ADVERTISEMENT
Rabu, Juli 30, 2025
Koran Papua
No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto
Koran Papua
No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto
ADVERTISEMENT
Home Kesehatan

Pasien Gangguan Jiwa Disebabkan Tiga Faktor, Berikut Penjelasan dr. Manoe Bernd Paul dari RSJ Abepura

Gejala halusinasi, perubahan perilaku berbicara sendiri, gelisah, bicara tidak nyambung dan tingkah laku aneh, yang dilihat pada pasien merupakan bagian fungsi otak sudah tidak bekerja secara normal.

20 Oktober 2024
0
Pasien Gangguan Jiwa Disebabkan Tiga Faktor, Berikut Penjelasan dr. Manoe Bernd Paul dari RSJ Abepura

dr. Manoe Bernd Paul, SpKJ.AR(K)., M.Kes, dr. Liza Otaviani R dari Rumah Sakit Jiwa Abepura Jayapura foto bersama Feika Rande Ratu, Kasie Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Mimika, Sabtu 19 Oktober 2024. (foto:redaksi/koranpapua.id)

Bagikan ke FacebookBagikan ke XBagikan ke WhatsApp

TIMIKA, Koranpapua.id- Warga Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa cukup banyak.

Ini berdasarkan data pengobatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (OGDJ) dan Konsultasi Psikologis yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Mimika pada Jumat 18 Oktober dan Sabtu 19 Oktober 2024, yang mencapai 75 orang.

ADVERTISEMENT

Pengobatan ODGJ dan Konsultasi Psikologis yang berlangsung selama dua hari di Puskesmas Timika, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan dr. Manoe Bernd Paul, SpKJ. AR(K).,M.Kes dan dr. Liza Otaviani R dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Abepura, Jayapura.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Apa yang menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan kesehatan jiwa? Berikut penjelasan yang disampaikan dr. Manoe Bernd Paul.

Baca Juga

Reses di Timika, Anggota DPR Papua Pegunungan Serap Aspirasi Pengungsi Nduga

Kopasgat TNI AU Ambil Alih, Pesawat Tetap Terbang di Bandara Bilorai Intan Jaya Meski Tanpa Petugas Sipil

Menurutnya, orang mengalami sakit jiwa karena dipengaruhi tiga faktor yaitu, faktor psikologis, faktor rentan biologis dan faktor lingkungan.

Faktor psikologis berkaitan erat dengan genetik atau riwayat keturunan orang tua yang mengalami gangguan jiwa atau karena gangguan yang muncul sejak masa kecil.

Kondisi ini mengakibatkan kecerdasannya tumbuh tidak sesuai usia. Selain itu karena gangguan autis menghambat perkembangan belajar seperti tidak bisa membaca karena otaknya lambat berkembang.

Untuk gangguan autis ini, seseorang meskipun sudah berusia tua namun cara berpikir atau perilaku masih seperti anak-anak usia tiga tahun.

Kemudian perilaku yang tidak bisa mengatur emosinya. Dimana pasien rentan terhadap emosi dan tidak mampu mengaturnya.

Ini dikarenakan tidak terlatih memecahkan persoalan dengan baik, memendam persoalan dan tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan.

Kemudian faktor biologis, pasien sering mengalami sakit-sakitan, sakit kronis berkepanjangan yang dapat mempengaruhi perkembangan otak.

Sakit malaria juga berpotensi menggangu kesehatan jiwa. Meskipun malaria sudah sembuh tetapi gangguan perubahan emosi dan perilaku.

Penyebab lain sering memakai zat-zat adaptif berbahaya seperti ganja dan Narkoba yang merusak jaringan otak serta perubahan perilaku.

Ia menekankan kerusakan fungsi otak sangat berbeda dengan kerusakan anggota tubuh lainnya.

Jaringan otak rusak tidak bisa diperbaiki harus mencari jalan lain untuk membangun jaringan saraf.

Semakin banyak yang rusak makin tidak berfungsi. Berbeda dengan kerusakan pada jaringan anggota tubuh lain.

Semisalnya kulit rusak bisa diperbaiki dengan menumbuhkan kulit baru atau terluka kulit tersambung kembali.

