Tim Promosi Kesehatan Dinkes Mimika
Hipertensi atau tekanan darah tinggi kembali menjadi sorotan karena jumlah kasus yang terus meningkat di Indonesia.
Penyakit yang kerap disebut “silent killer” ini sering tidak menunjukkan gejala, namun dapat menimbulkan kerusakan organ vital secara perlahan dan berujung pada komplikasi mematikan seperti stroke, serangan jantung, hingga gagal ginjal.
Lebih dari Sepertiga Orang Dewasa Mengalami Hipertensi
Data Riskesdas 2023 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1%, atau lebih dari sepertiga populasi dewasa. Beberapa laporan daerah bahkan menyebut hipertensi sebagai penyakit dengan jumlah kunjungan terbanyak di fasilitas kesehatan.
Meski begitu, banyak penderita tidak menyadari kondisinya karena tidak pernah memeriksakan tekanan darah.
Di Kabupaten Mimika data menunjukan bahwa kasus Hipertensi naik setiap tahunnya. Tahun 2023 sebanyak 1636 kasus, tahun 2024 terdapat 1946 dan di tahun 2025 mencapai 2331 kasus.
Hipertensi sering tidak bergejala, pasien merasa sehat padahal tekanan darahnya tinggi, kondisi ini membuat sebagian besar kasus baru terdeteksi setelah muncul komplikasi berat seperti stroke atau gagal ginjal.
Anak Muda Mulai Rentan
Perubahan gaya hidup modern, tingginya konsumsi makanan asin, kurang aktivitas fisik, serta meningkatnya obesitas membuat hipertensi kini tak hanya menyerang lansia.
Data terbaru Kemenkes menunjukkan peningkatan kasus pada kelompok usia muda.
Data SKI 2023 secara jelas menggambarkan kejadian hipertensi di kalangan anak muda. Berdasarkan diagnosis dokter kelompok umur 18-24 prevalensi hipertensi sebesar 0,4% dan kelompok umur 25-34 sebesar 1,8%.
Mengapa Hipertensi Bisa Terjadi?
Hipertensi dipengaruhi berbagai faktor, antara lain:
- Konsumsi garam berlebih
- Kurangnya aktivitas fisik
- Kelebihan berat badan
- Kebiasaan merokok dan minum alkohol
- Stres berkepanjangan
- Faktor keturunan
- Penyakit pendukung seperti diabetes atau gangguan ginjal
Kombinasi faktor tersebut menyebabkan tekanan pada pembuluh darah meningkat sehingga jantung harus bekerja lebih keras.
Menurut pedoman PERHI dan PNPK 2021, klasifikasi tekanan darah adalah:

Target pengobatan bagi penderita umumnya adalah di bawah 140/90 mmHg, atau < 130/80 mmHg untuk pasien dengan risiko tinggi.
Gejala: Sering tidak terasa, tapi bisa mematikan.
Meski disebut tanpa gejala, beberapa keluhan dapat muncul, seperti:
Sakit kepala
Pusing atau penglihatan kabur
Sesak napas
Mimisan
Mudah lelah
Namun gejala tersebut tidak selalu muncul, sehingga pemeriksaan tekanan darah rutin sangat penting.
Dampak Serius pada Organ Tubuh
Jika tidak dikendalikan, hipertensi dapat menyebabkan:
Stroke akibat pecah atau tersumbatnya pembuluh darah otak
Serangan jantung dan gagal jantung
Gagal ginjal kronis, penyebab utama kebutuhan dialisis
Kerusakan mata (retinopati hipertensi)
Kerusakan pembuluh darah yang memicu berbagai penyakit lain
Salah satu ancaman terbesar adalah gagal ginjal. Tekanan darah tinggi merusak pembuluh darah kecil (nefron) di ginjal secara bertahap sehingga menurunkan kemampuan ginjal menyaring darah.
Masalah Kepatuhan Obat Masih Tinggi
Salah satu kendala besar dalam pengendalian hipertensi di Indonesia adalah rendahnya kepatuhan minum obat. Banyak pasien hanya minum obat saat merasa pusing, padahal hipertensi harus dikontrol setiap hari.
Ketidakpatuhan ini meningkatkan risiko komplikasi parah, terutama pada kelompok yang sudah memiliki penyakit penyerta.
Pencegahan dan Pengendalian: Terapkan CERDIK dan PATUH.
Pemerintah mendorong masyarakat menerapkan program CERDIK, yaitu:
Cek kesehatan rutin
Enyahkan asap rokok
Rajin aktivitas fisik
Diet sehat dan seimbang
Istirahat cukup
Kelola stres
Tenaga kesehatan juga mengingatkan akronim PATUH sebagai pedoman pengendalian hipertensi:
Periksa kesehatan secara rutin
Atasi penyakit dengan pengobatan tepat
Tetap diet dengan gizi seimbang
Upayakan aktivitas fisik
Hindari rokok, alkohol, dan zat berbahaya
Pembatasan garam menjadi aturan penting: maksimal 1 sendok teh (5 gram) per hari atau setara 2 gram natrium. Konsumsi garam berlebih meningkatkan risiko hipertensi 2–3 kali lipat.
Ayo Cek Tekanan Darah Hari Ini
WHO (2023) mencatat hipertensi memengaruhi 1,3 miliar orang di dunia dan bertanggung jawab atas 10,5 juta kematian setiap tahun.
Di Indonesia, hipertensi semakin menjadi tantangan kesehatan publik yang membutuhkan deteksi dini dan perubahan gaya hidup.
Pemerintah daerah menganjurkan masyarakat, untuk memeriksakan tekanan darah setidaknya sebulan sekali.
Mengenali risiko, menjaga pola hidup sehat, dan patuh minum obat adalah langkah terbaik untuk melindungi diri, keluarga, dan masa depan yang lebih sehat.
Sumber :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
BKPK Kemkes “Bahaya Hipertensi Mengintai Anak Muda Indonesia’
Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/4634/2021










