TIMIKA, Koranpapua.id- Delapan Tenaga Kesehatan (Nakes) yang sempat disandera dan menyaksikan penembakan Mr. Glen Malcolm Conning, pilot helikopter di Distrik Alama, 5 Agustus 2024 lalu, kini menjalani trauma healing
Trauma healing adalah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Papua Tengah untuk menghilangkan traumatis pasca kasus penembakan pilot asal Slandia Baru.
Pelaksanaan trauma healing yang berlangsung di salah satu hotel di Timika, Kamis 15 Agustus 2024 merupakan kerjasama Dinas Kesehatan Mimika dengan Himpunan Psikologi Wilayah Papua Tengah.
Tim healing ini terdiri dari Aryanti Christin Phangga Yoku, S.Psi, P2TP2A Kabupaten Mimika (asisten), David Setiawan, S.Psi., M.Psi., Psikolog Praktik Psikolog Mandiri dan Niken Nurmei Ditasari, S.Psi., M.Psi., Psikolog Praktik Psikolog Mandiri.
Program trauma healing dibuka secara resmi oleh Reynold Ubra, Kepala Dinas Kesehatan Mimika didampingi Obeth Tekege, Kabid P2P Mimika.
Reynold dalam kesempatan itu memberikan semangat, motivasi dan apresiasi kepada delapan Nakes.
Ia juga menceritakan peristiwa-peristiwa sulit yang pernah dialaminya ketika bertugas di lapangan.
Semua peristiwa sulit tidak membuat dirinya putus asa, tetapi malah menjadi satu semangat baru dan kuat untuk kembali ke tempat tugas.
Reynold menyadari pengalaman trauma yang dihadapi dan dialami oleh setiap pribadi berbeda-beda, karena itu waktu pemulihannya juga tidak sama.
“Ada yang trauma dalam jangka waktu singkat, ada yang jangka waktu lama baru bisa kembali pulih,” katanya memotivasi.
Kepada para Nakes, Reynold berpesan bahwa hidup manusia bergantung pada Tuhan, alam dan leluhur. Bahwa setiap niat baik dalam pelayanan pasti menemukan jalannya.
Pasti ada pertolongan Tuhan dan dilindungi para leluhur yang sudah meninggal. Mereka akan selalu mendoakan kita.
Reynold menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada Nakes atas pengabdiannya.
Sebagai pimpinan, setelah mengetahui terjadinya peristiwa ini langsung meminta untuk segera menjemput dan mengevakuasi para Nakes kembali di Timika.
“Kita bersyukur dan puji Tuhan teman-teman Nakes semua selamat,” katanya.
Selamatnya para Nakes dalam peristiwa itu, bukan karena hebatnya siapa-siapa melainkan atas kerjanya Tuhan, alam, tanah ini dan para leluhur.
Pada momen tersebut, Reynold mengingatkan kepada Nakes agar dalam setiap peristiwa apa saja, jangan menjadi objek untuk dipotret oleh siapapun.
Psikolog David Setiawan menjelaskan, perasaan trauma masing-masing orang dalam merespon setiap peristiwa pasti berbeda-beda.
Karena ini berkaitan erat dengan mental, pengetahuan yang dimiliki oleh setiap person.
Dengan demikian dalam trauma healing membutuhkan penyesuaian yang tidak sama antara satu dengan yang lain.
David merasa sangat bersyukur Himpunan Psikolog (Hipsi) Papua Tengah dilibatkan dalam proses membantu pemulihan para Nakes.
“Kengurusan Hipsi Papua Tengah barusan dilantik oleh Ketua Hipsi Pusat pada Juni 2024, kami bersyukur Hipsi mulai diterima dan dilibatkan, khususnya yang saat ini dialami delapan Nakes,” ujar David.
Ia berharap kedepan kerjasama seperti ini bisa dilanjutkan tidak saja dengan Dinkes tetapi juga Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana serta Dinas Sosial.
Menurutnya, salah satu tujuan Hipsi adalah menyiapkan manusia Indonesia yang sehat secara mental. Raga secara fisik menjadi tugas dan tanggung jawab Dinkes sementara mentalnya ada di psikolog.
Psikolog Niken Nurmei Ditasari, S.Psi., M.Psi dalam kesempatan yang sama menjelaskan, sesi trauma healing untuk Nakes dan bersama anaknya terdiri dari sesi asesmen dan sesi pelatihan self healing.
“Self healing yang dilatih menggunakan pendekatan kebersyukuran, kesenian, dan active life style,” jelasnya.
Berikut delapan Nakes yang mengikuti healing trauma:
- Kolariak Gwijangge.
- Hasmaya.
- Demianus Pakage.
- Naomi Kambu.
- Penina Marandof.
- Nikson Lokbere.
- Linda tandi pokambia.
- Herry Uamang. (Redaksi)