TIMIKA, Koranpapua.id– Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) genap berusia 99 tahun pada 26 Juni 2023 lalu.
Sebagai ungkapan syukur atas hari jadinya, WKRI DPC Katedral Tiga Raja mempersembahkan perayaan ekaristi pada misa kedua di Gereja Katedral Tiga Raja, Minggu 30 Juli 2023.
Para ibu-ibu Katolik yang selama ini bergabung dalam organisasi itu tampil agak berbeda. Mereka mengenakan busana kebaya berbalut selendang biru, sehingga tampak anggun.
Perayaan misa dipimpin RD. Amandus Rahadat, Pr, Pastor Paroki Katedral Tiga Raja yang juga pastor moderator WKRI Paroki Katedral Tiga Raja.
Perayaan disatukan dengan peringatan hari Santa Anna yang adalah Pelindung WKRI yang jatuh pada 26 Juli lalu. Secara Nasional HUT kali ini mengusung tema ‘Wanita Katolik RI Mewujudkan Kesejahteraan Bersama’.
Usai misa dilanjutkan acara ramah tamah sederhana yang berlangsung di sayap kanan gereja. Turut hadir Endang Letsoin, Ketua DPC WKRI Katedral Timika, RD. Amandus Rahadat, Nikolaus Konstatinus, anggota Dewan Paroki Katedral Tiga Raja, ibu-ibu WKRI, Ketua Pemuda Katolik Dr. Leonardus Tumuka.
Suasana suka cita dan kekeluargaan makin kental dengan adanya pembagian hadiah pemenang lomba balita sehat. Lomba paduan suara antar ranting, merangkai buah dan sayur serta lomba cipta menu pangan lokal non beras dan tepung.
Amandus Rahadat, Pr dalam sambutan singkatnya mengemukakan pemerintah dan Gereja Katolik adalah mitra. Namun ketika pemerintah menghadapi Gereja Katolik pemerintah tidak mengenal Orang Muda Katolik (OMK).
Pemerintah juga tidak mengenal Kelompok Kaum Muda Katolik (KKMK) juga pemerintah tidak mengenal Misdinar. Tetapi pemerintah hanya mengenal pemuda katolik dan pada level mahasiswa pemerintah hanya mengenal PMKRI.
Begitu juga pemerintah berurusan dengan wanita Katolik hanya melalui WKRI. Karena pemerintah tidak mengenal legio Maria, karismatik dan lain-lain. Itu artinya WKRI merupakan wajah gereja terhadap pemerintah dan membawa lambang dari gereja.
Sebagai Pastor moderator WKRI, RD. Amandus meminta WKRI terus hadir di paroki Katedral Tiga Raja mewakili seluruh wanita atau kaum ibu, untuk berbicara berkaitan dengan hal-hal dasar rumah tangga dan gereja.
Justina Rostiawati, Presidum Wanita Katolik RI dalam sambutan yang dibacakan Endang Letsoin menyampaikan, tanggal 26 Juni 2023 langkah panjang WKRI menjadi saksi dan pelaku sejarah membangun kesejahteraan masyarakat di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Perjalanan hidup yang penuh warna dalam kebinekaan dengan memegang teguh pada ideologi Pancasila.
“Saya mengingatkan peran Wanita Katolik RI (yang waktu itu bernama Poesara Wanita Katholiek) sebagai salah satu organisasi perempuan zaman itu (tahun 1928). Penggagas Kongres Perempuan I yang bertujuan mengikat komitmen untuk berjuang meraih kemajuan bagi perempuan,” paparnya.
Saat itulah awal pergerakan perempuan yang menorehkan sejarah bangsa, dan di kemudian hari dikenang serta diperingati sebagai Hari Ibu yang jatuh tanggal 22 Desember.
Menurutnya, para ibu yang tergabung dalam perkumpulan-perkumpulan jauh sebelum terbentuknya NKRI telah menyadari adanya keberagaman dan pentingnya mempunyai satu tekad yang sama.
Sebagai pengikat dalam rangka mewujudkan bela rasa dan keprihatinan bersama terhadap perempuan khususnya dan kepada mereka yang tidak mendapat keadilan pada umumnya.
“Komitmen bersama ini pula yang pada akhirnya menuntun kita membangun sebuah bangsa dalam NKRI, ada keberagaman dengan semboyan yang dipakai adalah Bhinneka Tunggal Ika.
Artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Kesatuan ini diikat kuat oleh Pancasila. Lima sila sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara,” katanya.
NKRI ini terdiri dari beragam suku, ras dan agama, sangat sulit menyatakan suku atau ras yang satu adalah asli dibandingkan dengan yang lain.