Dengan demikian gejala-gejala halusinasi, perubahan perilaku berbicara sendiri, gelisah, bicara tidak nyambung dan tingkah laku aneh, yang dilihat pada pasien merupakan bagian fungsi otak sudah tidak bekerja secara normal.

Ketiga faktor lingkungan yang mana secara umum maupun dalam keluarga memiliki peranan sangat besar. Pola pengasuhan orang tua yang kurang konsisten serta kurang memberikan afeksi atau kasih sayang.

“Komunikasi yang kurang sehat, keras, kasar, hidup di lingkungan sering melakukan kekerasan turut mempengaruhi perubahan perilaku,” jelasnya.

Selain itu relasi di luar rumah antara guru dan murid, teman sebaya, perundungan atau bully. Hal-hal ini berisiko menimbulkan anak mengalami perubahan perilaku emosi.

Masalah lain yang turut mempengaruhi emosi dan perubahan perilaku kata dr. Paul, anak terlalu lama bermain game di Android tanpa ada pengawasan dan pengaturan waktu.

Atau anak yang bermain game sejak usia kurang dari delapan tahun sangat berbahaya menimbulkan ketergantungan lebih tinggi.

Kondisi ini juga bisa terjadi pada terhadap orang dewasa yang terlibat dalam game online dan judi online sangat berpotensi perubahan perilaku ketergantungan.

“Jika lingkungan dan diri sendiri tidak mampu membatasi akan berdampak pada kerentanan gangguan kesehatan jiwa,” pungkasnya.

Untuk itu dr. Paul menilai langkah pengobatan OGDJ dan Konsultasi Psikologis yang dilakukan Dinkes merupakan salah satu solusi jangka pendek terbaik.

Dengan pelayanan ini membuka layanan untuk mendekatkan kepada masyarakat selain melakukan layanan kunjungan ke rumah.

Ia menegaskan, prinsip penanganan kesehatan jiwa harus ditangani sesegera mungkin, baik pola pengobatan dan edukasi. Sebab semakin ditunda hasilnya bakal makin buruk.

Sedangkan untuk jangka panjang penanganan ODGJ, dr. Paul menganjurkan pemerintah perlu menyiapkan rumah rehabilitasi untuk menampung sementara sebelum dirujuk ke rumah sakit jiwa.

Tujuan supaya pasien yang terkontaminasi dengan minuman beralkohol, Narkoba dan lain-lain dapat menghentikan seluruh aktivitasnya sehingga dapat memperpanjang perubahan perilaku.

Dan selama berada di rumah singgah mendapat pengawasan untuk diobati.

Ia menjelaskan lama konsumsi obat bagi pasien gangguan kesehatan jiwa membutuhkan waktu satu sampai dua tahun, tergantung pada diagnosis dan jenis sakitnya serta mengelola kesadaran pikiran.

“Jangka waktu satu sampai dua tahun konsumsi obat merupakan gangguan jiwa ringan, tetapi bagi yang berat bisa seumur hidup,” katanya.

Dikatakan secara psikiater, dalam penanganan kesehatan jiwa jangan dilihat pengobatannya tetapi dinilai dari keberuntungan atau manfaatnya setiap diri pasien.

Manusia dinilai bukan karena keutuhan fisiknya melainkan manfaat bagi dirinya dan lingkungan.

“Sehingga meskipun pasien tetap minum obat tapi di rumah bisa berbuat sesuatu itu sangat bernilai. Ketimbang pasien hanya duduk-dudik di jalan tanpa bermanfaat,” katanya.

“Kalau mengalami gangguan ringan seperti cemas, mood kurang baik selain konsumsi obat kembali kepada pasien itu sendiri”.

