TIMIKA, Koranpapua.id– Harga kebutuhan pokok di Pasar Sentral Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, mengalami fluktuasi tajam dalam beberapa hari terakhir.
Sejumlah komoditas seperti cabai, tomat, bawang, serta sayur-sayuran bergerak naik turun.
Kondisi ini diperburuk dengan semakin sepinya pembeli dan langkanya minyak goreng subsidi.
Salah satu pedagang, ibu Eca, mengatakan harga cabai rawit kini turun dibanding sebelumnya. “Cabai rawit sekarang turun,” ujarnya, Sabtu 15 November 2025.
Harga yang semula berada pada kisaran Rp100–120 ribu per kilogram kini turun menjadi sekitar Rp80 ribu. Namun, penurunan tersebut tidak terjadi pada cabai keriting.
“Cabai keriting jarang turun. Sekarang masih tetap jual 90–100 ribu,” jelasnya.
Penurunan harga juga terjadi pada tomat. Tomat lokal yang sebelumnya dijual Rp40–45 ribu per kilogram kini turun menjadi Rp20–25 ribu untuk tomat kiriman.
Sebaliknya, bawang merah justru mengalami kenaikan. “Bawang merah lagi naik. Sekarang kita ecer 60. Sebelumnya 50–55,” ujarnya. Sementara bawang putih masih stabil di angka Rp50 ribu per kilogram.
Kenaikan paling tajam terjadi pada wortel akibat pasokan kosong, dari Rp30 ribu menjadi Rp50 ribu per kilogram. Untuk sebagian sayuran lain, harga cenderung stabil atau mengalami penurunan.
Untuk komoditas jeruk ikan, harga masih bertahan tinggi. “Kalau ikan sekarang mahal 100 ribu per kilo. Sudah satu bulan begitu,” kata seorang pedagang lainnya.
Meski beberapa harga turun, pedagang mengeluhkan pasar yang semakin sepi. “Tambah sepi sekarang pasar ini. Turun harga, tapi pembeli tidak ada. Hilang dua kali lipat pembeli,” keluh ibu Eca.
Biasanya ia mampu meraih omzet Rp6–7 juta per hari, namun kini paling tinggi hanya sekitar Rp3 juta.
Minyak Goreng Subsidi Sulit Didapat
Kelangkaan minyak goreng subsidi Minyak Kita menjadi persoalan utama pedagang kecil.
“Minyak itu jarang sudah kita dapat. Kita jual 30 ribu per liter. Kita ambil pun mahal, satu karton 230 ribu,” jelas ibu Eca.
Menurutnya, pedagang kecil sulit memperoleh distribusi karena alokasi lebih banyak mengalir ke toko-toko besar.
“Yang dapat murah itu orang besar. Jadi kita beli lagi dari mereka. Sudah pindah-pindah tangan, makanya mahal,” keluhnya.
Para pedagang berharap pemerintah memperbaiki mekanisme distribusi minyak goreng subsidi agar pedagang kecil di pasar kembali mendapatkan akses.
“Harusnya bagi saja di pasar, bukan ke bos-bos besar,” tegasnya. (*)
Penulis: Hayun Nuhuyanan
Editor: Marthen LL Moru