“Demikian pula agama asli yang mana. Kita mengetahui banyak agama dan keyakinan atau kepercayaan lokal di tanah air ini, di samping enam agama yang sekarang diakui,” jelasnya.
WKRI sebagai organisasi perempuan yang sejak berdiri sampai sekarang teguh memegang visinya sebagai organisasi yang mandiri, bersifat sosial aktif, memiliki kekuatan moral dan kemampuan yang handal.
Mampu menjalankan karya pengabdian untuk mewujudkan kesejahteraan bersama serta menegakkan harkat dan martabat manusia. Maka selayaknya turut serta dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
WKRI akan tetap tegak berdiri dan berjalan dalam visi-misi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta tetap memegang teguh Pancasila dan UUD 1945, dengan landasan moral Katolik-Injil dan ajaran sosial gereja.
Ada tiga nilai keutamaan yang diserukan oleh Paus dalam ensikliknya yang patut segenap anggota WKRI meresapi dan mengajarkannya kepada anak-anak.
Pertama, dari Amoris Laetitia, ajaran Katolik utama tentang kasih. Kedua, dari Laudato Si, agar kita (manusia) mencintai lingkungan hidup di bumi, rumah kita bersama. Ketiga, dari Evangelium Vitae yang menyerukan agar kita mencintai dan menghargai.
Tahun ini Wanita Katolik RI akan melaksanakan Kongres ke-21, dengan tema Peran Perempuan Mewujudkan Kesejahteraan Bersama Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Mari kita bersama, bersungguh-sungguh menghasilkan pemikiran untuk membawa NKRI mewujudkan kesejahteraan bersama, dan mengimplementasikan dalam program serta kegiatan yang nyata, berdayaguna bagi masyarakat luas, dengan membangun tiga nilai keutamaan sejak usia dini,” ajaknya.
Ia juga mengajak untuk bersama-sama dengan seluruh kekuatan besar Wanita Katolik RI yang telah dibangun selama ini, menunjukkan jati diri menyongsong satu abad Wanita Katolik RI di Tahun 2024.
Wanita Katolik RI sebagai wadah kesatuan gerak yang sejak awal telah mempunyai komitmen untuk mengisi kemerdekaan Bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
“Mari kita terus-menerus dan tak jemu-jemu turut berperan serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat, merajut keberagaman dalam menjaga Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Jangan lelah menyuarakan kebaikan, perlu terus tegak berdiri membela yang benar,” pintanya.
WKRI perlu menjalin kemitraan dengan organisasi yang mempunyai visi dan misi yang sama untuk mewujudkan keadilan dan kesejahtaraan di NKRI tercinta,” pesannya.
Kelompok usia 6-24 bulan
Juara satu Karolina Batmomolin dan Queen Peten dengan nilai 830, Juara dua Jelsy Sambeko dengan nilai 820, juara tiga Josua Sesa dengan nilai 810.
Juara harapan satu, Liandra Landa dengan nilai 800, juara harapan dua Thadeus Takndarlere dengan nilai 790 dan harapan tiga diraih Emanuel Wodo Kebubun dan Benyamin Herens dengan nilai 765.
Kelompok balita usia 24-60 bulan
Juara satu Okto Batmomolin dengan skor 940, juara dua atas nama Enos Balurditi dan Khloe Sisilia dengan skor 880, juara tiga Lovely Radjo dengan nilai 875.
Juara harapan satu diraih oleh Deky Fautngil dengan skor 860, juara harapan dua oleh Gallenka Sinay dengan skor 855, harapan tiga Modestus Kelbulan dan Maria Batmomolin dengan skor 840.
Pemenang Lomba Paduan Suara
Juara satu WKRI Ranting Kaspar dengan skor 465, juara dua WKRI Ranting Keluarga Kudus dengan skor 460 dan juara tiga WKRI Ranting Melkior dengan skor 425.
Lomba Merangkai Buah dan Sayur
Juara satu diraih WKRI Ranting Melkior dengan skor 274, juara dua WKRI Ranting Keluarga Kudus dengan skor 254 dan juara tiga diraih WKRI Ranting Baltasar dengan nilai 225.
Lomba Cipta Menu Pangan Lokal Non Beras dan Tepung
Juara satu diraih oleh WKRI Ranting Keluarga Kudus dengan nilai 1265, juara dua WKRI Ranting Melkior dengan skor 1205, juara tiga WKRI Ranting Baltasar dengan skor 1090 dan juara empat WKRI Ranting Kaspar dengan skor 1004. (redaksi)