Caranya adalah dengan membangun pola pikir dan mengendalikan emosi. Kebiasaan memikirkan hal-hal yang tidak pernah terjadi harus dihentikan dan mengelola pikirannya yang perlu diatur. (Redaksi)

I am raw html block.
Click edit button to change this html

Cek juga berita-berita Koranpapua.id di Google News

Baca Artikel Lainnya

Reses di Timika, Anggota DPR Papua Pegunungan Serap Aspirasi Pengungsi Nduga

Reses di Timika, Anggota DPR Papua Pegunungan Serap Aspirasi Pengungsi Nduga

30 Juli 2025
Kopasgat TNI AU Ambil Alih, Pesawat Tetap Terbang di Bandara Bilorai Intan Jaya Meski Tanpa Petugas Sipil

Kopasgat TNI AU Ambil Alih, Pesawat Tetap Terbang di Bandara Bilorai Intan Jaya Meski Tanpa Petugas Sipil

30 Juli 2025
Pencuri Motor Ditangkap di Jayanti-Timika, Pelaku sudah Dua Kali Masuk Penjara

Pencuri Motor Ditangkap di Jayanti-Timika, Pelaku sudah Dua Kali Masuk Penjara

30 Juli 2025
200 Ekor Sapi asal Merauke Disiapkan untuk Penuhi Protein Hewani Masyarakat Papua Tengah

200 Ekor Sapi asal Merauke Disiapkan untuk Penuhi Protein Hewani Masyarakat Papua Tengah

30 Juli 2025
Gempa di Rusia Picu Peringatan Tsunami untuk Wilayah Utara Papua, Mimika Dipastikan Aman

Gempa di Rusia Picu Peringatan Tsunami untuk Wilayah Utara Papua, Mimika Dipastikan Aman

30 Juli 2025
Provinsi Papua Tengah Tempati Posisi Teratas Realisasi APBD Tahun 2025

Provinsi Papua Tengah Tempati Posisi Teratas Realisasi APBD Tahun 2025

30 Juli 2025

POPULER

  • Batas Usia Pensiun Karyawan Swasta 59 Tahun, Berbeda dengan PNS. Berikut Penjelasannya

    Kabar Gembira! Pendaftaran CPNS 2025 Resmi Dibuka. Ini Formasi dan Syaratnya

    1269 shares
    Bagikan 508 Tweet 317
  • Incar Tambang Emas Kapiraya, Kapal Tongkang Angkut Alat Berat Sandar di Muara Wumuka, Lemasko Minta Dihentikan

    1789 shares
    Bagikan 716 Tweet 447
  • Cegah Tindak Pidana DD, Kejati Papua Gandeng Pemprov Papua Tengah Sosialisasi Program Jaga Desa

    721 shares
    Bagikan 288 Tweet 180
  • Sambut HUT Kemerdekaan RI ke-80, Bupati Mimika Keluarkan Tujuh Himbauan

    666 shares
    Bagikan 266 Tweet 167
  • Lima Anggota Polres Puncak Jaya Dipecat Tidak Hormat, Kapolres Tegaskan Komitmen Tegakkan Disiplin

    619 shares
    Bagikan 248 Tweet 155
  • 129 Amunisi Kaliber 7,62 mm Ditemukan di TPA Iwaka Mimika

    586 shares
    Bagikan 234 Tweet 147
  • Ketua KPU Papua Steve Dumbon Diberhentikan Sementara

    583 shares
    Bagikan 233 Tweet 146
Next Post
Mairon Tabuni, DPO KKB Puncak Ditangkap Satgas Operasi Damai Cartenz-2024

Mairon Tabuni, DPO KKB Puncak Ditangkap Satgas Operasi Damai Cartenz-2024

Tahun 2024 Akan Berakhir, Pimpinan OPD Mimika Diingatkan Kebut Program yang Belum Dikerjakan

Tahun 2024 Akan Berakhir, Pimpinan OPD Mimika Diingatkan Kebut Program yang Belum Dikerjakan

Dinas Kesehatan Adakan Lomba Bayi dan Balita Sehat 2024 di Enam Distrik di Mimika

Dinas Kesehatan Adakan Lomba Bayi dan Balita Sehat 2024 di Enam Distrik di Mimika

Koran Papua

© 2024 Koranpapua.id

Menu

  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Papua
  • Nusantara
  • Politik
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Kesehatan
  • Opini
  • Pendidikan
  • Foto

© 2024 Koranpapua.id