NABIRE, Koranpapua.id- Suara penolakan terhadap penempatan pasukan militer nonorganik di sejumlah wilayah di Tanah Papua terus bergema.
Terbaru, hari ini Senin 10 November 2025 aksi unjuk rasa penolakan ditunjukan ratusan mahasiswa di Nabire, Ibukota Provinsi Papua Tengah.
Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Komite Pimpinan Kota, Forum Independen Mahasiswa West Papua (FIMWP) menggelar unjuk rasa di depan Gapura USWIM, Jalan Kalibobo, Distrik Nabire, Kabupaten Nabire.
Unjuk rasa secara damai itu untuk menyingkapi situasi terkini terkait dengan penempatan militer nonorganik di Tanah Papua.
Merurut para mahasiswa, penempatan pasukan militer nonorganik di Papua berdampak terhadap terus jatuhnya korban warga sipil, dan terjadi pengungsian di Intan Jaya, Puncak, Puncak, Nduga.
Sebelum menyampaikan orasi, mahasiswa dengan memakai jas almamater sudah berkumpul sejak pukul 8.00 WIT.
Selain membentangkan poster dan spanduk, mereka juga menyampaikan orasi secara bergantian.
“Tanah Papua bukan tanah kosong, kami mau hidup damai tanpa bunyi senjata, kami tidak mau mati dalam tangan militer,” kata salah satu mahasiswa dalam orasinya.
“Hentikan pendropan militer non organik yang membuat warga sipil takut dan trauma,” ujarnya.
Dalam orasi itu, mereka juga mendesak Komnas HAM RI segera investigasi penembakan 11 warga sipil di Soanggama Intan Jaya.
“Save Intan Jaya. Puncak, Puncak Jaya, Nduga,” berbagai tulisan lainnya.
Usai menyampaikan orasi di depan Gapura USWIM, massa aksi berencana melakukan long march ke kantor Majelis Rakyat Papua Tengah, namun belum mendapatkan izin dari aparat keamanan. (Redaksi)










