskipun peristiwanya tidak dialami kita secara langsung, namun sangat menyentil perasaan manusiawi ketika kita menyaksikan replika peristiwanya.
Setelah melewati suasana perjamuan bersama 12 murid, dimulailah gentingnya suasana Getsemani kala itu.
Yesus dijual 30 keping perak oleh Yudas Iskariot yang merupakan salah satu muridNya. Yesus selanjutnya diserahkan kepada Pilatus untuk diadili.
Meskipun Pilatus tidak menemukan satu kesalahan apapun dari Yesus, tetapi karena kuatnya tekanan massa yang menuntut Yesus disalibkan dan meminta untuk Barabas dibebaskan.
Pilatus yang merasa tidak menemukan kesalahan apapun dari Yesus akhirnya mencuci tangan. Pada saat itu juga ia menyerahkan Yesus ke tangan para serdadu.
Merekapun mencambuk Yesus. Dari halaman Gedung Tongkonan, Yesus memanggul salib berjalan menyusuri Jalan Sam Ratulangi menuju Budi Utomo, Busiri lalu masuk halaman gereja.
Di depan Yesus, ada juga dua orang penyamun sambil memikul balok dengan kedua kakinya dirantai.
Selama perjalanan, Yesus dan kedua penyamun mendapat penyiksaan berupa pukulan dan tendangan dari para algoju.
Suasana mencekam, duka, sedih dan cucuran air mata sungguh dirasakan oleh umat yang mengikuti jalan salib.
Setelah berjalan karena beratnya kayu salib, pada perhentian ketiga Yesus jatuh pertama kali di bawah salib.
Jatuh adalah pengalaman yang menyakitkan sekaligus memalukan. Ini mengingatkan kita sekian sering manusia juga terus jatuh pada kesalahan dan dosa yang sama.
Dengan pengalaman jatuh ini bersediakah manusia bangun lagi dari kesalahan dan dosanya?
Yesus kemudian dipaksa bangun kembali oleh para serdadu untuk melanjutkan perjalanan memanggul salib.
Dengan wajah lelah Yesus berjumpa dengan ibuNya. Sang ibu hanya bisa meratapi kesedihan yang dialami putera-Nya.
Di tengah suasana sedih sang ibu, Yesus kembali dipaksa lanjutkan perjanan oleh serdadu. Yesus ditendang, diludahi dan terus memerima cemoohan.
Pada peristiwa kelima, Yesus berjumpa dengan Simon dari Kirene. Melihat Yesus makin lelah takut mati di tengah jalan, serdadu dengan kasar memaksa Simon untuk memikul salib Yesus.
Simon sambil memikul salib berjalan beriringan dengan Yesus. Dalam perjalanan tersebut Yesus bertemu dengan Veronika. Veronika mengusap wajah Yesus berlumuran darah bercampur keringat.
Sikap Veronika selain mengambil bagian dalam rasa duka, tetapi telah menunjukan suatu keberanian untuk mendekati dan berbuat kasih kepada Yesus.
Sebagai tanda terima kasih Yesus, bukanlah dengan kata-kata, melainkan Yesus memberikan wajah-Nya, yang tergambar pada kain yang dipakai Veronika ketika mengusap wajah-Nya. .
Ini menunjukan Yesus selalu memberikan diri-Nya kepada setiap orang yang berbuat kasih. Setiap orang yang berani berbuat baik, terhadap sesama akan mendapat pahala dari Tuhan.
Tuhan akan memberikan ganjaran dan imbalan kepada setiap orang setimpal dengan usahanya, bahkan lebih dari pada itu.
Setelah memberikan tanda pada kain yang diusapi Veronika, Yesus melanjutkan perjalanan, namun Yesus terjatuh lagi.
Jatuh yang kedua kali di bawah salib pada perhentian ketujuh. Yesus kembali menuai hujatan bahwa perjalanan masih jauh.
Silahkan bangun dan berjalanlah. Bahkan terus mendapat cambukan keras dari serdadu. Pada saat itu, Simon telah memohon diri untuk tidak lagi memikul salib.
Hanya Yesus seorang diri memikul beratnya salib kayu. Dalam perjalanan dengan beratnya salib, Yesus berkesempatan menasihati wanita-wanita Yerusalem yang berdiri di pinggir jalan menangisi diri-Nya.
‘Jangan menangisi Aku, tetapi tangisilah dirimu dan anak-anakmu’. Dengan ini, Yesus menunjukkan bahwa karya amal lebih berharga daripada kata-kata dan air mata. Lebih baik merubah diri dari pada menangisi dosa kita.
Pada perhentian ke 9, Yesus kembali jatuh ketiga kalinya. Para serdadu dengan gagah berani mencemoohkan Yesus dengan tertawa ha..ha..ha… ayo bangun… tempat kematianmu sudah dekat.
Suasana pendakian menuju Kalvari bukit tengkorak makin berat dan mencekam. Setiba di Kalvari, serdadu dengan kasar melepaskan pakaian Yesus yang melekat pada luka-luka.
Luka-luka-Nya terasa amat pedih dan sakit. Ini merupakan saat yang paling memalukan. Dia ditelanjangi di depan umum. Pribadi-Nya yang luhur mulia, direndahkan dan dicemoohkan.
Penghinaan itu bukan hanya menimpah tubuh, tetapi juga mengoyahkan kehormatan, wibawa dan harga diri seseorang yang harus dijaga.
Sehelai jubahnya lalu diundi para serdadu dengan membuang ke atas sambil tertawa.
Di Golgota Yesus disalibkan bersama kedua penyamun. Jalannya tablo dengan suhu udara sangat bersahabat.
Alam Timika yang dari semalam ‘menangis’ yang diselimuti awan turut memberikan kehangatan.
Berperan sebagai Yesus, Efrem Talubun, penjahat dan penyamun satu, Valentino Kabes dan penyamun kedua Ignasius Aleng. (Antonis Juma)