TIMIKA, Koranpapua.id- Aliansi Pemuda Amungsa (APA) Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah melaksanakan Musyawarah Besar (Mubes) I tahun 2024, Sabtu 20 Juli 2024.
Mubes perdana yang juga sekaligus pemilihan Ketua APA periode 2024-2026 itu, mengangkat tema ‘Mea Wowino Negel O Jore Asianten’ (Kami Sebagai Anak Generasi Amungme Itu Ada).
Adapun dua kandidat calon ketua yang maju dalam pemilihan itu yaitu, Helois Kemong yang saat ini selaku pelaksana ketua APA dan Sabinus Uamang.
Keduanya dicalonkan karena memenuhi persyaratan pencalonan yang ditetapkan tim formatur.
Hadir pada Mubes yang berlangsung di salah satu hotel di Timika itu yakni, Simon Kasamol, Pengacara muda Amungsa, Rafael Takareyau, Ketua Pemuda Aliansi Kamoro dan kaum muda Amungsa.
Mengawali Mubes dengan pemaparan materi tentang gaya kepemimpinan oleh Rahmat Ohoirenan, Wakil Ketua I Bidang OKK KNPI Mimika.
Karel Kum, Ketua Lemasa ketika membuka Mubes tersebut mengatakan, kegiatan yang dilakukan APAsangat baik.
Sebagai ketua Lemasa, dirinya mendukung penuh atas terselenggaranya Mubes perdana yang diselenggarakan kaum muda.
Karel berharap Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) mendukung dengan memberikan kemudahan dalam proses pendaftaran organisasi ini.
Sebagai tokoh masyarakat, Karel mendorong APA sebagai organisasi pemuda yang mewadahi anak muda Amungsa, terus berkembang dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat lokal.
Sementara Rahmat Ohoirenan menjelaskan, seorang pemimpin dalam memimpin memiliki beberapa gaya.
Diantaranya gaya kepemimpinan otokritik (Autocratic Leadership). Gaya ini, seorang pemimpin menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat.
Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya dan dalam tindakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punishing (bersifat menghukum).
Ada juga gaya kepemimpinan paternalistik (Paternalistic Leadership). Dimana seorang pemimpin menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
Bersikap terlalu melindungi, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengambil keputusan.
Serta jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi, fantasinya dan sering bersikap maha tahu.
Lainnya, gaya kepemimpinan militeristis (Militarism Leadership) yaitu, seorang pemimpin lebih sering mempergunakan sistem perintah.
Senang bergantung pada pangkat dan jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
Sukar menerima kritikan dari bawahannya dan menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Kemudian ia menjelaskan gaya kepemimpin karismatik (Charismatic Leadership). Gaya ini adalah pemimpin yang memiliki kepercayaan diri, memiliki suatu visi, tujuan ideal yang menuju masa depan.
Mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan visi dengan mudah, memiliki keyakinan yang kuat mengenai visinya, mempunyai perilaku yang diluar aturan, dipahami sebagai seorang agen perubahan dan mempunyai kepekaan terhadap lingkungan.
Sementara pemimpin dengan gaya demokratis (Democratic Leadership) yaitu, pemimpin yang mampu mengembangkan kreativitas bawahannya.
Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan, setiap keputusan untuk kepentingan bersama mengutamakan musyawarah dan mufakat.
Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi, mendahulukan kepentingan darurat demi keselamatan jiwa bawahannya dan keselamatan organisasi yang dipimpin.
Menyiapkan kader dalam mengembangkan regenerasi kepemimpinan, memperlus kaderisasi agar bawahan lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan serta memandang semua masalah dapat dipecahkan dengan usaha bersama.
Kepada peserta Mubes, ia berpesan menjalankan organisasi yang dibentuk atas dasar kepentingan organisasi dan kepentingan banyak orang akan bergerak maju.
Namun memimpin organisasi karena adanya muatan kepentingan pribadi maka akan menghancurkan organisasi itu sendiri.
Rahmat sangat berharap dengan adanya organisasi APA ini menjadi wadah menyiapkan generasi Amungme dan Kamoro sebagai pemimpin masa depan di tanah Papua, khususnya di Mimika.
Ia mendorong kaum muda yang tergabung dalam APA untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Melakukan mengawasi terhadap Peraturan Daerah (Perda) yang tidak pro terhadap kepentingan publik.
Misalnya menolak peredaran Miras berlabel maupun non label di Mimika. Karena Miras merusak masa depan anak muda sebagai agen perubahan. (Redaksi)