“Mahasiswa Papua harus berani merantau dan jangan minder karena berbeda RAS. Kalau kamu minder, berarti kamu tertinggal. Rajinlah masuk kuliah, karena kalau tidak, kita akan rugi dan tertinggal banyak materi”.
JAKARTA, Koranpapua.id– Rosarius Tebai, atau yang akrab disapa Rio, menjadi salah satu wisudawan asal Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah, yang ikut wisuda di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Rio berhasil menyelesaikan pendidikan di Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Ia turut hadir dalam gelaran Wisuda Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 Gelombang Kedua di sesi ketiga, yang diselenggarakan pada Rabu, 29 Oktober 2025 di Gedung Olahraga UNJ, Jakarta Timur.
Dalam rilis yang diterima dari Humas UNJ, menyebutkan Rio merupakan penerima Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia.
Ia mengenang awal perjalanannya menuju UNJ yang dimulai dari Kabupaten Nabire, tempat ia menempuh pendidikan di jenjang SMA.
“Setelah lulus SMA, saya ikut tes dari Nabire dan akhirnya diterima di UNJ. Saat itu kami belum tahu banyak tentang UNJ dan Jakarta, kami hanya senang bisa lanjut sekolah,” kenangnya.
Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di ibu kota negara bukanlah hal yang mudah. Rio mengaku bahwa masa adaptasi menjadi tantangan terbesar yang memengaruhi lama waktu tempuh studinya.
“Adaptasi jadi tantangan terbesar. Perbedaan lingkungan, budaya, dan gaya belajar membuat saya harus menyesuaikan diri,” ujarnya.
Meski sempat tertarik pada bidang kedokteran, Rio akhirnya mantap memilih Biologi sebagai bidang studi.
Menurutnya, ilmu Biologi membuka banyak peluang untuk memahami kehidupan dan potensi sumber daya alam, khususnya di Papua.
“Kami, putra daerah, sudah mengenal medan. Dengan ilmu yang kami dapat, kami bisa mengeksplorasi banyak hal di Papua,” katanya penuh semangat.
Selama berkuliah di UNJ, Rio mendapatkan banyak pengalaman berharga yang membentuk pola pikir dan cara hidupnya.
“Di sini, pola pikir dan cara hidup saya berubah. Disiplin waktu dan sistem perkuliahan di Jakarta lebih ketat, sementara di Papua dulu lebih santai,” ujarnya sambil tersenyum.
Ia juga mengapresiasi para dosen Biologi UNJ yang menurutnya sangat pengertian dan mendukung perkembangan mahasiswa.
“Mereka memahami kemampuan saya dan banyak membantu,” tambahnya.
Sebagai putra Dogiyai, Rio memiliki cita-cita mulia untuk kembali ke Papua dan mengabdi di tanah kelahirannya.
Ia menilai bahwa daerah pedalaman masih sangat membutuhkan tenaga muda yang terdidik.
Di akhir perbincangan, Rio menyampaikan pesan penuh makna bagi generasi muda Papua:
“Mahasiswa Papua harus berani merantau dan jangan minder karena berbeda RAS. Kalau kamu minder, berarti kamu tertinggal. Rajinlah masuk kuliah, karena kalau tidak, kita akan rugi dan tertinggal banyak materi.”
Ia juga menekankan pentingnya memiliki mental yang kuat saat merantau.
“Di luar sana banyak cobaan. Jadi harus kuat dan jangan mudah menyerah. Kebanyakan anak Papua selalu minder, padahal kita bisa,” pesannya.
Kini, Rio berharap ilmu dan pengalaman yang diperolehnya selama di UNJ dapat menjadi bekal untuk membangun dunia riset di Papua, yang ia sebut sebagai “surga riset” karena kekayaan alam dan keanekaragaman hayatinya yang luar biasa. (Redaksi)









